Petisi online yang disebarkan Ratna Sarumpaet tentang ajakan
masyarakat mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membubarkan Front Pembela
Islam (FPI) mencapai 8.000 tanda tangan lebih.
Dalam petisi yang diterbitkannya melalui change.org, Ratna menjelaskan,
FPI tidak hanya menyasar mereka yang berbeda agama dengannya termasuk tiga
klenteng yang mereka serbu di Makassar, komunitas Budha di Lampung dan Bali,
serta rangkaian terror ke komunitas Ahmadiyah. FPI juga berambisi mengatur
jalan pikiran, menentukan dan memaksakan standard moral yang berlaku, dan
mereka yang menolak standar FPI akan dinyatakan kafir, perusak moral dan
perusak alam semesta.
Komunitas seni, kesenian dan seniman, mulai dari tingkat
tradisi, modern hingga kesenian pop juga sangat sering jadi korban
bulan-bulanan FPI. Pembuatan Film Lastri di Solo (2008) misalnya, sudah
menghabiskan biaya persiapan ratusan juta rupiah, berhenti total karena FPI
mengharamkan. Izin produksi yang dikeluarkan Mabes Polri diinjak-injak di depan
mata anggota Polri, dan Polisi diam.
Missi suci FPI sebagai pejuang moral dengan merusak
café-café / restoran / bar dan tempat billiyar karena menjual miras pada bulan
Ramadhan, serta menyerbu tempat2 pelacuran pun tidak sesuci yang terdengar.
Banyak laporan masuk ke RSCC mengatakan Laskar Pembela Islam (LPI) para
militernya FPI, bisa seketika kehilangan taring dan melupakan missi sucinya,
apabila target bersedia damai dan menyodorkan uang.
Bahkan sesuai penelitian RSCC pada tahun 2005, semua
warung/gerobak rokok di Jakarta ditempeli stiker “Kawasan FPI” sebagian
“Kawasan FBR”. Dua kelompok ini tiap sore memungut 5 ribu hingga 15 ribu rupiah
dari tiap pedagang rokok. Hasil penelitian ini sudah dilaporkan RSCC pada Polda
Metro Jaya (2006). FBR dibekukan tak lama setelah itu, sementara FPI aman.
Ratna Sarumpaet Crisis Center melayangkan petisi ini pada
seluruh rakyat Indonesia agar menanda tanganinya untuk kemudian dilayangkan
kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, c.q Kapolri "Agar segera
membubarkan Front Pembela Islam atau FPI, serta membebukakan
aktivitasnya."
"Kepada Bapak Presiden SBY dan jajaran kami meminta dengan
sangat agar tidak ragu dan tidak menyia-nyiakan tuntuntan dalam petisi ini.
Rakyat menghendaki bangsa ini memiliki kehidupan yang wajar, memiliki hubungan
antar masyarakat yang harmonis, saling menghormati dan damai, dan untuk
kepentingan itu seluruh rakyat ada di belakang Bapak dan jajaran Bapak," tambah Ratna.
Situs Chance.org sendiri merupakan sebuah website non profit
besutan Ben Rattray yang memiliki misi mengubah dunia melalui sebuah petisi.
Sejak tahun 2007, Change.org telah mengajak ratusan orang di
belahan dunia merubah keadaan dunia menjadi lebih baik. Beberapa topik petisi
di website yang telah mendukung 20 bahasa ini biasanya mengangkat tema tentang
ekonomi dan peradilan pidana, kebebasan hak asasi manusia, pendidikan,
lingkungan, hewan, kesehatan, dan pangan yang berkelanjutan.
Bagi anda yang ingin mengikuti aksi Ratna silakan kunjungi di change.org.