Tinggal hitungan hari saja, tahun 2013 akan berganti 2014. Segala macam agenda sebagai penyambutan pergantian tahun baru mungkin telah dirumuskan.
Dan saat tahun telah berganti, lantas apa yang paling dinanti pada tahun 2014?
Jawabannya bisa jadi berbeda-beda utama bagi kalangan politikus dan penggemar sepak bola. Pasalnya, pada tahun tersebut terdapat dua peristiwa yang tengah dinanti-nanti dan secara kebetulan berbarengan dalam menghiasi perjalanan 2014, yakni Piala Dunia di Brazilia dan Pemilu 2014.
Sebagai penyambutkan berbagai cara ditempuh. Namun, bagaimana hasilnya dari dua peristiwa tersebut menarik untuk dinanti. Saat ini, hanyalah prediksi-prediksi dan semuanyan dapat diluar dugaan.
Sah memang, jika memprediksikan dengan segala macam analisa menyebut Brazil menambah koleksi piala menjadi enam, apa lagi bermain di daerah kekuasaanya atau bakal ada kejutan tim-tim yang sama sekali tak dijagokan sebagai kuda hitam atau juga tim-tim lainya hanya tim hore.
Kejutan akan selalu datang, seperti halnya dalam pemilu 2014. Berbagai survei menyebut Joko Widodo atau Jokowi akan muncul sebagai kuda hitam yang akan mengalahkan para kandidat yang dipenuhi muka-muka lama dalam perebutan kursi panas. Atau mungkin akan keluar juga kuda hitam lainya akan meriahkan Pemilu 2014.
Seperti halnya di Brazil, ada Italia, Argentina yang selalu langganan masuk final Piala Dunia.
Pada pemilu 2014, bahkan Jokowi bukan hanya kuda hitam, melainkan telah menjadi kekuatan besar yang akan bersaing dengan kekuatan lainnya. Demikian dikatakan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens.
Menur Boni, ada tiga kekuatan besar yang akan bertarung secara politik pada 2014. Ia pun menyebutnya tiga kekuatan besar itu sebagai tiga blok 2014. "Tiga blok 2014 itu adalah blok J atau blok Jokowi, blok P atau blok Prabowo dan blok x yang belum bisa diberi nama," kata Boni di kawasan Cikini, Jakarta, Senin (30/12/2013).
Kenapa Jokowi muncul sebagai kekuatan besar, lanjutnya, popoler Jokowi lantaran kejenuhan yang melanda publik terhadap perilaku elit politik. Boni menyebut publik tak berharap lagi pada politisi yang elitis. "Kenapa Jokowi lebih besar, karena wajah-wajah politisi lama menjenuhkan. Jokowi muncul sebagai indikasi kematian elitisme," kata Boni dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (14/9).
Menurutnya, kematian elitisme bisa dilihat dari masyarakat yang sudah tak percaya pada kaum elit. Kondisi demikian, lanjutnya, mengharapkan sosok pemimpin seperti Jokowi. "Kalau mau jadi pemimpin ya seperti dia (Jokowi, red). Dia humble (rendah hati, red), kerja keras, kalimatnya tidak rumit dan mudah dimengerti, serta hati anda pasti tersentuh," kata Boni. Ditambahkannya, Jokowi muncul sebagai sosok yang memberikan sebuah perbedaan.
Daya pikat Jokowi juga menjadi magnet bagi para politikus. Antara mereka tak malu-malu menjilat ludah sendiri, awalnya mengkritik kemudian memuji dan mengajaknya untuk menjadi wakil.
Sebab itu, tak heran jika banyak komentar miring yang mencoba menjegal langkah Jokowi, para politikus sibuk menggembosinya. Perang kritik seakan hanya hiasan dinding yang pernah tersentuh hakikatnya. Para politikus panik melihat elektabilatas Jokowi yang terus mananjak.
Lebih (paling) mengejutkan, sendainya PDIP bersalaman dengan Demokrat untuk berkoalisi. Soalnya, dua partai ini menempatkan diri untuk saling bertolak.
Sekretaris Divisi Pembinaan Organisasi Partai Demokrat Khatibul Umam Wiranu mengatakan, ada kemungkinan partainya berkoalisi dengan PDIP dalam pemilihan umum 2014 nanti. “Saya setuju dengan penilaian itu, bahwa untuk jangka ke depan, ada baiknya koalisi antara Partai Demokrat dan PDI-Perjuangan,” kata Khatibul dalam siaran pers yang diterima wartawan, Minggu (29/12/2013).
Ia menyebutkan, koalisi antara Demokrat dengan PDI-P bisa membuat pemerintahan ke depan lebih baik. “Demokrat yang sudah punya presiden selama dua periode dan PDI-P popularitasnya cukup baik sesuai hasil survei sehingga koalisi dua partai ini bisa membuat pemerintahan ke depan jauh lebih baik dari sekarang,” ujar Khatibul.
Coreten iseng-iseng @SiAwee dari berbagai sumber