Berita Terbaru:
Home » » Mengais Sisa Barang dari Kebakaran

Mengais Sisa Barang dari Kebakaran

Written By angkringanwarta.com on Thursday, February 02, 2012 | 22:29

JAKARTA- Aping, 45 tahun warga Gondangdia yang rumahnya ikut terbakar Selasa malam (31/1) sedang mengais sisa barang di dalam rumahnya. Bersama kedua saudaranya ia mencari barang apa saja yang masih bisa diselamatkan. Kedua tangan mereka memegang sekop kecil, dengan kaki memakai sepatu bot.

"Semalam kami semua ada di rumah, tiba-tiba saja ada warga yang teriak 'kebakaran...kebakaran... Semalem itu kejadian sekitar pukul setengah delapan malam," ujar lelaki yang keluarganya sudah tinggal di sana dari 1920an.

Aping mengisahkan dahulu 1980an juga pernah terjadi kebakaran. "Tahun ini kejadian yang kedua kalinya. Katanya kebakarannya dari toko kelontong sebelah." Antara rumah Aping dengan toko kelontong beda satu rumah saja. Toko itu tidak ditempati oleh warga.

Aping mengakui yang meninggali toko itu adalah beberapa pekerja toko yang ada tiap pagi dan pulang sore harinya. "Jadinya pas kejadian itu di sana nggak ada siapa-siapa," ujar Aping.

Selasa malam (31/1), bangunan yang tepat berada di sebelah Pasar Gondangdia ludes terbakar. Penyebabnya adalah korsleting arus pendek. Karena di dalam toko banyak barang rumah tangga yang mudah terbakar, otomatis api langsung menjalar. Delapan bangunan itu dempet dan satu atap.

Hingga dua jam kemudian, petugas Dinas Kebakaran yang dikerahkan sekitar 30 unit mobil masih susah memadamkan titik bara api. Namun, ketika tengah malam, api sudah bisa dimatikan.

Kini, Rabu pagi hingga siang (1/2) para pemilik toko dan rumah sibuk memindahkan sisa barang-barangnya. Empat toko kelontong yang berada di pinggir jalan sedang memindahkan barang yang bisa diselamatkan ke dalam mobil boks. Tapi, sempat bangunan di bagian belakang tak menyisakan apa pun.

Deni Wiriatmaja, 30 tahun, tetangga Aping mengisahkan kerugian atas kebakaran bisa mencapai Rp 100 juta lebih. "Itu baru bangunannya saja, belum kulkas, televisi, dan benda-benda lainnya. Karena kami nggak sempat ambil apapun," ujarnya.

Ketika malam kejadian, ia masih lembur di kantor. Tiba-tiba ibunya menelepon bilang ada kebakaran. "Saya langsung pulang, pas sampe rumah, udah ludes semuanya," kisahnya. Siang itu, di depan rumah Deni berkumpulah keluarga kecilnya.

Mereka melakukan hal yang sama seperti Aping. Sebagian keluarganya juga ada yang sedang makan nasi bungkus. "Nanti mungkin akan ngungsi dulu ke rumah saudara."

Deni mengakui delapan rumah yang terbakar itu semuanya milik orang Tionghoa yang sudah tinggal sejak masa Belanda. Mereka merasakan dari terkenalnya nama Pasar Boplo hingga dibangunnya kawasan Menteng oleh. "Rata-rata kami ini sudah beranak pinak sampai tiga generasi. Dari dulu hingga sekarang, tinggal di samping Pasar Boplo ini."

Deni dan korban kebakaran lainnya untuk sementara akan meninggalkan dahulu tempat tinggal mereka. Dalam beberapa bulan ke depan, mereka akan membangun rumahnya kembali. "Sudah banyak kenangan di sini, nanti akan dibangun kembali," ujar Deni mengakhiri pembicaraan. (Agnes)

Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta