Berita Terbaru:
Home » , » Sayangnya, Doraemon Hanya untuk Nobita

Sayangnya, Doraemon Hanya untuk Nobita

Written By angkringanwarta.com on Thursday, January 30, 2014 | 01:50

ilustrasi

Oleh @Si_Awee*


Melihat apa yang dipunya dapat disimpulkan dirinya adalah seorang kolektor. Tujuannya mungkin guna mempertegas, dirinya pengagum sosok yang selalu hadir pada Minggu pagi (08.00 WIB).

Wajar saja, siapa yang tak berharap dapat menjalin persahabatan dengan  Doraemon atau lebih tepatnya mempunyai kantong ajaib. Hanya dengan sebuah kantong ternyata dapat mengabulkan semua keinginan secara kilat (praktis) tanpa harus bersusah payah.

“Aku ingin begini.
Aku ingin begitu.
Ingin ini , ingin itu banyak sekali.
Semua, semua, semua dapat dikabulkan dapat dikabulkan dengan kantong ajaib,..” penggalan soundtrack film kartun Doraemon.

Siapa yang tak tergiur? 

Mungkin ini yang membuat Restu Triandy akrab dipanggil Andi vokalis band Rif  bermimpi di singan bolong, menghayal jadi seseorang yang setiap keinginannya begitu mudah terkabul. Khayalan itu ia tumpahkan lewat lagu berjudul ‘Radja’,  

“Andai 'ku jadi radja, mau apa tinggal minta
Tunjuk sini tunjuk sana dengan sedikit kata
Andai 'ku jadi radja, punya uang, punya harta
Dan yang pasti aku juga akan punya kuasa

Andai aku jadi radja, 'ku diangkat dielukan
Dikelilingi bawahan dan orang-orang suruhan
Nikmatnya jadi radja, dengan menjentikkan jari
Dan lambaian tangan maka terpuaskan nafsuku,..”

Pada suatu hari, aku bersama teman-teman serentak tertawa terpikal-pikal. Namun, semuanya berganti sunyi, kasian, bisa jadi miris mendengar komentar para juri ‘Indonesia Idol’. Adakah yang perlu diperdebatkan antara komentar dengan salah satu peserta berharap menjadi bintang tanpa menyadari bekal.

Membayangkan sosok Nobita yang  begitu mudah mendapatkan alat hanya dengan  berteriak-teriak lalu menangis sejadi-jadinya. Jika sudah demikian, Doraemon mengeluarkan alat. Nobita yang terus terbuai dengan mimpi mengatasi masalah dan terpenting menjadi bintang bagi Sisuka.

Menyadari sepenuhnya, kantong ajaib telah berpindah tangan dan berharap dapat meraup populeritas atau menjadi bintang, wajahnya menghiasi tembok-tembok, gantungan kunci, boneka, dan lain-lainnya persis sama apa yang dikoleksinya sebagai seorang yang mengidolakan Doraemon.

Siapa yang tak tergoda? Kesan melupakan hal yang paling sublim dalam pecanpaian seseorang, yakni meleburnya proses ritual yang begitu panjang membuat hati trumpetis jazz terkenal, Chris Botti merasa pilu.

Oscar Motuloh yang menulis pada www. antarafoto.com kanal ragam dengan sub kanal Oaese mengulas tentang Botti dengan judul ‘(Dan) Kupu-Kupu Yang Melupakan Kepompongya. Pada tulisan itu dipaparkan bagaimana seorang Botti melihat kantong-kantong populeritas dalam balutan pencarian bakat yang begitu marak tahun-tahun belakangan ini.

Di asalnya, Botti melihat program semacam "The Voice" dan "American Idol"  yang seolah-olah menjawab mimpi remaja masa kini yang ingin meraih bintang di langit dalam sekejap mata.

Padahal menurut Botti, "Idol" hanyalah "sepotong musik, sekeping karaoke dan sepenggal lainnya: ujung-ujungnya duit". Semacam pengerdilan atas proses kreatif sekaligus menisbikan profesionalisme dan juga karakter.

Siapa yang menyalahkan kritikan pria lajang berusia 51 tahun, Botti. Dalam pencapaiannya, ia telah sejak berusia 12 tahun, saat dirinya terkena virus jazz dari musik Miles untuk pertama kalinya.

Dari proses determinasinya yang tinggi, terutama setelah bergabung bersama kelompok Gordon Sumner alias Sting yang sangat mengapresiasi integritas profesionalisme, komitmen musikalitas Botti pada alat musik tiup itu terbentuk dan menjunjungnya ke pucuk daun popularitas.

*Penulis warga angkringanwarta.com 






Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta