Kopi kring-kring...

Oleh Dede Supriyatna

Bagiamana rasanya jika saat mengobrol tanpa adanya secangkir kopi? Mungkin ada yang mengagap keberadaan kopi tidak terlalu penting, tapi akan berbeda pula bagi para penikmat kopi. Bagi mereka yang mengangap kopi sudah menjadi bagian dari tongkrongan, tentunya akan merasakan bagaimana rasanya jika tidak terdapat secangkir kopi.

Apa yang mereka lakuakan, mungkin mereka akan berlari untuk mencari tempat ngopi lalu melanjutkan obralnya. Dengan adanya secangkir kopi dapat memberikan sebuah pencerahan yang dapat suasana hangat antarnya terjalin. Warung kopi biasaanya disebut dengan warkop, meraka berdiam dalam satu ruang dan menunggu pembeli. Para pembeli memesan kopi lalu mengobrol dengan santai.

Pemandangan tersebut akan berbeda dengan yang terjadi di kawasan Menteng, lebih tepatnya di Taman Menteng, memang terkadang juga terdapat di kawasan Bundaran HI. Di sana para penjual kopi selalu menbunyikan suara “kring, kring” dan juga berteriak “kopi.”
para penjual akan membunyikan suara “kring. Kring, kring” untuk menarik para pembeli sambil mengontel sepedanya. Sebuah sepeda mini yang di depan terdapat keranjang untuk menjajakan kopi, dan di belakang telah tersedia teremos.

Harga secangkir kopi tak juah berbeda dengan harga yang biasa tersedia di warkop. Cukup hanya dengan Rp 2000,00,- kita dapat menikmati secangkir kopi panas. Maka dengan kehadiran tersebut kita tak usah risau tanpa kehadirannya, saat kita sedang menikmati malam bersama di sebuah taman, dan akan menambah kehangatan di tengah terpaan angin malam.
Sebuah tongkrongan yang cukup sederhana bukan. (19/08)