Berita Terbaru:
Home » » Soekarno Tertunduk Melihat Timnas Dipermalukan Malaysia

Soekarno Tertunduk Melihat Timnas Dipermalukan Malaysia

Written By angkringanwarta.com on Wednesday, December 05, 2012 | 03:32

Oleh Kelana*

Adakah yang lebih menyakitkan selain timnas Indonesia harus mengakui kemenangan Malaysia? Lalu berlomba-lomba mengumpat negera sebelah. Sabar dulu, bung. Sebaiknya kita mengalihkan rasa kesal pada secangkir kopi hitam.

Memang begitu adanya, kekalahan ini begitu memalukan nan menyakitkan. Dan dapat dipastikan Presiden Soekarno juga akan mengalami rasa malu. Apa lagi, Presiden pertama dengan gaya khasnya berpidato dihadapan seluruh Indonesia

“Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malaya itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu,” kurang begitulah pidato Soekarno tanggal 27 Juli 1963. Saat itu Indonesia memprotes pembentukan negara Malaysia yang dianggap Soekarno sebagai satelit neokolonialisme Inggris di Asia Tenggara.

Tapi, ajakan Soekarno seperti macan ompong, pidato berapi-apinya lenyap sudah. Tak percaya, lihat saja bagaimana bangsa Indonesia bukanya berbondong-bondong menghatam timnas Malaysia, malah dalam tubuh Indonesia membentuk dua kubu, Djohar Arifin Husin dan kubu La Nyalla Matalitti  keduanya masih saja sibuk rebutan panggung kekuasaan PSSI.

Lebih parahnya, demi mempertahankan ego, sebuah komite yang mengaku sebagai Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) melarang klub di bawah naungannya di kompetisi Indonesia Super League (ISL) mengirimkan pemain guna mengikuti seleksi timnas yang digelar PSSI.

'Perang gengsi' tiada ujung menyebabkan persiapan timnas kacau-balau. Konsentrasi pemain dan pelatih pun terbelah. Mereka ikut sibuk memikirkan hal-hal di luar urusan teknis sepak bola, tidak hanya fokus ke lapangan.

Jika benar begitu adanya, maka tak mengherankan Timnas Indonesia menuai kekalahan.
Maka ada baiknya, berpikir ulang sebelum lapiaskan rasa marah. Soalnya, alih-alih bersatu atas nama merah putih ternyata bagi mereka, gengsi kekuasaan jauh lebih menggiurkan.

Lalu coba banyangkan, bila Soekarno masih hidup, kira-kira apa yang akan dipidatokan di atas panggung, mungkinkah dia akan berbidoto berapi-api untuk mengajak ganyang Malaysia?

Bisa jadi, dengan berapi-api, Soekarno mengatakan,  ganyang Djohar Arifin Husin begitu juga La Nyalla Matalitti. Keduanyalah, penghancur Timnas Indonesia.



*Penulis adalah pendukung Timnas



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta