"Kenapa harus Soekarno? "
"Iyalah, kalau enggak ada poster Soekarno diragukan masalah Nasionalisnya," jawabnya.
"Apa harus dengan poster Soekarno?"
Dan ia sepertinya tak mau kalah atau berniat dari keluar dari pertarungan yang terjadi pada pukul 14.00 WIB, bertempat di Piramida, samping UIN Jakarta. Dengan segala kemampuan, ia keluarkan jurus-jurus, dari jurus filasafat bahasa, dengan metode semantik dan hal lainya, Pokoknya bagaimana lawan bicara nyakin.
Dalam metodenya, ia korbankan Monas untuk dijadikan sebagai contoh, bagaimana monas menjadi tanda sebagai penanda dari Indonesia atau simbol Jakarta, itu menurutnya dan sepertinya setiap orang sepakat untuk hal yang itu. Dan seandainya tak ada monas??????
Kurang lebih begitulah adanya, obrolan dua hari yang lalu, tepatnya pada hari Minggu (10/6) sore.
Berbicara tentang Nasionalis, Memang pernah digembor-gemborkan Presiden pertama Indonesia, terutama saat berdiri dengan dihadapan rakyat Indonesia. Dan mengenai Nasionalisnya, bahkan dia pernah begitu memikirkanya sampai-sampai menghasilkan sebuah karya tentang Nasionalis, Agama, Komunis. Wah makin panjanga aja, seandainya tiga hal ikut-ikutan dibahas.
Dari pada pusing, mungkin ada baiknya mendengarkan lagu dari bang Iwan Fals, kalau bisa sedikit merenungkan tentang lirik-lirik itu.
"Jangan bicara soal idealisme
Mari bicara berapa banyak uang di kantong kita
Atau berapa dahsyatnya
Ancaman yang membuat kita terpaksa onani
Jangan bicara soal nasionalisme
Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri
Atau tentang kita yang buat
Bisul tumbuh subur
Di ujung hidung yang memang tak mancung
Jangan perdebatkan soal keadilan
Sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan
Jangan cerita soal kemakmuran
Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan polan
Lihat di sana... Di urip meratap
Di teras marmer direktur mutat
Lihat di sana... Si icih sedih
Di ranjang empuk waktu majikannya menindih
Lihat di sana.... Parade penganggur
Yang tampak murung di tepi kubur
Lihat di sana....... Antrian pencuri
Yang timbul sebab nasinya dicuri
Jangan bicara soal runtuhnya moral
Mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti
Atau tentang tanggung jawab
Yang kini dianggap sepi "
Dan bagi mereka yang saat ini telah akrab dengan bahasa tentang nasionalis, agama, pancasila, moral, budaya, dan segala macamnya, tak ada salahnya ikut merenung.