Dalam dunia politik seperti saat ini, istilah tak ada benar-benar teman atau musuh sepertinya memang benar begitu adanya. Jadi istilah suara partai adalah suara yang mesti diikuti para kader hanya isapan jempol semata.
Hal demikian seperti ini sudah disadari benar para politisi, maka tinggal bagaimana kandidat Capres melancarkan beragam strategi dengan tujuan terjadi belah suara partai pengusung (koalisi). Hasilnya, cukup terbukti perpecahan dalam tubuh partai Golkar, yang mana sikap Ketua Umum Aburizal Bakrie alias Ical memutuskan untuk mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Keputusan Ical yang ini ternyata mendapat perlawanan dari kader Golkar. Beberapa kader mengatakan akan mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, mengingat JK sendiri mantan Ketum Golkar.
Bukan hanya Golkar, tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kemungkinan besar bakal mengalami perpecahan. Adalah Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD yang secara mengejutkan bergabung ke koalisi partai Gerindra.
Salah satu kandidat Capres yang digadang-gadang PKB ini ternyata tetap cuek menerima tawaran sebagai tim sukses pemenangan Prabowo-Hatta, meski beragam nada sumbang mengarah padanya. Atas keputusan tersebut membuat sebagian orang-orang bertanya-tanya apa yang membuat ia menerima tawaran sebagai tim sukses, benarkah hanya lantaran persoalan sakit hati atau jabatan?
Mahfud sendiri mengaku dirinya dijanjikan jabatan lebih dari menteri apabila bersedia bergabung menjadi tim sukses pemenangan pasangan Prabowo-Hatta pada pilpres 2014. "Iya lebih dari menteri lah tawaran jabatannya itu," ujarnya sebagaimana dilansir dari Tempo saat mengunjungi Pondok Pesantren Bumi Sholawat rumah Agus Ali Mashuri Tulangan Sidoarjo, Selasa malam, 20 Mei 2014.
Namun, ia menegaskan jabatan itu bukan hal mendasar atas keputusan yang dibuatnya, melainkan lebih lantaran perasaan menyukai pasangan Prabowo-Hatta jika dilihat dari kualitas dan integritasnya dalam pemilihan capres dan cawapres. "Masalah suka atau tidak, itu wajar dalam politik," ujarnya lagi. (Dede)
Hal demikian seperti ini sudah disadari benar para politisi, maka tinggal bagaimana kandidat Capres melancarkan beragam strategi dengan tujuan terjadi belah suara partai pengusung (koalisi). Hasilnya, cukup terbukti perpecahan dalam tubuh partai Golkar, yang mana sikap Ketua Umum Aburizal Bakrie alias Ical memutuskan untuk mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Keputusan Ical yang ini ternyata mendapat perlawanan dari kader Golkar. Beberapa kader mengatakan akan mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, mengingat JK sendiri mantan Ketum Golkar.
Bukan hanya Golkar, tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kemungkinan besar bakal mengalami perpecahan. Adalah Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD yang secara mengejutkan bergabung ke koalisi partai Gerindra.
Salah satu kandidat Capres yang digadang-gadang PKB ini ternyata tetap cuek menerima tawaran sebagai tim sukses pemenangan Prabowo-Hatta, meski beragam nada sumbang mengarah padanya. Atas keputusan tersebut membuat sebagian orang-orang bertanya-tanya apa yang membuat ia menerima tawaran sebagai tim sukses, benarkah hanya lantaran persoalan sakit hati atau jabatan?
Mahfud sendiri mengaku dirinya dijanjikan jabatan lebih dari menteri apabila bersedia bergabung menjadi tim sukses pemenangan pasangan Prabowo-Hatta pada pilpres 2014. "Iya lebih dari menteri lah tawaran jabatannya itu," ujarnya sebagaimana dilansir dari Tempo saat mengunjungi Pondok Pesantren Bumi Sholawat rumah Agus Ali Mashuri Tulangan Sidoarjo, Selasa malam, 20 Mei 2014.
Namun, ia menegaskan jabatan itu bukan hal mendasar atas keputusan yang dibuatnya, melainkan lebih lantaran perasaan menyukai pasangan Prabowo-Hatta jika dilihat dari kualitas dan integritasnya dalam pemilihan capres dan cawapres. "Masalah suka atau tidak, itu wajar dalam politik," ujarnya lagi. (Dede)