Kabar memilukan kembali
datang dari bumi Papua. Sekitar 95 orang warga dengan sebagain besar anak-anak
di Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, meninggal dunia akibat busung
lapar dan wabah penyakit.
Kendati demikian, pejabat
daerah hingga pusat mengaku masih meragukan kabar tersebut. “Tidak ada kejadian
luar biasa dan kematian massal di sana,
seperti yang telah dikabarkan sebelumnya,”
kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenkes, Murti Utami, Selasa (2/4).
Hal senada juga
diungkapkan Menteri Koordinator bidang
Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Agung Laksono. Ia menambahkan, kondisi
cuaca yang tidak menentu di Papua sering menjadi biang munculnya berbagai
penyakit. “Jadi bukan kronis tapi memang keadaan cuaca,” tegasnya.
Mendengar pernyataan
tersebut, aktivis Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman), Patricia Miranda
Wattimena menyebut dua menteri itu bukan hanya tidak responsive, tapi juga
tidak empati.
Menurutnya, seharusnya
pemerintah segera melakukan tindakan cepat agar tak banyak warga yang menderita
busung lapar, bukanyalah malah meragukan kabar tersebut. "Pemerintah dalam
hal ini sudah lalai. Harusnya ada tindakan pencegahan, bukan penanganan. Rakyat
Papua sudah bosan hidup menderita," kata Patricia, saat dihubungi Kamis,
(4/4/2013).
Kelaparan yang melanda
Papua bukanlah yang pertama kalinya. Pada tahun 2009 lalu, kelaparan telah
merenggut 113 orang nyawa rakyat Papua di Yahukimo. Begitu juga pada tahun
2007, kelaparan juga merenggut nyawa 16 orang rakyat Papua di Kabupaten Paniai.
Ancaman kelaparan akibat bencana banjir dan gagal panen tengah mengacam, rakyat
di Kabupaten Nduga juga terancam kelaparan.
Padahal, Papua merupakan
salah satu wiliyah Indonesia dengan kekayaan alam yang begitu melimpah. Namun,
kekayaan itu tak mampu mengakat kehidupan warga Papua dari kemiskinan.
Berdasarkan Data
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2007 menyebutkan, Papua memiliki
indeks kedalaman kemiskinan mencapai 10,56 dan indeks keparahan kemiskinan 5,01. Termasuk yang terburuk di Indonesia.
Tak hanya itu, mayoritas
rakyat Papua juga tidak bisa mengakses layanan dasar, seperti pendidikan,
kesehatan, pangan, air bersih, perumahan dan lain-lain. Angka Partisipasi
Sekolah di Papua termasuk terendah di Indonesia. Infrastruktur kesehatan di
Papua juga masih sangat terbatas.