Salam silaturrahmi kami sampaikan, semoga kita senantiasa dalam lindungan
Tuhan dan mendapatkan rahmat dan karunia-Nya dalam menjalankan aktifitas. Amin
Sehubung akan diadakannya diskusi publik, dengan tema “Bangsa-bangsa Budak” yang
diselenggarakan ANGKRINGAN WARTA, pada:
Hari/tanggal : Jum'at, 16 November 2012
Waktu :
19.00 WIB - selesai
Tempat :
”Cafeloshophy” (depan kampus UMJ Ciputat)
Berkaitan dengan itu, maka kami mengundang saudara/i untuk ikut serta demi
sukses dan lancarnya kegiatan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
terimakasih.
TERM OF
REFERANCE: Bangsa-Bangsa Budak
Sekapur Sirih: Dunia Kita Kini
"Kita semua
harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia
yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa membikin
kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan
baru, maka “kemajuan” sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus
umat manusia. (Minke, 436):Rumah
Kaca: Pramoedya Ananta Toer.
Layaknya muara
sungai, Indonesia adalah tempat yang strategis bagi bertemunya aliran-dan
pusaran air. Ruang pembauran yang nyaman bagi arus-arus yang membawa segala
pernik-pernik global. Termasuk ampas-ampas putaran ekonomi, ampas dialektika
politik dan ampas usang kebudayaan dari segala penjuru dunia.
Globalisasi sebagai
sebuah keniscayaan juga berperan dalam ekspansi ampas ke penjuru dunia. Segala
bentuk dan model dari dunia maju yang sudah terbukti gagal atau kadaluarsa di
ekspor ke dunia yang dikastakan tertinggal. Dari makanan junk food hingga medis kesehatan meminggirkan produk lokal.
Model ekonomi pasar bebas hingga demokrasi liberal berbungkus hak asasi manusia
dibumbui mitos pemanasan global. Boleh jadi barang yang sebenarnya sudah
tidak layak pakai lagi. (Red/Kc. Bangsa
Pemuja Ampas)
Suram Sepanjang jalan
Lantas bagai mana
dengan dunia pendidikannya ? Sejarah pendidikan di Indonesia sampai saat ini
tidak pernah terlepas dari sejarah panjang penindasan. Pendidikan yang
sejatinya sebagai media untuk memajukan taraf berfikir rakyat sehingga mampu
mengubah keadaan di sekitarnya, mampu menjawab problem-problem yang dihadapi
baik dalam aspek social, ekonomi, politik maupun kebudayaan itu sendiri, kini
tak dapat disandarkan sebagai tumpuan akan kemajuan budaya yang mampu menjamin
terwujudnya tatanan masyarakat yang adil, sejahtera dan berdaulat. pendidikan
kini hanya alat legitimasi pertumbuhan ekonomi
kapitalistik dengan dalil ayat-ayat; ramah investasi, efisiensi dan
segunung fatwa liberalisasi dan kapitalisasi pendidikan tanpa malu di
khutbahkan negara yang pada akhirnya menjadikan demokrasi sebagai logika konstitusi
tentang pembangunan yang eksploitatif.
Budak di Kampung Sendiri
Terperosok dalam
rimba hutang, hingga rimba korupsi. Orde reformasi yang hadir dengan
menjelekkan periode sebelumnya tak ubahnya hanya sekadar mereformasi kegelapan.
Hutang malah berjejal, demokrasi makin suram, korupsi telah mensublimasi ke
berbagai bentuk dan akhirnya pendidikan hanya menjadi alat penopang semua
rekayasa dan janji surga kesejahteraan berbentuk upah murah, Rakyat dipaksa
mengabdikan dirinya tidak lagi untuk memerdekakan dirinya, melainkan hanya
untuk menjadi alat pemuas nafsu kotor komprador ekonomi negeri ini -menjadi Budak
di kampung sendiri- jadilah rakyat teralienasi dari realitasnya.
ANGKRINGAN WARTA
dan FKMU-UIN sebagai bagian dari anak negeri berupaya menawarkan sudut pandang zoom in – zoom out terhadap hal ini. Sudut pandang zoom in menyangkut hakikat keberadaan manusia dan perannya di dunia.
Sedangkan zoom out menelaah peran
negara sebagai tempat berinteraksinya mahluk (manusia). Tentunya sudut pandang ini
menggunakan instrumen alat pandang berupa catatan sejarah bangsa.
Untuk menjawab wacana
sudut pandang ini akan hadir secara lebih mendalam pada Diskusi Tongkrongan, Jumat
16 November 2012. Semoga sumbangsih ini bermanfaat.
Salam Perubahan....