Salam silaturrahmi kami sampaikan, semoga kita senantiasa dalam lindungan
Tuhan dan mendapatkan rahmat dan karunia-Nya dalam menjalankan aktifitas. Amin
Sehubung akan diadakannya diskusi publik, dengan tema “Melihat Masa Lalu dan Mamaknai Hakikat dari Aktivis” yang
diselenggarakan angkringanwarta, pada:
Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012
Waktu :
19.00 WIB - selesai
Tempat :
”Cafeloshophy” (depan kampus UMJ Ciputat)
Berkaitan dengan itu, maka kami mengundang saudara/i untuk ikut serta demi
sukses dan lancarnya kegiatan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
terimakasih.
Turut mengundang:
1. Ray Rangkuti
2. Andikey Kristanto
3. BEM & UKM UIN
4. HMI
5. PMII
6. GMI
7. GMNI
8. KAMMI
9. LS-ADI
10. Forum-forum diskusi dll
1. Ray Rangkuti
2. Andikey Kristanto
3. BEM & UKM UIN
4. HMI
5. PMII
6. GMI
7. GMNI
8. KAMMI
9. LS-ADI
10. Forum-forum diskusi dll
TERM OF REFERENCE
(TOR)
Diskusi Tongkrongan
“Melihat Masa Lalu dan Mamaknai Hakikat dari Aktivis”
“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama
saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri,” sepenggal kalimat dilontarkan Pramoedya Ananta Toer untuk menyapa pemuda dan merenungkan kembali
siapa pemuda.
Dalam sejarah
Indonesia, Ben Anderson
menyebut ‘Revolusi Pemuda,’ yang mana peranan pemuda turut
mencatatakan diri dan membentuk arah bangsa Indonesia. Hal ini kiranya tak perlu
disangkal atau mempertanyakan ulang mengenai gerakan pemuda sebelum atau
sesudah kemerdekaan Indonesia.
Sebelum
kemerdekaan, ada dua peristiwa yang sangat berperan penting dalam membawa arah
Indonesia. Diawali dari sekolompok
pemuda dari pelbagai latar belakang berkumpul dan mengikrarkan sebuah sumpah.
Sumpah itu diberi nama Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 1928.
Para pemuda
bersumpah, sumpah ini merupakan suatu tekad yang sangat penting bagi
proses penguatan konsep wawasan kebangsaan Indonesia. Ikrar tersebut merupakan
modal yang sangat berharga bagi terbentuknya sebuah “Nation-State”. Tekad untuk bersatu dan mengesampingkan
alasan-alasan seperti kedaerahan, kesukuan, keturunan, keagamaan, dan
sejenisnya dengan tetap menghormati perbedaan-perbedaan yang ada telah
dilahirkan dalam Kongres Pemuda II. Sejak peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928
itu, dunia dikejutkan oleh kemampuan dan kesanggupan bangsa Indonesia untuk
bersatu padu dalam kemajuan.
Yang perlu
menjadi catatan, sebelum atau seusai tercetusnya Sumpah Pemuda, pemuda tak
langsung mendatangi kediaman Soekarno untuk memintanya memproklamorkan
Kemerdekaan. Namun, ada jenjang waktu yang cukup lama.
Jenjang waktu
ini, pada akhirnya dimanfaatkan pemuda untuk menulis, berpikir, dan bergerak
untuk membawa perubahan bangsa Indonesia.
Mereka mulai berkumpul dan berorganisasi membentuk sebuah Perhimpunan
Indonesia, yang beranggotakan mahasiswa Indonesia di Belanda, merupakan salah
satu organisasi pemuda yang banyak menyumbang gagasan mengenai Indonesia
Merdeka, terutama terkait terselenggaranya Kongres Pemuda dan lahirnya Sumpah
Pemuda.
Dan sebagaian
para pemuda yang masih dalam usia dua-puluhan, menulis panjang lebar
mengenai gagasan-gagasan Indonesia Merdeka: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Semaun,
Tan Malaka, dan lain sebagainya. Gagasan-gagasan itu tidak hanya diuraikan
dalam coretan tinta di atas kertas, tetapi diperjuangkan habis-habisan dan
menjadi pegangan politik di sepanjang hidupnya.
Untuk
selanjutnya, segorombolan pemuda mendatangi kediaman Presiden Indonesia
pertama, Soekarno. Kejadian itu, terjadi pada suatu malam di pertengahan
Agustus 1945. Sekelompok pemuda mendatangi kediaman Bung Karno di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Bung Karno, yang sudah mengetahui kedatangan
utusan pemuda ini, segera menemui mereka di beranda rumah.
“Sekarang, Bung! Sekarang, malam ini juga kita kobarkan
revolusi,” ujar Chaerul Saleh, salah seorang dari pemuda tersebut. “Kami tidak
ingin mengancammu, bung,” kata Wikana dengan suara serak.
Dari dua grebakan itu sudah cukup membuktikan peranan pemuda
dan membawa arus perubahan yang cukup nyata bagi bangsa Indonesia. Dari sanalah, Anderson pun mengakuinya. “Akhirnya saya
percaya bahwa watak khas dan arah dari revolusi Indonesia pada permulaannya
memang ditentukan kesadaran pemuda ini,” kata Anderson.
Begitulah kira-kira gambaran sepenggal kisah
Perjalanan Pemuda Dalam Mewujudkan Indonesia Meredeka
Seusai
kemerdekaan, kata pemuda seakan menjelma dalam diri mahasiswa, lebel mahasiswa
sebagai agen perubahan ditunjukan dengan gerakan mahasiswa dalam menggulingkan
kekuasaan. Indonesia kembali mencatat, ada dua penggulingan kekuasaan yang tak perlu dipertayakaan kembali, yakni
pergolakan mahasiswa pada 66 dan 98.
Namun, sesusai jatuhnya rezim Soeharto, mahasiswa menyebut dirinya sebagai
aktivis. Peranan mahasiswa
kian dipertanyakan. Mahasiswa yang berkutat dalam sebuah Universitas Tridarma
Perguruan Tinggi, hanya sebatas KKN.
Untuk uji kelayakan gelar aktivis tersebut, perlu dipahami
terlebih dahulu siapa yang sebenarnya aktivis itu, dan siapa yang pantas
menggunakan nama besar aktivis itu? Apakah pantas nama aktivis itu disandangkan
dengn mahasiswa pekerjaannya sekadar rapat dan aktif di organisasi?
Karena itulah, kami mengundang saudara untuk turut aktif dalam diskusi, bertema “Melihat Masa Lalu dan Mamaknai Hakikat dari
aktivis” yang diselenggarakan Angkringanwarta.com
*Nb: Jika terdapat
hal-hal yang belum diungkapkan dalam TOR, anda dapat menambahkanya
Kontak person: Jong/ 087727777460
e-mail: angkringan_warta@yahoo.com