Wacana soal
rencana partai Demokrat menggelar konvensi guna mencari kandidat capres yang
akan maju pada Pemilu 2014 sepertinya bukan hanya isapan jempol. Para petinggi
partai yang identik dengan warna biru kian gencar menghembuskan wacana
tersebut. Sayangnya, disinyalir hajatan Demokrat ini terselip muatan politis. Pada akhirnya hanya akan menguntungkan Demokrat.
Untuk itu para kandidat diminta berhati-hati agar tak terperangkap jebakan Demokrat. "Istilahnya seperti mendorong mobil mogok. Para tokoh dikumpulkan melalui konvensi untuk mendorong partai yang kinerjanya lagi mogok karena persoalan internal Tapi, begitu mobilnya sudah jalan, yang mendorong ditinggalkan,” ujar pengamat politik, M Qodari.
Pengamat politik
Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens menilai konvensi hanyalah strategi SBY
untuk menaikkan citra Demokrat tanpa perlu menguras modal. Apalagi, elektabilitas
mereka sedang terjun bebas.
Bagi dia, tujuan
sebenarnya adalah untuk mendapat perhatian masyarakat dengan memberikan
pandangan positif terhadap Demokrat. Selain itu, menurut Boni, konvensi
merupakan alat justifikasi calon presiden yang dikehendaki dinasti Cikeas.
’’Ini hanya akal-akalan supaya terlihat demokratis," tukasnya, Selasa
(9/7).
Hal senada
dilontarkan pengamat politik LIPI, Siti Zuhro. Ia pun berharap Demokrat
sungguh-sungguh menggelar konvensi. Jangan membungkusnya seolah-olah demokratis
padahal demi pencitraan belaka.
Zuhro pesimis
konvensi digelar secara transparan dan bebas intervensi Cikeas. Demokrat harus
bangun trust (kepercayaan). Konvensi harus dipikirkan formulanya seperti apa.
Kita berharap konvensi PD tidak sifatnya maksa," tukasnya.
Soal pencintraan
juga diamini Jusuf Kalla. Bekas wakil presiden ini yakin konvensi dijadikan
alat pendongkrak citra Demokrat. Soalnya, hal serupa pernah terjadi pada Partai
Golkar.
JK mengibaratkan
proses penjaringan tersebut layaknya ajang pencarian bakat semacam Indonesian
Idol. "Masak saya ikut Indonesian Idol. Sudah senior begini masa ikut
penyisihan," sindirnya.
@ayodiaKelana/Berbagai
Sumber