Berita Terbaru:
Home » » Pahitnya Kopi Terselip Sayang Untuk Evi Idawati

Pahitnya Kopi Terselip Sayang Untuk Evi Idawati

Written By angkringanwarta.com on Sunday, December 15, 2013 | 03:36

Selasa malam, (10/12/ 2013) penikmat kopi berkumpul di Rumah Surah Sastra, Bintaro. Sambil sruput Beladro Coffee asal dari tanah Gayo, Aceh, obrolan tentang puisi mengalir.

Memang sudah disengaja, Majalah Surah dan KOLEKAN (Komoenitas Lesehan Keboedajaan) mengundang Edy A Effendi (Kritikus Sastra) dan Abdullah Wong (Penulis Novel MADA) membedah buku antologi puisi 9 Kubah karangan Evi Idawati (penyair Jogja) dengan tajuk ‘Kopi dan Puisi II’.

Obrolan malam ini bermula dari candaan malam Minggu (7/12) antara Majalah Surah dan KOLEKAN di warung kopi. Dari sanalah terbesit menghadirkan kembali ‘Kopi dan Puisi II’ seperti ‘Kopi dan Puisi I’ pernah dilaksakan Majalah Surah beberapa bulan di Wahid Institute, Mantraman.

Sebagai event lanjutan, buku antologi puisi 9 Kubah menjadi tema pilihan untuk dibedah malam tersebut. Meski acara yang berlangsung dari pukul 19.00 hingga 23.00 santai dan semarak. Namun, tak menghilangkan inti acara tersebut.

Edy tanpa basa-basi ‘mengeksekusi’ santapan buku 9 Kubah yang tersaji dihadapannya. Sebagai kritikus sastra, EAE sapaan akrabnya mengkritik dari kata dasar, pemilihan diksi, dan juga dari segi  psikologi sang penulis buku tersebut.

Abdullah Wong pun tak mau kalah dengan EAE. Sebagai orang yang bergeliat di dunia teater, ia mengapresiasi karya Evi dari perspektif bahasa Al-Quran dan filsafat.

Sebagai tambahan, EAE dan Abdullah Wong menyampaikan, kritik itu sebagai simbol apresiasi terhadap sebuah karya. Membangun agar sang penulis bertambah semangat dan lebih baik dalam karyanya di kemudian hari.

“Kita disini mengapresiasi buku antologi puisi 9 Kubah mbak Evi melalui kritik. Sebab, kita sayang kok sama dia,” ujar EAE yang juga mantan wartawan Media Indonesia.

Suasana tenggang berubah mencair dan bersahabat saat perserta mendapatkan sumbangan dari aktivis Komunitas Kretek, Jibal Windiaz yang menyumbang sebuah puisi. Bergaya nyentrik, ia menyanyikan puisi Sutradji Calzoum Bachri diiriingi petikan gitar bergenre Jazz.

Kemudian dilanjutkan dari perwakilan Kolekan, menampilkan musikalisasi puisi bertema nasionalisme dengan semangat mudanya.

Penggagas acara Kopi+Puisi sekaligus penulis di Majalah Surah, Zakky Zulhazmi mengatakan, acara ini akan rutin dilakukan sebulan sekali. Menurutnya, geliat sastra harus kembali dibangunkan terutama di Ciputat yang dulu sempat menjadi sarang bagi pegiat sastra dan kebudayaan.

“Semula bermula ketika para pegiat Majalah Surah merasa gelisah akan kurangnya ruang-ruang publik untuk membaca dan membincangkan puisi. Kalaupun ada, jika tidak di gedung kesenian pastilah di cafe-cafe. Puisi pun terkesan ‘mahal’ dan agung, sehingga sulit didekati. Dari sanalah muncul ide untuk membuat acara Kopi+Puisi," ujarnya.

Menurutnya, acara sederhana yang mana setiap orang yang datang dapat menikmati sambil baca atau membincang puisi. "Semoga acara-acara sejenis bisa bertambah banyak. dalam rangka memasyarakatkan sastra dan mensastrakan masyarakat,” imbuhnya.

Azami







Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta