
Kemacetan yang terjadi di Jakarta sudah menjadi hal yang akrab bagi para pengguna jalan. Hampir saban hari kemacetan selalu menyerang kawasan Jakarta, untuk mengatasinya pelbagai kebijakan dikeluarkan, namun hasilnya nihil. Bahkan kemacetan menjadi hal yang seksi untuk diajadiakn ajang kampanye para calon Gubernur DKI.
Dari kemacetan itu, angkutan umum atau biasa disapa angkut disebut sebagai biang keroknya, sebagaimana dipaparkan pakar kebijakan publik Andrinof A Chaniago.menyatakan, bahwa Angkutan Umum adalah penyebab dari kemacetan yang terjadi di Jakarta.
Untuk membuktikannya, hal itu dikuatkan dengan hasil survei yang dilakukan CIRUS Surveyors Group dengan Tim Visi Indonesia 2033 pada April 2012 lalu, ditemukan sejumlah faktor penyebab kemacetan lalu lintas di ibukota Indonesia. Sebagian besar responden menyebutkan bahwa faktor penyebabnya adalah angkutan umum yang ngetem sembarangan.
Untuk itu, Andrinof menegaskan, "Selama ada angkot, maka jangan berharap kita bebas dari macet," ujarnya, , Minggu (1/7/2012). Lanjutnya, hal itu dieperkuat dari data yang menunjukan besarnya populasi angkutan umum. Di Jakarta, jumlah taksi saja sudah mencapai 24.324 unit. Bajaj dan bemo sekitar 15.000 unit. Lalu, ada mikrolet, APB, dan KWK dengan jumlah 12.984 unit.
Sementara terlihat di lapangan, pada pukul, 10.15 WIB hampir sepanjang jalan, tepatnya di didepan mall Pondok Indah arah Lebak bulus (1/7), kondisi jalan raya padat merayat. Dan terhitung hanya tiga mobil metro mini yang masih melintas, sisanya mobil-mobil pribadi dan kendaraan roda dua. (Yatna)