Oleh
Mustaqim
Derasnya arus teknologi dan informasi membuat Bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang plagiat akan kemodrenan. Dan paradigma pemikiran anak bangsapun
telah berubah dalam berbagai aspek. Jati diri dan kearifan lokalpun sedikit
demi sedikit mulai menyusut bahkan ditinggalkan demi tercapainya kemodrenan itu
sendiri.
Dalam sebuah kajian dikatakan bahwa negara yang maju adalah negara yang
tak meninggalkan jati diri bangsanya. Tapi bagaimana dengan indonesia yang multikultural
tapi jati diri dan kearifan lokalnya begitu banyak terbawa bahkan tenggelam
dalam terjangan badai teknologi dan modrenisasi.
Sebelum menjelaskan negara yang maju adalah negara yang tidak
meninggalkan jati dirinya, mari kita menelisik kebelakang, bahwa negara yang
hancur akibat jati diri bangsanya ditinggalkan sebagai berikut :
Yang pertama, Negara yang dibangun oleh
Umayyah bin Abi Sufyan hancur karena dua faktor : faktor eksternal dan
internal. Dalam pembahasan ini penulis hanya memberikan contoh dari faktor
internal.
Faktor internal adalah faktor yang mendominasi kehancuran Negara
Umayyah yang negaranya melupakan bahkan meninggalkan jati diri bangsanya.
Negara yang dibangun oleh bangsa arab tangguh kalah oleh kenikmatan duniawi,
seperti harta, tahta dan wanita. Begitu juga negara abbasi yang jatuh karena
lemahnya kekuatan pertahannannya dan juga jati dirinya dikesampingkan.
Jika Bangsa Indonesia melupakan bahkan meninggalkan jati diri bangsa
sendiri maka yang akan terjadi adalah seperti dua bangsa yang telah penulis
paparkan diatas. Lalu bagaimana caranya untuk melawan arus modrenisasi yang
begitu kuat?.
Caranya yang telah penulis dapatkan sebagai berikut :
1.
Mempertahankan ciri khas bangsa.
2.
Dengarkan aspirasi dan kehendak
anak bangsa
3.
Dan juga tidak terlalu terbuka.
Dalam setiap suku bangsa perubahan tetap akan terjadi karena dari segi
apapun pembaca liat perubahan itu akan selalu ada. Karena dalam sebuah teori
disebutkan bahwa “tidak akan ada yang akan abadi kecuali peubahan”. Yang
dibutuhkan dalam masalah ini hanyalah kesadaran anak bangsa untuk menjaga jati
diri dan kearifan lokal bangsa ini sendiri.
Ciputat, 11 November
2013