Siapa yang tak mengenal Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo
atau biasa akrab disapa Jokowi. Tiap langkah mantan Wali Kota Solo ini tak
luput dari perhatian. Hal itu sepertinya memang tak bisa dipungkuri, teerlihat kedatangan Jokowi
dalam acara kelahiran ke-9 Wahid Institute, Kamis (26/9) siang membuat suasana seketika bergemuruh.
Setiap perserta berdiri menyambut kedatangan mantan Walikota Solo ini, mereka berebut salam. Hal ini panitia pelaksana kesulitan
menertipkan.
Tiap langkah orang nomor satu Jakarta ini pun tak luput dari wartawan dan
juga lensa kamera. Tak sekadar itu saja, ia juga mampu mengundang tawa kala
mengawali orasinya padahal ucapan tersebut acap kali terdengar. "Saya
heran, dulu ada yang bilang saya orang ndeso, sekarang ada yang bilang saya
mirip Estrada yang presiden artis. Lah, yang benar yang mana?" ujarnya.
Menurutnya, bagaimana mungkin dalam waktu yang cukup
singkat, anggapan publik terhadap dirinya tiba-tiba jadi berubah. "Lah,
kok jadi bertolak belakang begini?" kata Jokowi dan langsung mendapat
sambutan meriah dari para hadirin dalam acara tersebut.
Ucapan Jokowi soal Estrada mengingatkan pada komentar
pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), Amin Rais. Ia menilai terpilihnya Estrada
sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina. Namun,
Estrada hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan
serta digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.
Terpilihnya Estrada, lanjut Amien sama halnya dengan
terpilihnya Jokowi lantaran popularitas mereka yang tinggi. Ia mengingatkan
rakyat untuk tidak mengandalkan popularitas semata dalam pemilihan presiden.

Dia juga menyebut data kemiskinan di Jakarta yang dinilainya tidak sesuai dengan fakta di lapangan. "Data yang saya punya, kemiskinan di Jakarta itu 3,8 persen. Tapi setelah saya ngecek ke lapangan, perasaan saya mengatakan itu tidak betul, tapi lebih dari itu, bahkan lebih 5-7 poin dari itu," katanya.
Ia mengungkapkan, dari data yang diterima, ternyata betul di
situ tertera yang miskin itu 3,8 persen. "Tapi ada data lain yang
menyebutkan jumlah yang rentan miskin 37 persen. Setelah saya cek ke lapangan,
yang miskin dan rentan miskin itu ya sama saja," tegasnya.
Menurutnya, penyampaian data-data kemiskinan selama ini
bahaya sekali, karena hanya bermain kata-kata seperti itu. "Miskin 3,8
persen, rentan miskin 37 persen. Nanti ada hampir miskin berapa persen. Ini
bahayanya negara kita hanya bermain kata-kata seperti itu," kata mantan
Walikota Solo tersebut.
Jokowi menilai problematika
Jakarta bukan hanya pemukiman kumuh saja, penyebab kemecetan, banjir lantaran tidak adanya ruang
terbuka hijau yang berganti menjadi bangungan.
Apa yang diungkapkannya seperti membenarkan curhatan
Andre Vltchek yang kemudian dialih bahasakan Fitri Bintang Timur.
Catatan itu dapat dengan mudah ditemukan dengan menulis 'curhatan orang asing
tentang Jakarta' pada forum Kaskus. Dalam
curhatan tersebut dijelaskan bagaimana kawasan kumuh sementera pada kawasan
lainya bermunculan gedung-gedung mewah hingga lapangan golf.
Gambaran tersebut akan dengan mudah ditemukan dalam forum
Kaskus ' curhatan orang asing tentang Jakarta
dengan menyebut Jakarta sebagai Kota Fasis yang Sempurna: Naik Kereta
Api di Jakarta. "Ratusan ribu orang merana tinggal di sepanjang jalur
kereta.
Rasanya seperti seluruh sampah di Asia Tenggara ditumpahkan di
sepanjang rel kereta; mungkin sudah seperti neraka di atas bumi ini, bukan lagi
ancaman yang didengung-dengungkan oleh ajaran agama," tulisanya
Selain itu, kota ini juga semakin keras dan tidak toleran
terhadap kaum minoritas (agama maupun etnik), termasuk mereka yang menuntut
keadilan sosial. Perlu kedisiplinan yang luar biasa untuk tidak menyadari ini
semua.
Terkait rezim serta sebuah kedisipilinan untuk menyadari itu
semua mengingatkan pada sosok Soeharto. Selama 32 tahun berkuasa, Soeharto
sukses menjadikan Jakarta sebagai kota bisnis dengan menutup warung kopi yang
merupakan salah ruang publik.
@AyodiaKelana