Adakah yang lebih menyakitkan selain timnas Indonesia harus
mengakui kemenangan Malaysia? Lalu berlomba-lomba mengumpat negera sebelah. Sabar
dulu, bung. Sebaiknya kita mengalihkan rasa kesal pada secangkir kopi hitam.
Memang begitu adanya, kekalahan ini begitu memalukan nan
menyakitkan. Dan dapat dipastikan Presiden Soekarno juga akan mengalami rasa
malu. Apa lagi, Presiden pertama dengan gaya khasnya berpidato dihadapan seluruh
Indonesia
“Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang
ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malaya itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita
diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu,” kurang begitulah pidato Soekarno tanggal
27 Juli 1963. Saat itu Indonesia memprotes pembentukan negara Malaysia yang
dianggap Soekarno sebagai satelit neokolonialisme Inggris di Asia Tenggara.
Tapi, ajakan Soekarno seperti macan ompong, pidato
berapi-apinya lenyap sudah. Tak percaya, lihat saja bagaimana bangsa Indonesia
bukanya berbondong-bondong menghatam timnas Malaysia, malah dalam tubuh
Indonesia membentuk dua kubu, Djohar Arifin Husin dan kubu La Nyalla Matalitti keduanya masih saja sibuk rebutan panggung
kekuasaan PSSI.
Lebih parahnya, demi mempertahankan ego, sebuah komite yang
mengaku sebagai Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) melarang klub di
bawah naungannya di kompetisi Indonesia Super League (ISL) mengirimkan pemain
guna mengikuti seleksi timnas yang digelar PSSI.
'Perang gengsi' tiada ujung menyebabkan persiapan timnas
kacau-balau. Konsentrasi pemain dan pelatih pun terbelah. Mereka ikut sibuk
memikirkan hal-hal di luar urusan teknis sepak bola, tidak hanya fokus ke
lapangan.
Jika benar begitu adanya, maka tak mengherankan Timnas
Indonesia menuai kekalahan.
Maka ada baiknya, berpikir ulang sebelum lapiaskan rasa marah.
Soalnya, alih-alih bersatu atas nama merah putih ternyata bagi mereka, gengsi
kekuasaan jauh lebih menggiurkan.
Lalu coba banyangkan, bila Soekarno masih hidup, kira-kira
apa yang akan dipidatokan di atas panggung, mungkinkah dia akan berbidoto
berapi-api untuk mengajak ganyang Malaysia?
Bisa jadi, dengan berapi-api, Soekarno mengatakan, ganyang Djohar Arifin Husin begitu juga La
Nyalla Matalitti. Keduanyalah, penghancur Timnas Indonesia.
*Penulis adalah pendukung Timnas
*Penulis adalah pendukung Timnas