Jakarta, Seorang terkantuk-kantuk bahkan untuk beberapa saat sempat memejamkan mata di bangku supir Bajaj. Ia berada di deretan Bajaj yang sedang mangkal, di antara deretan Bajaj nampak Bajaj berwarna biru dengan bahan bakar menggunakan gas, bernomor polisi B. 2718 QE.
Seperti terkagetkan, seketika ia terbangun lalu bergegas membuka pintu dan ke luar dari Bajaj, menghampir sebuah warung, tak lama sebuah minuman kopi susu telah berada di tangannya, sambil menugguk secangkir kopi, ia mendengarkan lagu "Kau masih perwaan atau sudah janda..." sambil mengaguk mengikuti irama musik.
Tingkahnya yang demikian, membuat para supir Bajaj yang lain tertawa. Para supir yang lain, saat itu sedang asik bermain catur dan ada juga yang menyaksikan permainan catur. Apabila dihitung-hitung jumlah mereka ada lima orang dan ditambah satu orang penghidang kopi. Mereka semua berkumpul di tempat yang mereka anggap pangkalan, meskipun sebenarnya bukan sebuah pangkalan. Sebab, jika mangkal di depan dikejar-kejar polisi.
pengejaran polisi atau disebut rajia polisi terhadap penertiban Bajaj lagi marak, apalagi dengan terutama buat Bajaj bodong ( sebuah istilah buat Bajaj tanpa surat-surat). Dan mengenai rajia pada Bajaj bodong sebenarnya bukan masalah buat kami, tapi yang menjadi masalah adalah kenapa hanya Bajaj yang di kejar-kejar, kenapa ojek enggak dikejar? Lalu masalah peremajaan terhadap Bajaj.
Untuk ojek sendiri, mereka tidak mempunyai surat-surat. Sedangkankan Bajaj mempunyai surat-surat, seperiti surat ijin usaha, surat kir, surat trayek. Sedangkan ojek? Dan sejujurnya ojek menjadi pesaing kami, tapi kenapa ojek tak ikut dirajia. Ujar Bajaj bernomor polisi B 2718 QE.
"Memang semuanya usaha, tapi bagaimana kami meresa enggak dirugikan." dengan logat khas Tegal. Hampir seluruh dari mereka merupakan orang Tegal, saya sudah mempunyai dua orang anak, untuk anak pertama Sekolah Menengah Kejuruan kelas 1, dan satunya lagi masih SD kelas V.
Belum lagi, untuk Bajaj yang saya kendarai mempuanyai setoran yang berbeda sendiri, dari pada Bajaj yang lainya, untuk Bajaj yang lainnya Rp 30.000,- sedangkan saya Rp 100.000,- yang akan saya setor pada H. Rokhmani asli betawi pada pukul 23.00 WIB.
Jadi, apa yang saya mendapatkan uang bersih berapa dari pagi, belum lagi uang bensin. Terkadang terdapat sisa sebesar Rp 30.000,-, tapi itu juga belum sama makan, bayar kosan. Saya hanya bisa ini, dan dari dulu saya supir Bajaj, tambahnya.
Lalu pandangan kembali ia alihkan pada bidak catur, tak lama ia langkahkan benteng. Ia kembali melanjutkan, saya sebut saja Jambul, semuanya di sini Jambul, sebuah nama yang menunjukan pada pada supir Bajaj yang sempat tertidur.
Untuk Bahan bakarnya sendiri, ini sambil jemari menunjuk pada Bajaj berwarna biru dengan tulisan Bahan Bakar Gas, menggunakan Bensin, memang Gas lebih murah, tapi adanya di Pancoran kalau dari sini, Pinang Emas I, Pondok Indah mau beli ke Pancoran?
Oh, iya mas. Masalah BBM menjadi kendala tersendiri buat kami. Bensin yang perliternya seharga Rp 4500, sedangkan untuk Bajaj jenis lama dalam sehari menghabiskan 7 bahkan sampai 8 Liter perhari, belum lagi bayar setoran, jadi kalau bisa pemerintah cukup memperhatikan, seorang lawan mainnya menyela.
Waktu hampir menunjukan waktu magrib, dan seorang supir Bajaj bersiap mengatar penunpan, kala seorng ibu yang menyebut-nyebut kata Bajaj. Di tempat ini, kami berkumpul dan menghibur diri.
Mengenai pengisian gas di sini memang masih langka, ungkap seorang administrasi pembensin pertamina. Sutono menambahkan, "Bahwa masalah gas itu, hanya ramai di TV, kenyataannya belum terlaksana." Tono menambahkan, sepengetahuan saya, pembensin yang terdapat Gasnya hanya ada bebeberapa saja, di antaranya Jakarta Timur terus Pancoran.
Masih terdapat bebeberpa kendala, seperti ini saja, sambil menunjukan pada tempat pengisian Premiun yang terletak tepat disampinya. Ini, jika beralih pada Pertamax mesti banyak yang diubah, salah satunya selang, tengki, dan lain-lain. apalagi untuk gas, nanti dulu.
"Gas, kan lebih panas, jadi haru lebih hati-hati, dan juga bau gas." saat ditemui di pembensin yang terletak sebelum moll Pondok Indah dari Radio Dalam (17/1). Pria berasal dari Depok ini, baru saja sampai dari Bank untuk menyetorkan uang pukul 15.30 WIB menambahkan, "Saya berkerja baru satu tahun, sedangkan sebelumnya saya bekerja di pembensin pertamina yang berada di Grogogol."
Tapi, untuk masalah Gas masih amat sukar, perlu dibutuhkan keamanan yang lebih dan juga sosialisasi yang benar-benar, bukan hanya ramai di TV, jadi Pemerintah sendiri belum siap menyiapakan tempanya, tamabnya sambil tersenyum (Dede dan Foto Jose)
Kumpulan Bajaj, Gas Nanti Dulu
Written By angkringanwarta.com on Tuesday, January 17, 2012 | 20:04
Label:
Warta