Berita Terbaru:
Home » » * SUAMIKU *

* SUAMIKU *

Written By Anonymous on Wednesday, March 27, 2013 | 18:30


Rasanya seperti ada petir menyambarku, membakar seluruh tubuhku hingga menusuk ke tulang-tulang, ketika mendengar suamiku meninggal dunia karena serangan jantung, yang sudah lama dideritanya.

Aku tak percaya, secepat inikah suamiku meninggalkanku dan Reno, putra kami satu-satunya. Aku tak menyangka suamiku akan pergi untuk selama-lamanya. Usianya 40 tahun masih terbilang masih muda, sedangkan aku 30tahun, perbedaan umur kami terpaut jauh 10 tahun.

Aku masih tak percaya dan tak menyangka, suamiku meninggal dunia…

Aku menangis, menangisi kepergian suamiku. Keluarga, saudara, kerabat dan teman-teman hadir menemaniku. Berbela sungkawa atas kepergian suamiku.

Tak ada kata – kata yang kuucapkan, aku hanya menangis dan terus menangis. Ketika ucapan-ucapan berbela sungkawa terucapkan, yang kurasakan hanyalah ingin menangis. Meyakinkanku bahwa memang suami benar-benar telah tiada. Sulit kupercaya tapi itulah kenyataan pahit yang harus aku terima. Menerima dengan ikhlas kepergiannya.

Aku terus memandangi jasat suamiku, mendekapnya, memeluknya, menciuminya dan mengusap-ngusap wajahnya dengan lembut untuk terakhir kali. Air mataku tak henti-henti mengeluarkan air mata,  mataku sembab. Tapi rasanya ingin dan ingin terus menangis.  Tak ada lagi yang bisa kukatakan padanya. Selain….

“ kamu akan selalu dihatiku selamanya pah,…. “

Keluarga, kerabat, teman-teman semua mengiringi pemakaman suamiku. Aku harus mengikhlaskan kepergiaan suamiku. ‘ dia akan pergi damai jika kamu ikhlas…’ dalam hatiku untuk diriku sendiri.

Batu nisan yang bertuliskan namanya, akan selalu diiringi doa-doa dari orang-orang terkasih. Doaku dan doa dari keluarga, kerabat, sahabat akan selalu terpanjatkan untuk suamiku, Insya Allah.

Bagiku, setiap saat, setiap hari selalu ada doa untuknya.

Walau tanpa suami, aku harus kuat dan tegar menghadapi semuanya. Ada Reno, pangeran kecilku yang menjadikan aku lebih kuat untuk menjalani kehidupan ini. Pangeranku sudah pergi, kini pangeran kecilku akan menemaniku dikala aku sedih dan senang. Reno adalah tanggung jawabku, putraku satu-satunya. Dia mirip papahnya, dari wajah, perawakannya, sikap manjanya mirip Mas Heri, almarhum suamiku.

Reno kini menjadi anak yatim, sulit bagi dia untuk menerima bahwa kini dia menjadi seorang anak yatim. Aku hanya menangis dan terus memeluknya. Walaupun dia masih kelas 2 SD, tapi Reno cukup dewasa dibandingkan dengan anak-anak yang lain.

Kupeluk dengan erat Reno, anakku. Aku berusaha membuatnya tegar, bahwa kami berdua bisa tetap hidup tanpa suamiku, tanpa papahnya. Bukan hanya Reno yang sulit menerima sebagai anak yatim, bagiku juga berat menyandang predikat janda.

Usiaku 30tahun tapi sudah janda, pahit memang kenyataan ini. The life must go on..

Kehidupan ini harus jalan terus, apapun keadaannya kita harus siap menghadapi, sepahit apapun harus kita lewati. Aku harus kuat. Terkadang keadaan memaksa kita untuk menjadi seorang pejuang, pejuang yang tangguh.

Aku harus bekerja, aku harus punya penghasilan untuk menyambung hidup. Aku bekerja dikantor lamaku sebagai accounting, karena basic aku dari akuntansi. Sejak hamil Reno, saya memutuskan untuk dirumah dan focus mengurus anak.

Ada Reno disisiku yang membuatku kuat dan aku takkan pernah meninggalkannya sendiri. Dia masih kecil. Masih banyak perjalanan yang harus ia lewati. Reno adalah hidupku.

Melihat Reno terlelap dalam tidurnya, ketika itupula aku teringat pada papahnya. Reno seperti papahnya. Ketika aku merindukan suamiku, Renolah yang selalu menghiburku, mengobati rasa rinduku.

Setiap malam dalam tidurku, ketika aku ingin bertemu dengannya. Suamiku selalu hadir dalam mimpi. Entah ini mimpi biasa atau entah ini hanya halusinasi, entah hanya bayang-bayang saja karena aku terus terusan memikirkannya. Aku tak mengerti. Ketika aku teringat pada suamiku, saat itulah dia hadir di benakku. Seolah dia akan terus hidup dihatiku, walaupun aku tau dia sudah meninggal. Sosoknya takkan pernah tergantikan oleh orang lain.

Keluarga dan saudara-saudara mengatakan padaku, jika ada pria yang baik hati, menikahlah dengan dia. Tapi rasanya tidak mungkin, Mas Heri takkan bisa terganti, dia adalah cinta pertamaku dan cinta terakhirku. Aku selalu menangis ketika aku teringat kata-kata cintanya, manjanya, tingkah lakunya, amarahnya. Membuatku tak tahan ingin manangis dan terus menangis.

***

“ Mah, besok pembagian izasah. Mamah harus datang ya.. “ Reno

“ kapan Ren ? “ tanyaku

“ Besok hari Jum’at, jam 9 pagi sampai selesai,… “

“ Kalo sabtu boleh enggak ? besok jum’at mamah kerja, mana ada meeting penting “ Aku

“ ya enggak bisalah mah, ini kan acara lulusan. Enggak bisa….” Reno agak kesal.

Tak terasa sudah 5tahun, kami hidup berdua. Reno sudah mau menginjak SMP. Reno tumbuh jadi anak yang dewasa, dia tidak mengeluh ataupun marah dengan keadaan.

Di sekolahannya Reno selalu menjadi juara umum. Aku bangga padanya.

“ baiklah… mamah akan datang “ jawabku

“ nah gitu dong,.. “ Reno dengan senang.

***

Sepagi mungkin, jam 6 aku dan Reno berangkat ke sekolahan. Walaupun masih sepi. Aku datang ke kantor sekolahan untuk ambil duluan, guru-guru mengerti dan memberikannya.

Reno mengajakku untuk berlibur di akhir pekan ini. Kemana aja yang penting liburan, pinta Reno.

Dan aku menuruti permintaannya. Sabtu dan minggu aku libur dan sekolah juga libur.

Weekend, waktu yang tepat untuk berlibur. Kami berdua memutuskan berlibur ke Bali.

Sabtu jam 6 pagi, keberangkatan. Sudah lama sekali aku tak pernah berlibur ke luar kota terakhir pergi bersama almarhum bertiga ke Manado. Setelah itu tak pernah liburan yang jauh-jauh.

Ini aku hanya lakukan untuk  membuat Reno senang saja.

Dan Alhamdulillah rezeki tak pernah putus menghampiri kami. Aku anggap inilah adalah rezeki dari Allah untuk Reno, anak yatim. Uang yang datang padaku, itu adalah milik Reno.

***

Setiba di Bali, kami menginap di Hotel yang tak terlalu mahal. Reno begitu senang dan kubiarkan dia melakukan apa yang dia suka. Katanya dia ingin berenang yang disediakan hotel, maen game, jalan-jalan ke pasar tradisional untuk membeli oleh-oleh buat teman-temannya, trus dia ingin ke tanah lot. Aku ikutin saja apa yang dia mau, supaya dia bahagia.

“ mah, ayo dong jalan terus “ Reno

“ duch mamah enggak sanggup lagi, capek Ren… “ keluhku.

“ yach mamah payah nich, jangan Reno aja yang senang, mamah juga harus senang dong.. , Ayo kita jalan lagi… atau kita naek sepeda aja, Yuk ! “ Pinta Reno.

Aku hanya tersenyum saja, melihat tingkah Reno yang begitu senang.

“ oke oke…” Aku sambil jalan ikutin langkahnya.

Sudah lama sekali aku tak pernah bersepeda, untunglah sepeda yang kami sewa adalah sepeda gandeng, jadi tidak mungkin jatuh. Rupanya Reno pandai membahagiakan orang lain, terlintas dalam benakku. Dia seperti papahnya. Tapi aku berusaha tersenyum bahagia, jika aku teringat pada suamiku, hatiku sedih.

“ Ren, kita istirahat dulu yuk…” Pintaku, saat ada warung kecil dipinggir jalan.

Reno hanya ikutin saja, apa yang mamahnya mau. Mamahnya minta duduk diwarung kecil itu sambil minum jus alpukat kesukaannya, melepas dahaga.

“ mah,..”

“ hmm..”

“ mamah senang enggak ?..” tanya Reno.

“ kenapa nanya gitu ?..” Aku menghindar

“ mah, Reno setuju apa yang dibilang nenek..” Reno sambil minum pocari botol.  

“ nenekmu bilang apa emang ?.. “ tanyaku

“ jika ada pria yang mencintai mamah dengan setulus hatinya, bersediakah mamah menikah dengannya ?..”

Aku tersentak mendengar apa yang Reno ucapkan, aku tak menyangka anak kecil ini begitu berani bilang begitu padaku.

Aku tak menjawab, aku hanya bilang begini. “ kamu masih kecil, kamu belum mengerti apa itu artinya cinta…”

“ mamah bilang Reno anak kecil yang tak mengerti cinta, betul Reno memang tak mengerti. Tapi apakah mamah mau terus-terusan hidup tanpa suami ?... Reno mau punya ayah baru “

Aku semakin tak percaya apa yang Reno katakana padaku, aku bisa mewujudkan apa yang Reno mau, tapi tidak untuk ini. Aku tak bisa.

“ Reno… “ aku menghela nafas. Aku bingung dibuatnya bagaimana menjelaskan padanya supaya dia bisa mengerti.

“ Reno, cinta itu tidak bisa kita paksakan.. bagi mamah, papah kamu adalah cintaku. Yang tak mungkin tergantikan oleh siapapun…” aku

Reno hanya terdiam, dia menghabiskan air minum sisa dibotol. Dia beranjak pergi meninggalkanku. Dia berjalan kearah pantai.

“ Reno…” panggilku dengan keras, tapi tak hiraukannya. Ia terus berjalan ke arah pantai. Aku khawatir dia hilang, apalagi ini di Bali kota wisata. Aku segera membayar minum dan mencari Reno ke arah dia pergi. Aku tau dia marah padaku. Rupanya anak ini, sudah mulai dewasa.

Aku terus mencari Reno tapi belum ketemu.    Aku terus bertanya pada orang-orang di sekitar pantai, tapi tak ada yang mengenali. Aku semakin khawatir dibuatnya.

Di pojok sebelah kanan, aku melihat seorang pria yang sedang duduk dengan kacamata hitamnya. Entah apa yang menarik mataku untuk terus melihatnya.

Dia melepaskan kacamata hitamnya, menyadari bahwa ada wanita yang sedang melihatnya. Aku tersadar, rupaya aku telah memandangi seseorang tanpa izin. Aku menghindar dan pergi dari pria itu.

Aku terus mencari-cari. Sesekali aku menengok kebelakang, kearah pria itu. Tapi rupanya sudah tidak ada. Aku menghela nafas.

Dan aku terus mencari Reno, anakku.

***

“ mamah…” suara Reno memanggil dengan keras.

Aku menoleh kearah suara itu. Rupanya benar, Reno. Aku berlari kearah Reno dan segera memeluknya. Begitupun Reno, memeluk mamahnya.

“ Syukurlah,.. aku menemukan kamu nak “ Kembali aku memeluknya.

“ Maafkan Reno mah… Reno salah sama mamah “ Reno

Aku tersenyum dan menangis padanya, aku tak berani mengatakan apa-apa lagi selain menangis dan terus memeluknya.

Aku terkejut, ketika ada pria yang berdiri dihadapanku. Aku melepaskan pelukan dengan Reno dan beranjak berdiri dan menghapus air mataku.

“ mah, pria ini yang membantuku mencari mamah. “ Reno

Pria itu tersenyum padaku dan aku membalas senyumannya. Kali ini pria itu tanpa kacamata hitamnya, pria yang tadi aku pandangi.  “ Terima kasih ya, sudah menemukan putraku…” aku.

“ sama-sama, tadi saya melihat mbak seperti mencari seseorang dan ketika Reno bertanya padaku. Apa mungkin mbak ini, dan rupanya benar… “ kata pria itu.

“ sekali lagi terima kasih ya.., Saya Lia “ Aku sambil menyodorkan tangan kananku untuk bersalaman.

“ Saya Iksan “ Pria itu menyambut tanganku untuk bersalaman.

***

Senin pagi jam 8 aku sudah sampai di Jakarta, Reno masih libur sedangkan aku sudah harus berangkat ke kantor. Reno sudah terbiasa sendirian dirumah. Aku enggak khawatir meninggalkannya. Dia mulai membongkar-bongkar isi koper, untung ada mbak Yati yang membantu. Pembantuku yang setiap jam 9 datang dan jam 3 pulang. 5tahun terakhir ini, Mbak Yati selalu membantu membereskan rumah dan menemani Reno di siang hari.

Ada secarik kertas kecil didalam tasku, bertuliskan no telpon pria yang menemukan Reno. Aku teringat pada pria itu.

***

Sepulang dari kantor, jam 7 malam sudah sampai di rumah. Telpon selulerku berbunyi dan dilayarna bertuliskan iksan. Aku terkejut dan mendadak jantungku berdetak dengan kencang. Dengan ragu aku mengangkat telpon darinya.

“ Assalamu’alaikum..” Iksan

“ Wa’alaikum salam,..” Jawabku

“ sudah sampai di Jakarta ya mbak ?.. “ tanya Iksan

“ iya pagi tadi sudah sampai, kalo kamu masih di Bali ?.. “ tanyaku

“ enggak, aku udah di Jakarta. Besok sudah harus masuk kantor, kalo enggak bisa dipecat nich, lama-lama berlibur… “

Aku dan iksan sama-sama tertawa ringan.

“ Mbak Lia,..”

“ Iya… “ jawabku

“ ehmm.. bolehkah aku mengenal kamu dengan baik ?...” Iksan

Aku tak percaya apa yang baru aku dengar dari seberang telponku, aku terdiam, detak jantungku terus berlaju kencang, entah apa maksudnya ini, aku juga tidak mengerti.

“ halo… “ sapa iksan lembut, iksan tau apa yang dibilangnya akan membuat Lia kaget.

“ iya… “ jawabku dengan bimbang

“ bolehkah aku berteman baik dengan kamu ?..” Iksan

“ehmm… boleh saja “ jawabku.

Lalu kami berdua melanjutkan ngobrol membicarakan tentang masing-masing.

Iksan adalah pria yang baik hati. Dia seorang duda tanpa anak. Istrinya sudah menikah lagi dan memutuskan untuk mengikuti suami barunya, yang berkewarganegaraan Australia dan menetap disana. Mantan istrinya sudah mempunyai anak 3. Dan ia masih belum menikah.

Usianya 2tahun lebih tua dariku. Kukira dia lebih muda dariku, wajahnya terlihat masih muda, baby face.

Aku dan dia, semakin saling mengenal dan semakin dekat.

Iksan membuat hidupku lebih berarti dan penuh warna. Kini aku berani tertawa lepas bersamanya. Berani bercanda bersamanya. Iksan mengajarkanku untuk tersenyum setiap hari. Hari demi hari, harus selalu ada senyuman. Harus selalu bahagia.

Iksan mengatakan padaku, bahwa kebahagiaan itu datangnya dari diri sendiri. Mau sedih mau senang tergantung pada kita sendiri. Dia mengubahku menjadi pribadi yang ceria. Kesedihan telah berlalu, kenapa harus mengenang yang sedih-sedih ?.. kenapa harus berlama-lama dalam kesedihan ?.. kenapa hidup selalu dibikin menjadi sedih ?... tambahnya padaku.

Dalam benakku bertanya pada diriku sendiri. ‘ apakah aku telah jatuh cinta padanya ? aku takut jatuh cinta padanya… ‘ aku tak bisa tidur, terus memikirkan pria itu.

***

“ mah, om iksan baik dech. Besok dia mengajakku, nonton basket di sport mall – kelapa gading “ Reno.

“ oh ya ?..” aku tak menyangka Iksan mengajak Reno pergi tanpa sepengetahuanku.

“ iya, Reno seneng dech. Kemarin sore Reno ketemu Om disekolahan, dia mengajarkan Reno cara maen basket…. Supaya bolanya bisa masuk… “

“ wuih om iksan keren mah, maen basketnya bagus… “ tambahnya dengan riang.

Aku hanya tersenyum saja mendengarkan ceritanya. Rupanya iksan sering mengajak Reno untuk ngobrol ataupun maen basket tanpa seizinku, tapi tak mengapa bagiku.

***

Didalam kamar, kupandangi poto almarhum suamiku. Kini aku tak ingin menangis.

Aku kumpulkan semua album poto yang ada almarhum, kacamata minus suamiku, jas suamiku, sepatu kilap suamiku dan barang-barang suamiku lainnya. Aku tak mau lagi melihatnya, jika aku melihatnya teringat pada almarhum,rasanya hatiku teriris tajam dan ingin menangis.

Masa lalu biarlah berlalu, aku tak mau lagi dibayang-bayangi oleh kenangan yang membuatku menangis. Aku ingin bahagia.

Semua barang-barang yang berhubungan dengan almarhum suamiku, aku simpan rapih dalam gudang. Dan kenangan bersamanya akan selalu tersimpan dalam hatiku yang paling dalam. Bukan aku membuangnya tapi aku simpan, aku simpan dalam masa laluku. Selamat tinggal masa laluku. Kini, nanti dan esok adalah masa depan, masa depan  yang akan membuat kenangan indah bersama orang-orang terkasih.

Aku terus memandangi photo suamiku, kuusap-usap dengan lembut. Tak ada air mata yang menetes dari mataku.

“ kata ini akan selalu ada untukmu, kamu akan selalu dihatiku selamanya…..”

Aku menutup tutup duz yang berisi poto suamiku, aku beranjak dan menutup pintu gudang lalu menguncinya.

***

Malam ini adalah malam minggu, aku terbiasa menikmati malam minggu seperti malam-malam lainnya. Tak ada bedanya, sama saja. Tapi malam minggu kali ini sungguh berbeda.

Aku bahagia, aku sumringah, jantungku berdetak kencang, ada perasaan yang berbeda, mungkin aku salah menilai tapi hatiku telah memilih, mungkin aku salah menduga tapi hatiku tetap memilih, mungkin aku salah mengira tapi hatiku akan selalu memilih, mungkin aku salah berprasangka tapi hatiku tak mungkin salah memilih.

Kuputuskan aku untuk memilih, bahwa hidup ini adalah pilihan, selalu ada pilihan, selalu ada jalan. Sekali memilih jangan pernah menyesali keputusan yang dipilih. Itulah yang terjadi padaku.

Malam minggu ini, iksan mengajakku dinner. Tanpa berfikir panjang aku menjawab ‘iya aku mau dinner dengan kamu..’ aku bahagia.

Inikah cinta ?.. atau sekedar pelarian dalam kesepianku ?.. Tidak !

Aku mencintai Iksan, dan aku mencintai suamiku. Aku mencintai keduanya. Mereka berbeda, mereka mempunyai kepribadian yang berbeda. Suamiku adalah masa lalu, Iksan adalah sekarang, nanti dan esok. Aku tak mau menyia-nyiakan itu.

Cinta pertama akan selalu berakhir untuk menerima cinta yang kedua.

Iksan akan melamarku dan menikahiku, aku senang dan bahagia. Terlebih Reno merestui hubunganku, Reno tampak bahagia punya papah baru. Reno sangat menyayangi papahnya, dan dia juga mau menerima Iksan sebagai papah barunya, begitupun keluargaku dan keluarga Iksan merestui pernikahan kami.

Sebelumnya aku datang ke keluarga almarhum suamiku untuk meminta izin, bagaimanapun mereka adalah orang tuaku juga. Mereka adalah bagian dari hidupku. Betapa bahagianya hatiku, mereka juga merestui hubungan kami berdua.

Lengkap sudah bagiku. Perjalanan hidup itu tidak mudah. Kini aku harus lebih berani menghadapi semua kenyataan. Kita semua sedang berjuang menghadapi kerasnya hidup. Aku menjadi pejuang bagi hidupku sendiri. Aku hanyalah seorang perempuan, sekuat apapun, seberjuang apapun, perempuan itu lemah, dia akan menjadi kuat ketika dia bersandar dipangkuan seorang suami.

 Aku percaya Allah itu dekat dan akan selalu dekat jika kita juga mendekat padaNya.

Doaku akan selalu menyertai almarhum suamiku. Selamat Jalan.

***
(Oleh: Dede Damayanti)


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta