Aktivis mahasiswa UIN Prayoza Saputra, menjelaskan rencan menaikan harga BBM merupakan kebijakan yang bertentangan dengan tujuan Negara. Karena, dampak kenaikan harga BBM akan berimbas langsung pada kenaikan harga kebutuhan pokok. “Kebijakan ini akan memberi dampak langsung kepada masyarakat miskin,” tegasnya, Rabu (22/5).
Selain itu, lanjutnya, kenaikan harga BBM malah akan meningkatkan angka kemiskinan. Hal ini tentunya merupakan bentuk penindasan yang nyata terhadap masyarakat. Sedangkan bantuan langsung masyarakat sementara (BLSM) sebagai kompensasi jelas tak akan menutupi kebutuhan pokok masyarakat.
Tak hanya itu, dampak kenaikan harga BBM hanya akan memperlebar jurang kesenjangan sosial. “Yang miskin tetap miskin sedangkan penguasa akan semakin gila dengan kekuasaanya,” imbuhnya.
Senada dengan Yoza, Ferdian Rahmandai, massa aksi lainnya menegaskan, kebijakan untuk menaikan harga BBM merupakan kebijakan yang menunjukkan ketidakadilan bagi masyarakat Indonesia. Ia menambahkan, setelah merajalelanya kemiskinan dan gagalnya pendidikan nasional, pemerintah masih saja menaikan harga BBM yang merugikan “Kenaikan BBM menjadi bukti betapa tidak adilnya Negara kepada masyarakat,” jelasnya.
Padahal, lanjutnya, Indonesia memiliki kekayaan alam yang mampu menghidupi masyarakat Indonesia. Namun, dari banyaknya kekayaan alam tersebut, hanya sedikit yang mampu dikelola Negara. Ketidakmampuan pemerintah untuk menglola kekayaan alam menunjukkan kegagalan pemerintahan SBY Boediono.
Dalam aksi yang dilakukan di depan kampus UIN Jakarta ini, mahasiswa sempat memblokir jalan sehingga semat terjadi aksi dorong antara mahasiswa dan polisi. Selain itu aksi juga membuat kemacetan sepanjang jalan Ir.H. Djuanda Ciputat.
(Adit)