Oleh Adey Sucuk Zakaria Bahar*
Seperti yang kita ketahui banyak perdebatan mengenai musik
pop di masyarakat pecinta musik tanah air. Saking banyaknya masyarakat yang
kontradiktif terhadap masyarakat yang lain, yang akhirnya (entah disengaja atau
tidak) memunculkan beragam argumen tentang musik pop di antara mereka.
Perbedaan yang paling mencolok adalah musik pop sebagai “musik yang populer”
atau musik pop sebagai “jenis musik”.
Untuk lebih jelasnya kita akan memetakan terlebih dahulu
mana musik pop sebagai “musik yang populer” dan musik pop sebagai “jenis
musik”. Jika kita melihat musik pop sebagai “musik yang populer” tentu hal
tersebut sangat terkait dengan industri, media, pasar, dll.
Musik seperti ini memang diciptakan untuk dijual.
Seberapapun idealismenya mereka jika tujuannya hanya untuk mencapai target
sekian juta copy tentu masuk ke dalam musik “penghilang kesadaran” atau –musik
yang populer- ini.
Di dalam kategori musik ini semua jenis musik bisa masuk ke
dalamnya, tak hanya musik pop sebagai “jenis musik” tetapi musik-musik jenis
lain pun bisa masuk ke dalam kategori ini dari musik melayu, dangdut, rock dan
genre-genre lain yang lebih spesifik pada jenis musik tertentu seperti hip-hip,
punk, R&B, metal, dsb.
Ironisnya dalam dunia musik kita telah dipenuhi hama ini.
Selanjutnya jika kita melihat musik pop sebagai “jenis musik” tentu kita harus
memahami terlebih dahulu musik pop sebagai “jenis musik”. Musik pop sebagai “jenis musik” yaitu musik
yang easy listening, mudah dicerna dan tanpa ada unsur-unsur musik lain (baik
irama maupun alat musiknya itu sendiri) dan bisa dikatakan musik yang
”lurus-lurus saja”, baku.
Jadi segala jenis musik haruslah tereduksikan dari
penjelasan di atas. Ada hal yang menarik dari kategori musik ini yaitu:
Pertama, ada musik pop sebagai –jenis musik- yang populer. Musik ini merupakan
afiliatif dan sintesis dari kedua kategori di atas. Musik inilah musik pop yang
sejati. Kedua, ada musik pop sebagai –jenis musik- yang tidak populer. Ada dua
tendensi yang menyebabkannya demikian.
Tendensi pertama ialah karena memang tidak populer artinya
tidak disukai oleh masyarakat tanpa ada kesengajaan (maksudnya musik ini tetap
mencoba untuk populer tetapi memang masyarakat tidak menyukainya).
Tendensi kedua ialah karena memang sengaja untuk tidak
populer biasa kita sebut sebagai musik yang idealis atau musik indie –kita
sebut saja begitu- yang tidak terikat dengan industri (label rekaman). Musik
ini sebenarnya senantiasa hidup dari masa ke masa seiring dengan pergolakan
sosial-politik pada masanya, apalagi di zaman sekarang. Musik ini sebenarnya
bisa juga menjadi musik populer tetapi mungkin karena memang karyanya yang
berkualitas (perlu digaris bawahi -karya yang berkualitas- dan tanpa bermaksud untuk
populer) sehingga keadaan yang menjadikannya demikian.
Musik seperti ini juga sebenarnya telah banyak di dunia
musik tanah air tetapi tidak sebagai "hama" seperti musik populer
yang ada, melainkan sebagai pelepas dahaga bagi prestasi permusikkan di
Indonesia karena tak bisa dipungkiri ternyata musik jenis ini lebih diakui
keberadaanya dan lebih diapresiasi di mata internasional dibanding di negeri
sendiri.
Musik pop sebagai -jenis musik- yang tidak populer
sebenarnya tidak kalah keras bersuara dengan idealisme dan gagasan-gagasannya
dibanding dengan jenis-jenis musik lain yang tidak populer juga (musik indie/
idealis/ underground).
Jadi sungguh menggelikan jika ada pecinta musik tertentu
yang meremehkan keberadaan musik pop sebagai "jenis musik" yang tidak
populer hanya karena memainkan musik pop! Padahal belum tentu musik pop yang
mereka remehkan ternyata lebih pop dari pada musik yang mereka sukai! Selain
itu dalam dunia musik juga telah ada"scene" masing-masing dalam
bermusik.
Di dalam kategori musik pop sebagai "jenis musik"
yang tidak populer ada satu lagi bentuknya yang bisa dikatakan lebih ekstrem
dari jenis-jenis musik yang ada yaitu "Musikalisasi Puisi".
Musik ini lebih menitik beratkan pada kandungan isi liriknya
tanpa mengurangi perhatian pada kulaitas musikalitasnya. Orang-orang yang
memainkan musik ini lebih bisa dikatakan sebagai "Seniman" dari pada
"Musisi" karena substansi bermusiknya lebih luas dari bermusik itu
sendiri, tak jarang dengan memasukkan unsur-unsur tradisi-kebudayaan. Maka
sebaiknya masyarakat di tanah air bisa lebih melek dalam menikmati musik. Maju
Terus Musik Indonesia!!!
*Penulis adalah penikmat musik