Tak perlu diragukan bahwa jalanan merupakan ruang publik yang digunakan untuk kepentingan siapapun pengguna jalan. Di jalan raya, siapapun mempunyai hak, entah itu pemilik kendaraan bermotor atau juga para pejalan kaki.Namun, sayang para pejalan kaki semakin hari hak kian terhampas, hal ini terjadi dengan seiringnya kondisi jalan raya yang semakin macet. Persoalan kemacetan seakan tak pernah lenyap dari agenda para pemimpin kota Jakarta untuk mengatasinya.
Guna mengatasinya tak jarang mereka melakukan beberapa hal kebijakan, Dari perlebaran jalan, pembangunan jalan layang, dan lain-lain. Dalam pembangungan jalan layang yang sedang terjadi jalan Antasari, Jaksel. "Dalam pembuatan jalan layang telah terjadi berbulan-bulan." Ujar penjual warung yang berada di pinggir jalan, dan hanya ingin disapa Babeh, (31/10).
Saat ia mengutarakanya, tak lama berselang seorang pejalan kaki terasa sukar berjalan karena di tengah-tengah trotoar terlahalang oleh sebuah tiang penyanggah jembatan layang. seorang bapak yang telah berambut putih harus menyisir ke pinggir agar ia dapat melintasi tiang tersebut.
Dan tak hanya itu saja, kesukaran melintas di trotoar juga terkadang harus dirasakan oleh beberapa para pejalan kaki. Hal ini, dikarena harus berbagi ruang dengan para pengedara sepeda motor, terutama hal ini akan terjadi saat jalan raya benar-benar padat. Hal yang demikian pernah dirasakan oleh seorang perempuan yang tak mau disebutkan namanya.
"Saat itu, ia melintas di jalan raya, dan secara tiba-tiba terdengar klason dari belakang, lalu kendaraan itu melaju begitu saja, tanpa perasaan bersalah. ya, kita sesama pengguna jalan saling menghargai" Pada kasus ini, sudah seharusnya pemerintah juga turut memperhatikan para pejalan kaki. (Dede Supriyatna)
