Berita Terbaru:
Home » » Bunuh Diri, Pemberontakan Terakhir?

Bunuh Diri, Pemberontakan Terakhir?

Written By angkringanwarta.com on Saturday, February 09, 2013 | 14:08


Adakah yang lebih terkenang dari Sondang Hutagalung, selain peristiwa Rabu (7/12/2011) sore tepat di depan Istana? Karena aksi  nekatnya, Sondang sempat ramai diperbincangkan, hal itu dapat dilihat dari komentar-komentar yang mencapai puluhan bahkan ratusan disetiap pemberitaan media oline.  Tak jarang para komentar yang menghardiknya dengan menyebutnya sebagai tindakan bodoh.

Melihat aksi Sondang, sebenarnya sempat populer di Eropa sekitar tahun 1976, di mana  sejumlah pemuda yang menyebutkan dirinya sebagai Ulrike Meinhof : “Bunuh diri adalah tindakan pemberontakan terakhir.”

Meinhof sendiri kerap mengutip sebuah Drama Bertolt Brecht, Die Massnahme: “Membunuh adalah hal yang mengerikan. Tapi kami tak hanya akan membunuh orang lain. Kami juga akan membunuh diri sendiri bila perlu. Agar dunia dapat diubah dengan kekuatannya sendiri, seperti  diketahui setiap orang yang masih hidup.”

Menhof sendiri memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri dalam sel. Aksi tersebut diikuti beberpa penghuni lainnya. Di sel 716, saat itu sang sipir tersentak menyaksikan tubuh Jan Carl Raspe  yang bersandar  di dinding dengan darah mengucur.

Begitu juga pada saat sipir menyaksikan Andreas Baader membujur kaku dengan bersimbah darah dalam Sel 719.  Tak kalah mengejutkan, terjadi di Sel 720, tubuh Gudrun Ensslin menggantung. Irmgard Moller meregang nyawa di Sel 725. Demikian ditulis Dian Basuki dalam majalah Tempo edisi 25 April-1 Mei 2011
Meraka memilih berjuang dengan cara mengakhiri hidupnya untuk sebuah harapan bagi yang hidup. Begitu juga Sondang, seorang mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) memilih bakar diri. Aksi Sondang sebenarnya terbilang baru dalam ranah sejarah Demonstrasi Indonesia.

Sanyangnya, sosok Sondang tak seheroik Soe Hok Gie. Gie yang sempat menjadi simbol aktivis kaum muda melawan kekuasaan, Gie menjadi begitu populer hingga rasanya belum lengkap jika belum menyaksikan filmnya, begitu juga dengan kisah-kisahnya yang menghiasi toko-toko buku.

Mungkin saja,  Sondang tak melengkapi kehidupannya dengan sebuah catatan sehingga tak ada produser film yang menayangkan “catatan seorang demonstran.” Lalu tinggal diperankan aktor keren Nicholas Saputra.

Kendati demikian, Sondang merupakan salah satu dari sekumpulan pemuda berkumpul di Seven Eleven yang  membasahi tenggorokannya dengan Bintang, Angker, Mix-max, atau Guins. Bisa juga lebih keren mengunjungi tempat-tempat untuk mendengarkan dentuman musik  dengan putaran lampu kelap-kelipnya  (dugem).

Sementara, sejumlah pemuda memenuhi warung kopi, wajah-wajah kebingungan mengiringi tegukan kopi hitam, serta rokok yang tak putus-putus diisap lalu melongo mencari  sisa rokok ditumpukan asbak.

Mungkin saja salah satu dari mereka berpikir untuk mengikuti jejak Sondang dengan cara yang sedikit agak berbeda agar terlihat lebih ekstrim. Ditunggu saja, setidaknya akan membantu para jurnalis dalam mencari berita.

Begitu juga dengan para pembaca yang mulai dijenuhkan dengan cerita-cerita anggota Dewan pindah haluan, atau dugaan korupsi daging sapi oleh para petinggi PKS, atau Presiden SBY yang merasa lebih bertanggungjawab terhadap Demokrat dari pada rakyat Indonesia.

Lalu media baik cetak maupun elektronik menulis di halaman muka dengan judul panjang-panjang dan juga dibuat sedramatisir, “Aksi Sondang kedua, Kecewa atas busuknya Pemerintah”, atau “Pemuda ini Nekat Gantung Diri di Depan Istana Lantaran Kesal dengan Petinggi yang Korup”, atau yang lainnya.

(Ayodya Kelana)


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta