"Mengapa harus tunggu bencana
baru kita percaya kebesaran Tuhan
......................
Mengapa harus tunggu bencana
baru kita bersahabat dengan alam
........................."
Beberapa penggalan-penggalan lirik berjudul "Solidaritas" karya Band Slank. Pada penggalan lirik diawali sebuah kalimat "Mengapa harus tunggu bencana, baru kita percaya kebesaran Tuhan. Begitupula pada penggalan paragraf berikutnya yang diawali dengan kalimat "Mengapa harus tunggu bencana, baru kita bersahabat dengan alam".
Dari penggalan perkalimat hadir, apakah kata-kata itu terlontar begitu saja, atau berdasarkan sebuah peristiwa yang terjadi tentang bencana, barulah kepedulian tentang alam hadir. Dan seandainya tidak ada bencana kita hingga menewaskan korban, kita tidak bersahabat dengan alam.
Bencana sampai jatuh korban untuk di Jakarta saja, seperti halnya menimpa Pak Warno, seorang bapak dan juga suami. Warno yang menghidupi keluarga dengan berprofesi sebagai supir Bajaj berakhir mengenaskan akibat pohon tumbang di Dharmawangsa, (lihat, Sopir Bajaj yang Tragis).
Peristiwa pohon tumbang bukan hanya terjadi sekali atau dua kali, pada tahun 2010 pohon tumbang akibat cuaca buruk. Buruknya cuaca juga berakibat pada banyaknya papan reklame yang ikut roboh.
Dengan hadirnya beberapa bencana, terutama dengan banyaknya pohon tumbang, para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) berdatangan untuk meneliti kekuatan pohon dan lain-lainnya. Penelitiaan ini tak lain, bertujuan mengetahui pohon mana saja merapuh dan kemungkinan akan tumbang akibat cuaca buruk.
"Sehurusnya, sebelum terjadi bencana atau cuaca buruk telah terdapat peringatan dari lembaga-lembaga yang terkait," Ungkap Agus Kurniawan. Agus selaku ketua dari Kelompok Mahasisawa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan (KMPLHK) Ranita menambahkan, "Jadi saat ada informasi akan datang cuaca buruk, semisal Badan Meteorologi dan Geosifika (BMG) memberikan informasi tentang cuaca buruk pada Dinas Pertamanan dan Permakaman."
Buntel nama panggilan akrab menambahkan, "Maka saat Dinas tersebut mengetahui, ia pun sigap apa yang harus dilakukannya, entah itu melakukan penebangan pohon atau hal-hal lainya sebelum pohon tersebut tumbang, atau infomasikan kepada masyarakat, bahwa akan terjadi cuaca buruk. Dan masyarakat wajib tahu informasi tersebut, sebab dari informasi itu yang pada akhirnya masyarakatpun siap saat menghadapi cuaca buruk."
Dari semuanya yang terpenting adalah informasi, sebab kita tak bisa mengelak dari cuaca dan selalu menyalahkan alam. Lihat aja sekarang, kita tak tahu tiba-tiba sudah terdengar petir disertai angin kencang. Dan kita tak mengetahui informasi tentang cuaca hari ini. Ungkap Buntel, saat ditemui di kamar kosannya Kampung Utan, Ciputat, (10/2).
Perihal Informasi mengenai cuaca, Tim mencoba mendatangi dan menanyakan perihal informasi yang disampaikan pada publik oleh Badan Meteorologi dan Geosifika (BMG). Dalam pertemuannya, Priyanto menjelaskan BMG merupakan sebuah lembaga berfungsi tentang memantau keadaan cuaca. Sebagaimana yang diungkapkan Priyanto, saat ditemui di kantor pos satpam, (10/2).
Sore itu, pukul 15.30 WIB, Obrolan dengan Priyanto, selaku petugas keamanan kantor BMG yang beralamatkan Jln. Kampung Gulak, Ciputat Timur, Tanggerang Selatan (Tangsel) menambahkan, “Jam operasional dimulai dari jam 09.00 WIB hingga 15.30 WIB, jadi para pegawainya sudah pada pulang."
Perbincangan dengan Priyanto masih terus berlangsung hingga pada akhirnya, ia menekan nomor-nomor yang tertera di telepon, tapi tak terdengar suara, selain nada menunggu. Saat kami meminta untuk menemui salah satu pegawai BMG untuk diminta keterangan perihal sistem kerja dari BMG sendiri. Hingga akhir perbincangan, Priyanto menuturkan "Untuk dapat informasinya, kembali saja hari Senin." (Tim Angkringanwarta)
