Berita Terbaru:
Home » » Diskusi Tongkrongan “Melihat Masa Lalu dan Mamaknai Hakikat dari Aktivis”

Diskusi Tongkrongan “Melihat Masa Lalu dan Mamaknai Hakikat dari Aktivis”

Written By angkringanwarta.com on Tuesday, October 30, 2012 | 11:08


Salam silaturrahmi kami sampaikan, semoga kita senantiasa dalam lindungan Tuhan dan mendapatkan rahmat dan karunia-Nya dalam menjalankan aktifitas. Amin

Sehubung akan diadakannya diskusi publik, dengan tema “Melihat Masa Lalu dan Mamaknai Hakikat dari Aktivisyang diselenggarakan angkringanwarta, pada:

Hari/tanggal   : Rabu, 31 Oktober 2012
Waktu            : 19.00 WIB - selesai
Tempat           : ”Cafeloshophy” (depan kampus UMJ Ciputat)  

Berkaitan dengan itu, maka kami mengundang saudara/i untuk ikut serta demi sukses dan lancarnya kegiatan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

Turut mengundang: 
1. Ray Rangkuti
2. Andikey Kristanto
3. BEM & UKM UIN
4. HMI
5. PMII
6. GMI
7. GMNI
8. KAMMI
9. LS-ADI
10. Forum-forum diskusi dll




TERM OF REFERENCE (TOR)

Diskusi Tongkrongan
“Melihat Masa Lalu dan Mamaknai Hakikat dari Aktivis

“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri, sepenggal kalimat dilontarkan Pramoedya Ananta Toer untuk menyapa pemuda dan merenungkan kembali siapa pemuda.

Dalam sejarah Indonesia, Ben Anderson menyebut Revolusi Pemuda,’ yang mana peranan pemuda turut mencatatakan diri dan membentuk arah bangsa Indonesia. Hal ini kiranya tak perlu disangkal atau mempertanyakan ulang mengenai gerakan pemuda sebelum atau sesudah kemerdekaan Indonesia.

Sebelum kemerdekaan, ada dua peristiwa yang sangat berperan penting dalam membawa arah Indonesia. Diawali dari  sekolompok pemuda dari pelbagai latar belakang berkumpul dan mengikrarkan sebuah sumpah. Sumpah itu diberi nama Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 1928.

Para pemuda bersumpah, sumpah ini merupakan suatu tekad yang sangat penting bagi proses penguatan konsep wawasan kebangsaan Indonesia. Ikrar tersebut merupakan modal yang sangat berharga bagi terbentuknya sebuah “Nation-State”. Tekad untuk bersatu dan mengesampingkan alasan-alasan seperti kedaerahan, kesukuan, keturunan, keagamaan, dan sejenisnya dengan tetap menghormati perbedaan-perbedaan yang ada telah dilahirkan dalam Kongres Pemuda II. Sejak peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 itu, dunia dikejutkan oleh kemampuan dan kesanggupan bangsa Indonesia untuk bersatu padu dalam kemajuan.

Yang perlu menjadi catatan, sebelum atau seusai tercetusnya Sumpah Pemuda, pemuda tak langsung mendatangi kediaman Soekarno untuk memintanya memproklamorkan Kemerdekaan. Namun, ada jenjang waktu yang cukup lama.

Jenjang waktu ini, pada akhirnya dimanfaatkan pemuda untuk menulis, berpikir, dan bergerak untuk membawa perubahan bangsa Indonesia.  Mereka mulai berkumpul dan berorganisasi membentuk sebuah Perhimpunan Indonesia, yang beranggotakan mahasiswa Indonesia di Belanda, merupakan salah satu organisasi pemuda yang banyak menyumbang gagasan mengenai Indonesia Merdeka, terutama terkait terselenggaranya Kongres Pemuda dan lahirnya Sumpah Pemuda.

Dan sebagaian para pemuda yang masih dalam usia dua-puluhan, menulis panjang lebar mengenai gagasan-gagasan Indonesia Merdeka: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Semaun, Tan Malaka, dan lain sebagainya. Gagasan-gagasan itu tidak hanya diuraikan dalam coretan tinta di atas kertas, tetapi diperjuangkan habis-habisan dan menjadi pegangan politik di sepanjang hidupnya.

Untuk selanjutnya, segorombolan pemuda mendatangi kediaman Presiden Indonesia pertama, Soekarno. Kejadian itu, terjadi pada suatu malam di pertengahan Agustus 1945. Sekelompok pemuda mendatangi kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Bung Karno, yang sudah mengetahui kedatangan utusan pemuda ini, segera menemui mereka di beranda rumah.

“Sekarang, Bung! Sekarang, malam ini juga kita kobarkan revolusi,” ujar Chaerul Saleh, salah seorang dari pemuda tersebut. “Kami tidak ingin mengancammu, bung,” kata Wikana dengan suara serak.

Dari dua grebakan itu sudah cukup membuktikan peranan pemuda dan membawa arus perubahan yang cukup nyata bagi bangsa Indonesia. Dari sanalah, Anderson pun mengakuinya. “Akhirnya saya percaya bahwa watak khas dan arah dari revolusi Indonesia pada permulaannya memang ditentukan kesadaran pemuda ini,” kata Anderson.

Begitulah kira-kira gambaran sepenggal kisah Perjalanan Pemuda Dalam Mewujudkan Indonesia Meredeka

Seusai kemerdekaan, kata pemuda seakan menjelma dalam diri mahasiswa, lebel mahasiswa sebagai agen perubahan ditunjukan dengan gerakan mahasiswa dalam menggulingkan kekuasaan. Indonesia kembali mencatat, ada dua penggulingan kekuasaan yang tak perlu dipertayakaan kembali, yakni pergolakan mahasiswa pada 66 dan 98.

Namun, sesusai jatuhnya rezim Soeharto, mahasiswa menyebut dirinya sebagai aktivis. Peranan mahasiswa kian dipertanyakan. Mahasiswa yang berkutat dalam sebuah Universitas Tridarma Perguruan Tinggi, hanya sebatas KKN.

Untuk uji kelayakan gelar aktivis tersebut, perlu dipahami terlebih dahulu siapa yang sebenarnya aktivis itu, dan siapa yang pantas menggunakan nama besar aktivis itu? Apakah pantas nama aktivis itu disandangkan dengn mahasiswa pekerjaannya sekadar rapat dan aktif di organisasi? 

Karena itulah, kami mengundang saudara untuk turut aktif dalam diskusi, bertema “Melihat Masa Lalu dan Mamaknai Hakikat dari aktivisyang diselenggarakan Angkringanwarta.com

*Nb: Jika terdapat hal-hal yang belum diungkapkan dalam TOR, anda dapat menambahkanya

Kontak person: Jong/ 087727777460
e-mail: angkringan_warta@yahoo.com



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta