Berita Terbaru:
Home » » Merdeka 100%

Merdeka 100%

Written By angkringanwarta.com on Wednesday, August 24, 2011 | 21:20

Oleh Dede Supriyatna

Berapa hari yang lalu seorang teman berkata pada saya, ia mengukapkan tentang kemerdekaan 100% yang digagas oleh Tan Malaka. Atas apa yang diungkapannya, akhirnya kami tanpa sadar berdialog perihal tersebut.

Secara pribadi, saya kurang mengetahui pemikiran Tan Malaka, jadi wajar jika saya menanyakan perihal kemerdekaan 100% tersebut. Dari mempertanyakan maksud dari kemerdekaan 100%? Lalu secepat kilat teman saya menjawabnya, ia mengatakan bahwa dalam kemerdekaan 100% tak ada yang menginterpesi atau pun di interpensi. Lalu kembali saya bertanya padanya apakah sekarang kita sudah merdeka 100%? Secara tegas, ia menjawab belum. Sebab kita masih diinterfensi.

Selintas Panjang lebar ia menjabarkan tentang Indonesia, kita masih dijajah oleh pihak asing, dan kita masih dijajah oleh orang Indonesia sendiri, begitu banyak penjabaran darinya. Tapi,satu hal yang hendak saya simpulkan dari obrolan, yakni bagaimana ia berbicara tentang pengusaha asing yang berkerjasama dengan orang-orang Indonesia.

“ Lantas solusinya bagaimana, agar kita terlepas dari penjajahan dan kita dapat merdeka 100%?” Sepertinya teman saya kaget dengan pertanyaan saya, lalu ia merenung untuk menjawabnya. Belum sempat ia menjawab, saya telah berkomentar kembali, mungkin Indonesia suka untuk dijajah dan tak mau merdeka.

Jika Indonesia suka untuk dijajah, lalu bagaimana mungkin kita dapat merdeka 100%. Kita lihat saja dari hal-hal yang terkecil, yakni makanan, dan minuman. Coba tengok saja beberapa orang yang secara sengaja datang ke KFC, atau sejenisnya, dan begitu juga dengan minumannya berapa orang yang datang untuk nongkrong di Seven Eleven, atau sejinisnya. Bukankah kita telah diinterfensi oleh makanan dan minuman tersebut.

Dengan mereka mendatangi tempat-tempat tersebut, meraka mengagap diri mereka adalah bagaian dari anak-anak gaul, dan juga dapat mengakat gengsi dari mereka. Dan untuk saat ini, saya lebih menyukai kata dijajah melalui budaya, sehingga bagaimana budaya tersebut telah menghegomoni kehidupan kita, dan memang secara kebetulan kita mengadopsi budaya yang tak jelas.

Seandainya jelas, tentunya perdebatan mengenai Barat dan Timur telah lama terjadi, pasti sudah selesai. kata Barat yang digagas oleh Sutan Takdir Alisabana, dan sebaliknya digagas oleh Sanusi Pane. Sebuah polemik kebudayaan yang cukup ramai hingga sekarang, mungkin hanya cara dan buah pemikiran yang agak berbeda.

Lihat saja hanya untuk menentukan tentang budaya kita masih gigih untuk berperang. Tanpa bepikiran apa yang harus kita perbuat, maka sudah seharusnya kita membongkar perihal jati diri, jati diri yang mampu dibangun dan dijadikan cita-cita bersama oleh semuanya, meskipun jalan yang dipilih oleh tiap-tiap individunya berbeda, tapi dengan cita-cita yang sama.

Obrolan yang tak jelas akhirnya membawa saya teringat pada salah satu tokoh India, ia bernama Mahamat Gandhi yang mengajarkan untuk mencintai produkny asli, dan bukan hanya ajakan, tapi ia juga melakukan dengan perbuatannya. Mungkin Indonesia perlu sosok yang benar-benar melakukan tindakan yang tak hanya sekedar ucapan saja.




Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta