Berita Terbaru:
Home » » Cara Merumuskan Visi, Keyakinan Dasar, dan Nilai Dasar

Cara Merumuskan Visi, Keyakinan Dasar, dan Nilai Dasar

Written By IBNU CHALDUN on Wednesday, June 27, 2012 | 04:30

Oleh Moh. Hibatul Wafi*


A. Merumuskan Visi.
  1. Trendwatchingyakni kemampuan kita untuk mengamati trend perubahan yang terjadi di masa depan. Dengan kemampuan trendwatching, kita mampu mendeteksi arah perubahan yang akan terjadi di masa depan dan berbagai peluang yang disembunyikan secara brilian sebagai masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan tersebut. Kemampuan sebagai trendwatcher menuntut kompetensi tinggi di bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sesuatu yang diamati dan kualitas spiritual yang menjadikan orang mampu mendengar sabda Tuhan yang tidak terucapkan dan mampu membaca suratan Tuhan yang tidak tertulis, yang tersimpan dalam sesuatu yang diamati. Perumusan visi organisasi yang memasuki lingkungan bisnis global, yang tidak mempertimbangkan semakin meningkatnya proses mobilitas, keserentakan, pencarian jalan bebas hambatan, dan pluralism akan menjadikan visi sebagai peta perjalanan yang tidak pas dengan tren perubahan lingkungan yang dihadapi oleh organisasi. Peta semacam ini tidak akan mampu memberikan panduan bagi organisasi dalam perjalanan menuju ke masa depan, sehingga dapat mengakibatkan sumber daya organisasi dihamburkan ke sasaran yang salah.
  2. Selanjutnya adalah Envisioning, yakni kemampuan kita untuk merumuskan visi berdasarkan hasil pengamatan terhadap tren perubahan yang akan terjadi di masa depan. Envisioning pada dasarnya merupakan kemampuan kita untuk menggambarkan perubahan yang akan kita wujudkan di masa depan. Envisioning juga merupakan kemampuan kita untuk menggambarkan pikiran kita yang melampaui realitas sekarang, kemampuan kita untuk menggambarkan sesuatu yang akan kita ciptakan yang belum ada, dan kemampuan kita untuk menggambarkan kondisi baru yang belum pernah kita alami sebelumnya.
B. Merumuskan Keyakinan Dasar.

Bagaimana pun  tingginya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang, ia hanya akan mengerjakan sesuatu jika ia memiliki keyakinan mengenai apa yang seharussnya dilakukan.
  1. Mungkinkah keyakinan dapat diubah? Ada dua aspek menarik yang terdapat dalam keyakinan. Pertama, orang mungkin tidak sadar bahwa ia mempercayai suatu keyakinan tertentu, meskipun keyakinan tersebut sangat mempengaruhi tindakannya. Kedua, suatu keyakinan tidak selalu secara obyektif benar. Banyak cara dapat ditempuh untuk mengubah keyakinan yang tidak lagi sesuai dengan realitas yang dihadapi oleh seseorang, tiga di antara pendekatan yang paling bermanfaat yaitu: (a) Buatlah keyakinan menjadi sesuatu yang logis. Jika perilaku yang timbul sebagai akibat dari keyakinan yang dipegang oleh seseorang tidak lagi pas dengan lingkungan bidnid yang dihadapi, perlu dilakukan penggantian terhadap keyakinan orang tersebut. Keyakinan tersebut perlu digali dan dimunculkan dalam alam kesadaran orang tersebut, agar ia menyadari akibat keyakinan yang dipegangnya terhadap perilaku. Hubungan antara manajemen puncak dengan manajemen bawah yang dilandasi oleh keyakinan bahwa manajemen bawah adalah orang yang tidak dapat dipercaya kompetensi dan karakternya mengakibatkan perlunya organisasi mengimplementasikan tiga macam alat pengendalian yaitu otorisasi eksplisit dari manajemen menengah dan manajemen puncak setiap kali manajemen bawah akan melaksanakan wewenang yang didelegasikan kepadanya; melaporkan kepada manajemen puncak setelah manajemen bawah melaksanakan wewenangnya; Audit kinerja yang dilaksanakan oleh auditor intern. (b) Lawanlah keyakinan yang ada dengan keyakinan baru. Maksudnya, jika produk suatu organisasi diyakini oleh customernya bahwa produk tersebut hanya cocok untuk orang-orang berusia lanjut, padahal tidak demikian. Cara yang efektif adalah dengan melawan keyakinan yang berlaku dikalangan customer tersebut dengan mangadakan kampanye memerangi keyakinan yang ada dengan keyakinan baru. (c) Cobalah keyakinan baru, maksudnya percobaan memberikan peluang kepada orang yang mencoba keyakinan baru untuk kembali ke keyakinan lamanya. Oleh karena masih ada kesempatan untuk menggunakan keyakinan lama, percobaan memberikan rasa aman bagi orang yang mencoba.
  2. Perumusan Keyakinan Dasar, maksudnya adalah keyakinan dasar dirumuskan dengan menggali informasi yang memperkuat kebenaran visi yang telah dirumuskan dan kebenaran tentang perjalanan untuk mewujudkan visi tersebut. Dengan demikian rumusan keyakinan dasar terdiri dari tiga bagian yaitu, pernyataan tentang keyakinan dasar, frasa “oleh karena itu,” dan pernyataan perwujudan keyakinan dasar.
C. Merumuskan Nilai Desa.

Nilai dasar merupakan karakter baik yang terdapat dalam setiap diri manusia. Perumusan nilai dasar dalam suatu organisasi pada dasarnya merupakan “rediscovery” nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh anggota organisasi pada umumnya, dan kemudian penekanan nilai-nilai yang telah ditemukan kembali tersebut untuk memberikan warna perilaku yang diharapkan oleh setiap anggota organisasi dalam perjalanan mewujudkan misi.

*Mahasiswa UIN Jakarta.


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta