Berita Terbaru:
Home » » Silahkan Masukan ke Panti

Silahkan Masukan ke Panti

Written By angkringanwarta.com on Friday, August 26, 2011 | 21:23

Siapa yang mau masuk ke panti? Mungkin bagi orang-orang yang selama ini, asik dengan jalanan pun enggan. Sebagaimana penuturannya terhadap Panti tersebut, seorang anak yang berumur 10 tahun, dengan perawakan yang mungil kudapati di Bundaran Hotel Indonesia (HI). Ia berkisah tentang saat ia berada di dalam panti tersebut, karena merasa tak nyaman ia pun lari. Seandainya saja di Panti tempatnya enak, saya mau tinggal di Panti.


Waktu itu, saya kena rajia, dan bersama teman-teman kena rajia. Banyak yang kena rajia, satu mobil penuh. Setelah dirajia saya dan teman-teman dimasukin di panti, kalau teman-teman saya ditebus akhirnya mereka bebas, sedangkan saya kabur dari Panti.


Kalau kena rajia lagi, saya akan kabur. Dari pada lari pas rajia, pasti dikekar dan bisa dipukul juga. Lalu ia pun melanjutkan kata-katanya, dia juga kena rajia sambil menunjuk gerombolan anak-anak sepantarannya berada di Bundaran HI, kepada salah satu dari mereka memegang gitar kecil. Anak yang ditunjuk hanya tersenyum, kalau dia ditebus.


Ia langkahkan kakinya menuju anak yang memenggan gitar yang berjarak tiga atau empat langkah darinya, ia pun langsung mainkan sambil berujar kembali “Sejujur, saya juga malas berada di sini, enakan di rumah tidur.” Waktu memang telah menunjukan tengah malam.


Pandangannya mengarah pada 3 warna lampu dengan satu tiang menancap pada samping jalan raya, agar lampu tersebut berdiri kokoh. Dan secara tiba-tiba ia berlari tatkala sebuah warna merah menyala, ia pun akan hampiri deretan mobil-mobil mengkilap berhenti.


Setelah giliran lampu hijau menyala, maka akan kembali duduk dipelantara bundaran yang mengelilingi air mancur tersebut.”Mandi di sini enak, bang. Tapi, diomelin.” Lalu ditambah bagaimana peristiwa yang melandanya “Dulu, saya pernah dipalak oleh orang di Blok M, setelah turun dari mobil mewah, saat itu saat itu saya sedang jadi zoki, kalau jadi zoki lumanyan uangnya, sekali ngezoki aja bisa dapat Rp 20.000-, kaya gitu, jalanan keras, bang.”


Seorang perempuan yang lebih muda darinya, hanya mendengarkan apa yang dituturkan anak yang mengaku dipalak. Dari gerumunnya, memang ia paling banyak bercerita. Dan sepertinya ia pun suka untuk berbicara tentang apa saja, yang telah menjadi kisahnya, sebagaimana pengalamannya, dulu saya perna ngelem, tapi sekarang saudah kaga. Lebih baik uangnya saya kumpulan, dan Kalau saya punya uang saya ingin melanjutkan sekolah lagi, kelas 2 Sekolah Dasar (SD) saya sudah keluar.


Sebagaimana halnya gadis yang lebih muda darinya, Saya pun hanya terdiam mendengarkannya, walau sesekali saya bertanya padanya saat ia tak lagi berbicara. “Orang tua saya sudah lama cerai, sekarang bersama ibu dan satu adik saya yang masih kecil.” “Abang tinggal di mana?” Tanya dia kepada saya.


Saya hanya tersenyum sebagai jawaban terhadapnya, dan belum sempat menjawab, ia melanjutkan ucapannya, “Kalau saya tinggal di Karet,” sambil ia melihatkan giginya, dan nampak ke dua gigi serinya yang nampak lebih besar di antara deretan gigi yang lain.


“Tunggu sebentar,” ia kembali berlari saat lampu merah menyala. Di sana telah ada rembongan perempuan yang entah datang dari mana. Sepertinya mereka sudah saling mengenal, dan anak laki-laki ini meminta mereka untuk berada di lampu merah yang sana, sambil menunjukan telunjuknya pada arah sana yang berada di hadapanya, tepatnya lampu merah yang berada di sebelah kanan dari bundaran tempat kami duduk santai.


Ia pun kembali, lalu becerita tentang perempuan tersebut, bahwa perempuan itu sudah tak perawan lagi, namanya juga jalanan, jalanan keras, bang.” Giginya kembali nampak. “Saya sudah biasa, jadi sudah engga takut.” Tiba-tiba saja ia kembali bertanya, “Abang wartawan?” lalu ditambah ” kalau saya sudah besar saya ingin jadi pembalap, seperti velentino Rossi.”


Sayup adzan shubuh mulai terdegar, sebuah mobil Metro Mini melintas di depan, ia besama teman-temanya berlari menuju bus kota itu, sambil berteriak “Budi”, sebuah nama yang belum semenjak tadi belum sempat aku bertanya padanya. (Dede Supriyatna)


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta