Oleh Sakti Mutiara*
Januari
Ada sesuatu yang tersisa
Tentang gerimis januari yang tiba-tiba reda
Seperti hilang dari masehi
Januari yang tak pernah mengerti
Bahwa bulan tiga menanti
Dan ingin bertukar februari
Agar ada pada satu halaman astronomi
Tanpa selisih hari
Namun, yang ada hanya
Pertama dan kedua
Dan maret yang selalu ganjil
Bersama april
Obituari kisah
Aku memahami kebisuan kita
Yang sedari tadi menahan waktu untuk merebut jiwa
Aku memahami kebisuan kita
Dalam jarak yang dekat untuk saling melekat
Mengurai derai mata yang terus terlarut dalam senja
Kita hanya kemudian menukar udara,
Tak ada daya suara
Seperti kehendak nisan pada pusara
Menjalin bisu di ruang abu-abu
Kan menghendaki begitu?
Kau nisan, aku pusara.
Sedang obituary terlalu lewat untuk disemat
Tak perlu duka cita yang menikam
Tak perlu ucap pamitan dan memaafkan
Kita memahami kebisuan
Sebab kita menikmati aroma kamboja
Dan tanah basah, dalam:
Diam
Yang Berkelana
Dan aku menemukan langkah-langkah itu mulai menata
dirinya lagi
Mencoba kembali menyusun anak tangga menuju rembulan
bersayap malaikat
Setelah lelah mencari jalan setapak yang sukar ditemukan
dalam hutan salju yang beku
Kini, ketika musim panas hadir.. jejak itu menemukan
kembali arah matahari
Memang demikian seharusnya,
Jejak itu tak mungkin tersesat meski pekat. Liat.
Jejak itu harus kemudian lari setelah berhenti.
Dan aku akhirnya menemukan jejak itu menjauh dariku,
Baik. Tak apa. Ia memang harus lari.
Sudah seharusnya pergi.
Andai benar bumi itu bulat,
Kata ibu --Maka jejak itu akan kembali.
Pada rumah dimana ia meletakkan sepatunya untuk terakhir
kali.
*soulrescue3393@gmail.com