Di Pelabuhan Tanpa Tanya

Di pelabuhan tanpa tanya, kau duduk memunguti beling-beling kata berserakan mengharap pancaran matahari memekarkan bunga yang indah, hingga banyak orang berdatangan sambil membawa buku-buku, mencium keharuman sampai mati. Kau coba jawab pertanyaan burung pada ranting yang patah, tapi kau hanya anak kecil yang masih belajar bersiul untuk memanggil teman-teman untuk bermain. Kau tak diam dalam batu, bersembunyi dan merapikan kamar-kamar usang antara bukit dan kota-kota.

Di pelabuhan tanpa tanya, kau buat pagar-pagar kabut dari satu sentuhan sampai ribuan pukulan, mengetuk pintu rumah sepi anak muda dan banyak gaya, kau tak kenal banyak orang, hanya senyum dan tembakan yang kau lontarkan pada bangkai-bangkai waktu di pelipis mata, mungkin kau ragu pada kelembutan pasir pantai yang menunggu ombak pelan menyampaikan kerinduan bulan pada terang, pada hilang, pada genderang perang, juga pada suara lantang.

Di pelabuhan tanpa Tanya, kau masuk ke pintu resah antara pita suara dan kota tak berpenghuni, menyisakan lagu-lagu lama di atas tiang bendera, tanda berita tak lagi berkata, tak bersua, juga hangatnya durjana di kursi-kursi malas. Sekali waktu kau datang ke tempat pesta membawa renai sebagai hadiah yang kau rangkai dari batu-batu pelabuhan, tanda usai perjalanan.


Jakarta, 2010


Diam Dalam Jarum Jam

Diam dalam kesibukan waktu yang berputar-putar dalam jarum jam. Mencari ketenangan dari tetes keringat yang berhenti saat jam dinding rusak ataupun terjual, bukan pada kolektor barang antik atau pada kesuburan bumi, tapi pada pengangguran yang menyimpan waktu dalam lamunan.


Jakarta, 2010




Nama    : M. Irfan (Ipank) Nawawi
TTL    : Brebes, 18 Juli 1986
Status    : Mahasiswa PBSI UIN Jakarta semester akhir
Aktifisme : Penggiat komunitas sastra Majelis Kantiniyah