Berita Terbaru:
Home » » Mendayung Rupiah di Selat Sunda

Mendayung Rupiah di Selat Sunda

Written By angkringanwarta.com on Wednesday, February 20, 2013 | 10:52


Sengatan matahari serta embusan angin laut seakan menyambut kedatangan kita. Tak jauh dari gapura “Selamat Datang di Sunda Kelapa” deretan puluhan kapal pengakut barang berjejer sepanjang tepian jalan sunda kelapa. 

Para kuli panggul sambil memanggul barang melintasi sebilah papan penghubung antara daratan dengan kapal itu sendiri. Sedangkan bagi mereka yang telah menggunkan bantuan mesin akan berteriak keras-keras sebagai tanda barang telah siap dipindahkan. “Siap, tarikkk !!!,” teriak lelaki yang sedang bekerja memindahkan tepung-tepung kepada pekerja lainnya yang bertugas mengait dengan mesin.

Selain nampak kapal dengan ukuran besar-besar, ternyata terselip sebuah perahu yang biasa disebut dengan sampan. Di atas sampan duduk seorang pria paruh baya, duduk termenung dengan harapan akan datang seorang yang akan singgah di sampannya.

Sesekali Nyenggeran berteriak-teriak kepada para pengunjung agar menaiki sampannya. Nyenggeran atau yang biasa di sapa Nyenggeh mengaku hampir separuh usianya sekarang dihabiskan dengan menarik sampan.

Ia mengaku dengan bermodalkan sampan dapat menghidupi keluarganya, bahkan untuk sekolah keempat anaknya hasil pernikahannya dengan Rukmini. Untuk saat ini, yang penting membuat dapur tetap mengepul.

Agar dapat mengepul, ia habiskan bekerja dari pagi hingga malam, kadang ada sisanya lumayan untuk ditabung untuk persiapan jika hanya  dapat rezikinya sedikit.“Kadang kalo lagi rame biasanya bisa sampai 100.000 rupiah. Tapi, jika penumpang sepi pernah dapat 15.000 rupiah. Tapi Alhamdulillah setiap harinya ada saja yang naik sampan,” ucap Nyenggeh.

Dengan pendapatan yang tak menentu bahkan harus membanyar menyetorkan 3.000 rupiah setiap harinya kepada Peru, sebutan petugas di pelabuhan sunda kelapa, tak membuat Nyenggeh menyesali nasibnya.

Ia selalu bersyukur dengan apa yang ia peroleh di hari ini. Ia dan keluarga tetap merasa bahagia dan tak pernah mengeluh. “Ya tergantung kita, kalau kita bilang cukup insya Allah cukup, kalau enggak meskipun uang banyak tetap enggak cukup,” ujarnya.

Bahkan ia merasa sangat bersyukur dengan sampan ini, ia telah berhasil memikat seorang perempuan. Kisah cintanya dengan gadis itu berujung pada pernikahannya.

Coba banyangin, kata dia, seandainya waktu itu ia tetap berada mengikuti kapal pengakut barang. Mungkin ia tak akan bertemu dengan Rukmini. Memang, saat masih muda ia mengaku sering berlayar mengunjungi beberapa pulau. “Kalimantan, Sumatera dulu memang sering berlayar kesana ikut bantu-bantu orang kapal. Namun, lantaran sudah tua mau menghabiskan waktu di sampan saja,” kenang bapak asli Makassar itu.

Meskipun sudah lama ia menekuni kerjaannya. Namun, rasa cemas masih terus menggelayuti semua disebabkan faktor usia. “Mungkin karena sudah tua, penglihatannya jadi sering kabur, terus takut kapalnya terguling,” tutur lelaki yang usianya lebih 60 tahun. 


(Ela)


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta