Berita Terbaru:
Home » » Pesan Perdamaian Gilad Atzmon

Pesan Perdamaian Gilad Atzmon

Written By angkringanwarta.com on Monday, June 03, 2013 | 13:41

Konflik antara Israel – Palestina merupakan sengketa rumit yang menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan, serta melampaui sekat agama, politik, hukum dan diplomasi internasional. Konflik ini telah terjadi sejak berabad lampau, dan memanas pada awal abad 20, yang ditandai dengan kekerasan, pembunuhan dan pengusiran rakyat Palestina di tanah Jerussalem oleh warga Yahudi. Sedangkan, bangsa Yahudi mengklaim bahwa Jerussalem adalah “tanah yang dijanjikan”, dan harus direbut dengan paksa, bahkan dengan pertumpahan darah. Pada akhirnya, sengketa Israel – Palestina tidak hanya melibatkan kedua negara itu, namun juga Amerika, Eropa, dan negara-negara Timur Tengah. 

Konflik ini telah merenggut nyawa jutaan manusia, melibatkan serdadu perang dari berbagai negara, menyedot dana tak terhitung, hingga berdampak pada politik internasional. Namun, di tengah situasi inilah, muncul Gilad Atzmon, seorang Yahudi, mantan Zionis dan anggota angkatan udara Israel, yang berani mengkritik kekerasan yang dilakukan oleh bangsanya sendiri. Gilad merupakan mantan tentara Yahudi, yang kemudian memilih menjadi musisi Jazz, meninggalkan Israel untuk berkampanye tentang nilai-nilai kemanusiaan, dan secara tegas mendukung warga Palestina. Menurutnya, satu-satunya solusi untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina adalah warga Yahudi harus pindah dari Israel, atau bahkan membentuk koloni tersendiri di luar bumi. 

Profil, sisi kehidupan dan kerja kemanusiaan yang dilakukan oleh Gilad inilah yang memukau Syafi’i Maarif. Buya Syafi’i kemudian menuliskan dalam buku “Gilad Atzmon, Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionisme”. Buku ini bersumber dokumen, liputan media, catatan serta wawancara Syafi’i Maarif dengan Gilad Atzmon. Dengan demikian, buku ini tidak hanya berisi analisis terhadap apa yang tampak di media massa dan ruang publik internasional tentang Gilad, namun juga visi dan sisi kemanusiaan yang tak tampak dalam kaca mata publik internasional. 

Mengenai sosok Gilad, Maarif menuliskan: “sebagai seorang muda Yahudi yang memilih hijrah ke London sejak 1994 demi menunjukkan kesetiaan pada panggilan keyakinan hati nuraninya, Gilad bagi saya adalah sosok yang ajaib pada abad modern. Keberaniannya melawan Zionisme yang tampak perkasa dalam kebiadaban dan lihai dalam kelicikan, demi membela rakyat Palestina yang tertindas, sudah berada di luar kalkulasi manusia biasa” (hal. 46). 

Maarif mengisahkan awal mula keberpihakan Gilad pada rakyat Palestina, “pada saat terjadi invasi Israel atas Lebanon pada Juni 1982, Gilad baru setahun menjadi tentara, namun belum ada perhatian serius untuk menemukan kebenaran faktual dalam masalah konflik Israel-Palestina. Namun, kesaksian Gilad atas tindakan pasukan Israel dalam membantai tawanan perang Lebanon telah mengubah hidupnya. Ia ingin mencari hal lain di luar militer untuk menenangkan jiwanya, akhirnya musik menjadi pilihan hidupnya. Kegelisahan inilah yang menghantarkan ia bergabung dengan IAFO (the Israeli Air Force Orchestra) (hal. 55-7). 
Zionisme – kolonialisme? 

Selain mengungkap sisi kehidupan Gilad Atzmon, buku ini juga menghadirkan peta mendalam tentang situasi politik dunia Arab, khususnya tentang sengkata Israel-Palestina, serta kiprah organisasi Zionis. 

Dalam buku “the Wandering who?; A Study of Jewish Identity Politics (2011), Gilad Atzmon membedakan antara kolonialisme dan zionisme. “kolonialisme mambangun hubungan yang jelas antara negara induk dan negara yang ditempati—tetapi Zionisme tidak pernah menjadi sebuah negara induk. Memang benar bahwa Israel menunjukkan sedikit tanda kolonial, tetapi di sini ia bermula dan di sini pula ia berakhir. Zionisme didorong oleh semangat supremasi Yahudi dan gagasan khayal tentang homecoming (balik kampung), (Maarif, 2012: 109).

Dalam catatan Syafii Maarif, satu-satunya cara dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina, menurut Gilad Atzmon, adalah Zionisme harus hengkang dari dari Palestina. Hijrahnya Gilad dan keluarganya ke London adalah dalam rangka memberi contoh kepada rakyat Israel bahwa bumi yang mereka klaim sebagai milik mereka tidak lain dari hasil rampokan (hal. 80). Secara ideologis, pemikiran inilah yang menjadi dasar Gilad untuk berjuang membantu warga 
Palestina, yang menurutnya menjadi korban kebiadaban Zionisme. Upaya Gilad juga didukung oleh beberapa intelektual Yahudi, diantaranya Prof. John J. Mearsheimer (Universitas Chicago), penulis buku the Israel Lobby and U.S Foreign Policy (2007). Dengan demikian, pesan perdamaian Gilad Atzmon meruapakan kampanye kemanusiaan di tengah deru sengketa perang. 

Judul Buku : Gilad Atzmon, Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan                             Zionisme 
Penulis         : Ahmad Syafi’i Maarif  
Penerbit    : Maarif Institute  dan Penerbit Mizan, Bandung 
Cetakan         : I, 2013   
Tebal : 147 hal. 




Penulis: Munawir Aziz 

*Mahasiswa Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogjakarta.



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta