Berita Terbaru:
Home » » Enggak Jadi Lebaran

Enggak Jadi Lebaran

Written By angkringanwarta.com on Tuesday, August 30, 2011 | 02:41

Semenjak adzan magrib gema taqbir mulai terdengar berkumandang, langit hitam terlihat indah dengan pancaran kembang api, anak-anak yang asik memukul beduk, mereka ada juga yang berlari-lari, dan para ibu-ibu semenjak sore sibuk mengayam janur menjadi sebuah ketupat. Semua bersuka ria menyambut hari kemenangan, hari kemenangan setelah selama satu bulan umat Islam menjalankan ibadah puasa.

Namun, seketika suara-suara itu perlahan mulai melenyap, anak-anak yang menyalakan kembang api atau berlari-lari mulai mulai berdiam kembali, mereka kembali ke kediamannya masing-masing. Dari beberapa orang mulai mengobrol seputar kapan lebaran?

Dari obrolan tersebut, seorang ibu berteriak, enggak jadi Lebaran dengan perasaan kecewanya. Obrolan tersebut terlontar setelah keputusan kementrian Agama (Kemeg) yang memutuskan bahwa Idul Fitri jatuh pada hari Rabu, 31/6), dan tak hanya itu, para warga ikut-ikutan memberikan komentar terhadap sidang Istibat digelar di Kementrian Agama, Jl Lapangan Banteng, Senin, (29/8

Dari yang berkomentar tentang perbedaan, kenapa harus berbeda, ada juga bahwa sidang ini, hanya buat uang saja, ada juga yang berkomentar kenapa baru sekarang, bukan kemarin-kemarin saja. Sebab kemarin juga sudah ada yang bilang mengenai masalah Lebaran. Kalau engga jadi hari Selasa, kan sayang enggak sholat terawih, ada juga yang berkomentar tentang ketupatnya yang engga bisa dimakan besok, melainkan hari Rabu, tapi entar opornya basi.

Warga ikut-ikutan ramai berbicara tentang seputar Idul Fitri tak kalah seru dengan Ormas yang menghadiri sidang tersebut, dalam sidang yang terjadi sebelum Pemerintah melalui mentri agama memutuskan kapan akan terjadinya Lebaran beberapa Ormas memberikan padangaannya terhadap Hilal

Dari beberapa pandangan yang terjadi, Ormas Muhammdiah tetap pada pandangannya bahwa 1 Shawal 1432 H tetap jatuh pada hari Selasa, 30/6, namun demikian Ormas tersebut tetap berharap agar tetap terjalin saling menghargai perbedaan pandangan, dengan menjamin untuk menjalankan ibadahnya.

Sebenarnya dengan mengucapkan saling menghargai pandangan hanya membesar-besarkan perbedaan, maka tak perlu dibesar-besarkan sebagaimana malam ini yang masih terdengar gema taqbir berkumandang, dan tak ada pihak lain melarangnya. Atau sebagaimana dengan berbedanya salah satu aliran Jamaah Tarekat Naqsyabandiyah telah merayakan pada hari Idul Fitri pada hari Senin, 29/6), apakah ada yang mempermasalahkan, cuma untuk hal-hal yang berkaitan dengan umat, seharusnya cepat-cepat diselesaikan, dan kami tak tahu banyak tentang agama, ungkap Ibnu saat kami ngobrol.(Dede Supriyatna)



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta