Berita Terbaru:
Home » » Doktrin Zilid II, Setelah Orde Baru

Doktrin Zilid II, Setelah Orde Baru

Written By angkringanwarta.com on Saturday, September 10, 2011 | 17:21

Oleh Dede Supriyatna
UIN Jakarta sudah dari hari kemarin telah mengadakan Orientasi Akademik dan Nilai-nilai Kebangsaan (OAK), yang pada mulanya orang-orang mengenalnya dengan sebutan Ospek, Propesa, atau dengan nama-nama yang lainya (yang saya tak mengetahuinya).

Apa yang menjadi tujuan dari OAK adalah Akademik dan Nilai-nilai Kebangsaan yang akan ditanamkan dalam tubuh para siswa-siswa, maka selama dua hari perjalanan OAK hanya doktrin-doktrin tentang Akademik dan juga Nilai-nilai kebangsaan, dan tentunya harapan adalah semua doktrin tersebut bisa tertancap dalam tubuh siswa/i.

Ini sedikit mengingatkan pada tahun pada waktu pemerintahan dipimpin oleh Soeharto, yang dikenal dengan sebutan Orde Baru. Ataukah dengan penanaman nilai-nilai tersebut ingin kembali menciptakan Orde Baru jilid II, setelah jilid I musnah pasca tumbangnya rezim Soeharto, Entalah?

Sebuah ingatan yang hadir Kala itu, saya masih mengenyam pendidikan Sekolah Dasar dan salah satu mata pelajaran yang dianggap penting, yakni Pendidikan Moral Pancasila (PMP), lalu berubah menjadi PPKN. Dalam pendidikan tersebut selalu dikaitkan dengan bagaimana sikap yang harus dimiliki seseorang, maka dengan demikian dia adalah orang yang telah mengamalkan Pancasila.

Selama mengenyam 6 tahun (SD), ditambah 3 tahun (SMP), dan seterusnya mata pendidikan tersebut masih saja melakat dalam daftar mata pelajaran. pernah suatu ketika, kami diperintahkan untuk menghafal butir-butir pancasila, dan jika diantara teman-teman kami dapat menghafal butir-butir tersebut, maka perlombaan pun telah siap menantinya.

Akhirnya kami menghapal butir-butir dengan harapan dapat mengikuti perlombaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), selain agar dapat mengikuti perlombaan tersebut, diantara kami pun akan dianggap cerdas jika orang tersebut telah menghapalnya, dan tak hanya itu, kami mengagap bahwa mata pelajaran tersebut merupakan sesuatu yang penting dan jika nilai mata pelajaran tersebut jelak. Maka kami akan ditakut-takutin oleh teman berupa ancaman tak naik kelas.

Dan tak hanya ingatan pada tempo silam? Saya pun kembali teringat dengan sebuah catatan yang di tulis Delia Noor yang dibukukan, bukunya lumanya tipis dengan sampul berwarna agak kuning bercampur dengan merah, namun sayang buku tersebut entah kemana? Untuk judul buku sendiri saya agak ragu menyebutkanya, yang saya ingat terdapat kata-kata Pancasila, Agama.

Dan sambil mengingat mengenai tulisannya, dalam buku tersebut dia menceritakan bagaimana petani yang hidup di desa, ada tiga petani sebua saja petani A, petani B, dan petani C.

Petani A merupakan seorang yang mempunyai keluarga dan anak, ia merupakan petani yang berkerja keras agar dapat memenuhui tanggungjawab sebagai kepala keluarga, dan ia tak pernah mengenyam pendidikan, sedangkan petani B, ia merupakan seorang pekerja keras juga dan memiliki keluarga, dan sama seperti petani A, ia juga tak mengenyam pendidikan, tapi di tempat ia tinggal, ia sering ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan seputar pembuatan saluran irigasi, dan rapat-rapat desa lainya dengan iklas.

Sedangkan yang terakhir adalah petani C, iya juga memiliki keluarga sama seperti petani A dan petani B, ia juga seorang bekerja keras dan rajin mengikuti kegiatan-kegiatan sebagaikmana yang dikikuti oleh petani B, namun petani C tak hanya itu, ia juga sering mendatangi Muhsola bahkan bisa dikatakan tak pernah telat, bahkan ia merelakan sebagaian dari rizkinya untuk dijadikan Zakat. Ia menjalankan itu semua berdasarkan apa yang ia dapat dari guru ngajinya.

Lalu setelah medengar cerita salah seorang mengutarakan bahwa petani B adalah seorang yang telah mengamalkan pancasila, dan terutama juga dengan petani C. Maka atas komentar tersebut Petani itu hanya terdiam, dan bahkan tak mengerti apa yang telah diungkapkan oleh orang tersebut.

Dari kedua perihal tersebut, nampak bagaimana orang yang telah menghapalkan butir-butir pancasila dan seorang yang hanya petani biasa saja. Apakah orang yang telah menghapal butir-butir pancasila dan juga mengenyam pendidikan setelah dewasa dapat mengetahui dan menjalankan butir-butir pancasila, bukankah mereka yang dulu menghapal butir-butir pancasila kini banyak terjerat kasus korupsi.

Pengamalan butir-butir pancasila bukan hanya terlahir dari sebuah akademik. Melainkan dari kehidupan desa dengan para petaninya, dengan sikap semangat bekerja dan iklas, mereka yang tak mempunyai kesempatan untuk korupsi, mungkin tak tahu bagaimana caranya korupsi. Mereka juga tak mengenal PMP atau PPKN, dan juga P4.

Dan mereka hanya mengenal kumpul-kumpul bareng untuk meronda dengan secangkir kopi hitam, atau kumpul-kumpul sehabis sholat magrib di Mushola sembil berbincang kebutuhan bersama. Tak mengenal bahasa-bahasa tinggi, mereka lebih suka langsung mengerjakan sesuatu.

Kini, UIN Jakarta melaksanakan OAK dengan hanya dua hari untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Dan memang tak hanya UIN saja yang melakukan hal tersebut, ada juga orang yang menanamkan nilai-nilai tersebut melalui dengan bahasa yang cukup intelektual, yakni seminar.

Dan seperti ada yang tercabut dalam para para intelektual, yakni inti dari nilai-nilai kebangsaan tersebut, kenapa tak mencontoh dan menjalankan kehidupan di polosok-pelosok desa berupa hidup sederhana, saling menjalakan keakabran antar sesama, kerja keras, dan segala macamnya.

Lantas, apakah UIN telah hidup secara sederha, saling mengenal untuk menjalinkan keakbraban, ngobrol santai atau musyawarah baik antar mahasiswa dan juga mahasiswa dengan rektor, menyikapi perbedaan secara dewasa. Jika itu semua telah terjalin, maka tak perlu lagi penanaman nila-nilai kebangsaan. Apalagi hanya dengan OAK yang hanya dua hari, sebab selama hampir 12 tahun pun doktrin yang didapati telah gagal membentuk mental kebangsaan yang Pancasilais.





Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta