Saat bicara mengenai lingkungan Agus Kurniawan yang biasa disapa Buntel, seorang pemerhati lingkungan, mengatakan kondisi lingkungan hidup terutama di kota besar telah tercemar 60%.
Contohnya saja, ketika saya mengarungi laut dari Tanggerang ke Pulau Seribu 1 tahun lalu. Sekitar lima sampai sepuluh meter sebelum mencapai pulau saya disambut dengan apungan sampah berserakan ditepian pantai begitu juga tumpukan sampah belum lagi pembuangan limbah rumah tangga kebibir pantai yang tadinya nan-elok indah di pandang yang kini tak lagi indah untuk dipandang,".(Agus)
Lelaki berambut kriting, yang sekarang masih terdapaftar sebagai mahasiswa UIN Jakarta, jurusan Library saince, dan tak hanya itu, ia juga bergelut di kelompok mahasiswa pecinta lingkungan hidup dan kemanusiaan kembara insani ibnu batutta (KMPLHK) RANITA UIN Jakarta, menambahkan pada dasarnya masyarakat ini sadar betul sebenarnya mengenai rusaknya lingkungan yang disebabkan oleh manusia sendiri.
"Kasus pembalakkan liar masih menjadi isu kerusakan hutan, pencemaran air, baik air tawar, dan air laut yang menyebabkan biota-biota di dalamnya pun ikut terkontaminasi serta perilaku boros dalam penggunaan energi. Hal ini memprihatinkan KU untuk terus bergerak dan mencoba, kita sering sekali tidak sadar dampaknya terhadap lingkungan,"
Dan keprihatinan yang terbesar, yaitu pencemaran laut, kasusnya sempat mencuat belakangan ini. " Sebagai contoh, dua paus sperma yang terdampar di pesisir California, AS, memiliki 205 kilogram jaring ikan dan serpihan sampah plastik dalam tubuhnya. Seekor di antaranya memiliki perut yang rusak. Seekor lainnya, dalam kondisi kelaparan, memiliki banyak sampah plastik yang menghalangi saluran pencernaannya.
Sebagaimana yang diungkapan oleh kompas.com, apa yang diungkapan oleh ahli lingkungan, bahwa “Paus malang tersebut migrasi lantaran habitatnya tercemar sampah yang dibuang ke laut.” Dan ini berarti pencemaran lingkungan sudah dalam taraf yang sangat parah," imbuh lelaki Buntel dengan rambutnya yang kribo.
Atas dasar tersebut, saya sangat berharap adanya peran serta dari mahasiswa sebagai generasi penerus untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Untuk berbicara caranya, kita bisa memulai dengan hal sederhana, seperti membuang sampah pada tempat yang tepat, dengan terlebih dahulu memisahkan sampah atantara sampah organik dan non-organik.
Dan tahap selanjutnya, menerapkan konsep lingkungan hidup yang sesungguhnya. "Tentunya hal ini tidak mudah, dengan cara melakukan penghematan energi, menanam pohon walaupun hanya beberapa saja, dan peduli terhadap isu-isu lingkungan, dan akan lebih ,jika mahasiswa seharusnya bisa melakukan tindakan nyata seperti melakukan workshop, seminar mengenai lingkungan hidup, atau mengajukan petisi kepada pengambil kebijakan. Meski demikian, saya masih menganggap belum adanya tindakan nyata untuk hal tersebut, disebabkan karena alasan minimnya eduaksi tentang lingkungan hidup.
"Oleh sebab itu, saya berusaha mendistribusikan isu-isu lingkungan dan menggalakkan peduli lingkungan melalui komunitas ku, media sosial. Kedepannya, ingin mengadakan pelatihan atau edukasi mengenai lingkungan hidup di kampus dan masyarakat,"yang terpenting adalah sebuah langakah kongkrit awal dimana kita masih mau dan peduli terhadap lingkungan selagi kita bernafas.