Memasuki putaran kedua Pilgub Jakarta dipastikan berlangsung seru. Perebutan tahta Gebernur tinggal menyisakan dua pasangan, Foke-Nara dan Jokowi-Ahok yang akan berduel. Menyadari kekuatan lawannya, pasangan diusung Partai Demokrat, Foke-Nara meminta bala bantuan. Hasilnya partai, Golkar menyatakan, dukunganya terhadap pasangan Foke-Nara. Dengan bergabungnya partai berlambang pohon beringin, pasangan nomor urut satu akan mendapatkan tambahan suara 4 persen suara.
Menyadari masih kurangnya suara untuk mengalahkan pasangan Jokowi-Ahok, unggul di putaran pertama dengan mendapatkan 42 persen, belum lagi ancaman dari sosok mantan ketua umum Golkar, Jusuf Kalla dengan karakter yang masih cukup disegani di internal partai, menyatakan dengan tegas dukungannya terhadap pasangan Jokowi-Ahok.
Pada akhirnya, Foke meminta bantuan PKS, PKS bersedia melindungi pasangan yang sempat menjadi musuh pada pemilihan Pigub sebelumnya.
Bergabungnya dua partai yang awalnya turut memeriahkan Pilgub 2012 ditambah PPP, kemungkinan besar pasangan Foke-Nara dengan mudah memenangkan Pilgub.
Sebagaimana diketahui, jika tak ada perubahan suara pada putaran pertama Pilgub, dari hasil transaksi politik antara Foke-Nara, PKS dan Golkar secara matematika akan meraih kemenangan. Pasangan ini akan memperoleh suara mencapai Foke-Nara 50,44 persen.
Pada putaran pertama Foke telah meraih ‘modal’ 32 persen. Perolehan ini akan membengkak jika ditambah suara PKS sebanyak 11 persen dan suara Golkar sebesar 4 persen. Belum lagi terbukanya peluang meraup suara sebesar 6,96 persen dari dua pasangan independen Faisal-Biem dan Hendardji-Riza.
Meski, Foke telah mendapatkan bantuan dari PKS, bukan berarti pasangan Foke-Nara cukup kuat untuk membangun sebuah kekuatan mengalahkan pasangan Jokowi-Ahok. Dikatakan, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi mengatakan, tidak semua suara kader dan simpatisan PKS di Jakarta mendukung Foke-Nara pada putaran kedua. “Walaupun mereka berkoalisi, suara PKS ke Foke tidak akan bulat,” katanya, Sabtu (11/82012).
Imbuhnya, sudah bukan menjadi rahasia lagi, jika dalam setiap partai politik ada lebih banyak simpatisan daripada kader partainya. “Simpatisan belum tentu mengikuti perintah pimpinan partainya,” katanya. Karena itu, meskipun pimpinan PKS telah menandatangani kontrak koalisi dengan pasangan Foke-Nara, belum tentu arahan ini dipatuhi simpatisan mereka di lapangan.
Meski begitu, dari pengalaman selama ini, Burhanuddin menegaskan, koordinasi dan kesatuan gerak PKS cukup unggul memobilisasi pendukungnya. “Hanya ada dua partai besar yang dapat memobilisasi massa, yaitu PKS dan PDIP,” katanya.
Dengan posisi PDIP sebagai pendukung utama Jokowi-Ahok, maka, kata Burhanuddin, akan terjadi pertarungan seru di akar rumput. “Mereka sama-sama punya massa banyak,” katanya.
Hal senada juga dilontarkan pengamat politik UGM, Arie Sujito. Ia menilai peluang Jokowi tetap tinggi kendati hanya diusung PDI Perjuangan dan Gerindra. Wali Kota Solo itu bakal tetap mendapat suara signifikan karena ketokohannya. "Saya rasa masih 50-50, masih sama-sama kuat," tutur Arie, Sabtu (11/8/2012).
Arie mengakui, PKS memang akan memberi suara signifikan pada Foke-Nara. Alasannya, partai Islam itu memang dikenal memiliki kader militan di tingkat bawah.
Namun demikian, Jokowi dan Ahok juga masih memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Jakarta. “Jokowi belum tentu gampang dikalahkan apalagi sekarang Foke-Nara kerap melakukan isu yang kontraproduktif. Isu SARA itu belum tentu efektif," terangnya.
Arie memprediksi, seminggu setelah libur Lebaran, bakal terjadi kehebohan luar biasa di Jakarta. Perang akan semakin terbuka, dan suasana sengit antar kandidat bakal tercipta. "Kalau langkah Jokowi diikuti oleh figur besar maka Jokowi tidak akan gampang dikalahkan," tutupnya. (Dede)
