Berita Terbaru:
Home » » Hancurnya Gerakan dengan Aksi Bayaran

Hancurnya Gerakan dengan Aksi Bayaran

Written By angkringanwarta.com on Thursday, November 10, 2011 | 08:43

Selapas adzan magrib berkumandang, (9/11), Kami telah bertemu di depan kampus 2 UIN Jakarta. Salah satu dari mereka bernama Umar Agifani, tubuhnya gempal dan jika berbicara logat Betawinya akan begitu terasa.

Umar yang masih terdaftar sebagai mahasiswa fakultas Fisip, angkatan 2008, dan saat ini kebetulan ia menduduki sebagai ketua Komunitas Aksi Mahasiswa Jakarta (KAMJAK). KAMJAK beberapa jam yang lalu melakukan aksi di depan fakultas Tarbiah dan Keguguran, Kampus 1 UIN Jakarta.

Dalam aksinya, mereka menuntut agar presiden dan wakil presiden agar segera mundur dari jabatannya, hal tersebut tak lain dikarenakan dengan kegagalannya dalam menjalankan roda kempimpinan dan sudah terlampau banyak kegagalan dalam menyelesaikan masalah di Indonesia, begitu banyaknya peristiwa yang terjadi, eh dia malah buat album lagu.

Adapun masalahnya, seperti kasus BBM, Century, kasus di Papua, dan untuk saat ini penerapan mengenai Demokrasi masih belum sepenuhnya. Demokrasi yang katanya dari rakyat, oleh raktya, dan untuk rakyat hanya masih omong kosong.

Umar melanjutkan,"Kita menghendaki agar terwujudnya Komite Rakyat Indonesia (KRI), sebuah konsep yang pernah gagal diwujudkan pasca tahun 1998, konsep itu sendiri ingin benar-benar menekan demokrasi yang sesungguh."

Memang dalam mewujudkanya masih terlampau sulit dan dilema, apalagi jika mahasiswa tidak menjadikan posisinya sebagai kontrol pemerintah. Dalam mengontrol pemerintah banyak hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa, dan tidak hanya melalui aksi turun ke jalanan, mahasiswa bisa melakukannya melalui media, diskusi, forum-forum dan lain-lainya, paling tidak terbentuknya kesadaran terhadap mahasiswa itu sendiri.

Tapi sayang, mahasiswa masih cuek dengan hal-hal seperti itu, lihat saja aksi tadi, dan kami masih mencoba membuat penyadaran terhadap mahasiswa. "Jangkan mahasiswa, dalam gerakan sendiri masih terpecah-pecah," tambahnya. hal ini, mungkin disebakan isu-isu yang telah melekat terutama dengan adanya beberapa aksi yang telah dibayar, semisal ada yang menolak dan ada juga yang mendukung, lalu isu-isu titipa. Dan hal ini bisa menghancurkan gerakan itu sendiri.

Maka pandangan yang melekat terhadap aksi yang dibayar menjadikan setiap oraganisasi terpecah-belah, yang ada hanyalah kecurigaan, jadi wajar jika terjadi pengkotak-kotakan dan masih berbicara tentang atas nama organisasinya.

Kalau, Kamjak sendiri sama sekali tidak dibayar terserah mereka mau mengatakan seperti apa? Untuk menerbitakan terbitan seperti yang tadi, kami bagikan saat aksi, aksi yang dimulai jam 14.00 WIB sampai menjelang magrib, kami dapatkan dari ngecrek.

"Lampu merah mana, yang saya tidak tahu," sebab setiap lampu merah pernah kami singgahi untuk mengecrek, dengan slogan yang kami pakai adalah "Dana anda adalah urat nadi perjuangan kami."

sejenak kami terdiam, lalu Umar melanjukan ucapanya, dalam aksi yang diikuti oleh sekitar 20 orang dan hanya sebuah stimulus, dan rencananya besok kami akan aksi kembali di Uneversitas Kristen Indonesia (UKI) yang bertempakan di Cawang, dan kami akan bergabung dengan aliansi dari beberabagai kampus sebanyak 25, dan isu tentang turunya SBY-Boediono telah kami lakukan semenjak 2 tahun yang lalu. (Dede Supriyatna)




Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta