Aku berlari mengejarnya
ia berlari terus berlari
penuh harap dapat meneguknya
menyetubuhinya
hingga sejuta kata terlahir
siangpun tak kunjung datang
siang menjadi begitu mudar
malam didapati dalam kilauan sinar matahari
Aku pergi
ia terus mengejar
ia begitu dekat sangat dekat
aku bersembunyi
tetap aku menyaksikan dia menyaksikan
Aku kembali berlari terus berlari
dia semakin mengejar dan mengejar
hingga napas beradu napas
kata menjadi tuak yang selalu menyisakan rasa haus
tak ada waktu untuk lelah sekadar tawaran dahaga
dengan tubuhku yang terkuarai dengan napas melenyap
Kampung Utan,(13/12)
*Penulis adalah orang yang tak paham apa itu puisi, cerpen, dan segala macam yang berbau fiksi atau non fiksi.
+ komentar + 1 komentar
Meskipun tak memahminya, tapi aku suka. salam kenal