Bukan sebuah
rahasia lagi, jelang pemilu 2014 sejumlah partai akan melakukan berbagai cara guna
mencari simpati. Maka tak mengherankan jika rencana pemerintah menaikan harga
BBM bersubsidi dimaknai dengan kepentingan politik.
Direktur Sabang
Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan menegaskan, menaikan BBM menjelang
pemilu hanyalah sebuah pencitraan. “ Sebagaimana dengan kenaikan harga BBM
menjelang Pemilu 2009, maka jelas hanya
dimanfaatkan untuk pencitraan salah satu partai politik saja,” ujarnya.
Dia
mempertanyakan alasan pemerintah tersebut untuk menyelamatkan APBN, terus
kenapa kenaikan BBM tidak menjelang pemilu. Rencana ini, kata dia, akan
menimbulkan kerentanan terhadap munculnya praktik politik uang. "Maka
rakyat miskin sebanyak 30 juta Kepala Keluarga, akan merasakan nanti bahwa SBY
seperti Superman," imbuhnya.
Selain itu, rencana
kenaikan BBM juga dimanfaatkan sebagai ajang kampanye partai. Salah satunya,
Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai yang tengah diguncang kasus dugaan
korupsi daging sapi tengah gencar menyatakan penolakannya terhadap rencana
pemerintah tersebut.
Hal itu tersebut,
dapat terlihat dalam sejumlah spanduk berukuran kira 1x3 m terpajang sekitar
jalan Ceger arah Kampung Rambutan. “BBM naik harga, rakyat menderita, tolak
sekarang juga,” tulis salah satu spanduk tersebut.
Padahal, saat rapat
paripurna pengesahan RAPBN 2013 lalu PKS mendukung kenaikan harga BBM. Namun
PKS mengajukan sejumlah persyaratan. Setgap Koalisi terdiri dari PD, PPP, PKB,
PKS, PAN, dan Golkar. Mereka menyatakan telah sepakat mendukung kenaikan harga
BBM sebagai dampak meledaknya anggaran negara karena membengkaknya subsidi BBM
Kendati demikian,
PKS menegaskan penolakan terhadap kenaikan BBM bukan sebagai bentuk perlawanan.
“enggak ada kaitan melawan koalisi," tegas Wasekjen PKS Mahfudz Siddiq.
(DS)