Berita Terbaru:
Home » » Kursi Tunggu

Kursi Tunggu

Written By angkringanwarta.com on Thursday, March 15, 2012 | 03:52

Apabila ke luar kampus dan arahkan mata pada sebelah kiri atau secara kebetulan melintas melewati UIN dari arah Ciputat. Maka akan dijumpai sebuah halte.

Dan banyak orang menyebut dengan sebutan “Halte UIN Jakarta" hal yang membuat bertambahnya kenyakinan halte itu, disebut halte UIN selain karena letaknya yang berdiri di di depan UIN Jakarta, yakni sebuah logo yang menunjukan logo UIN tepat berada disamping tulisan "Halte UIN Jakarta."

Bagaimana bentuk halte itu? Halte ini terasa lebih unik dibandingkan dengan halte-halte lainnya, halte yang berada di depan tembok gerbang UIN Jakarta memiliki ciri khas yang menjadikan halte tersebut memang pantas disebut unik.

Apa yang menjadi unik, terpampang dari gambaran mengenai halte. Dan tentunya bagi orang-orang yang telah melihat atau menikmati fasilatas paham benar dengan kondisinya. Penyebab Apa yang menjadi pembeda dari halte-halter pada umunya, halter UIN memiliki warna berbeda dengan warna halte pada umunya. Pada halte ini juga, memiliki warna biru dan kuning.

Selain itu, bentuknya yang cukup panjang dan ramping daripada bentuk umumnya. Dan masih terdapat sesuatu yang menjadikan terasa lebih unik, yakni di halte itu, orang-orang duduk berlesehan atau pun bediri.

Mereka berdiri karena fisilatas yang tersedia dan hal itu menjadikan nilai unik tersendiri bagi para penunggu mobil, namun dari keunikannya membuat beberapa orang mengeluh. Terhitung beberapa orang yang mengeluhkan 25 dari jumlah yang terdaftar sebanyak 30 orang. Mereka mengeluhakan keberadaan tempat duduk. Saat ditemui angkringanwarta.com (13/3).

Sebagaiamana yang dirasakan Andini, ia sangat kecewa dengan halte, “Saya bingung dengan halte ini, atapnya aja yang bagus, kalau siang kepanasan, ditambah lagi enggak ada tempat duduk,” katanya pada angkringanwarta.

Tak hanya Andini, Rio yang setiap pulang harus naik angkutan kota Koantas Bima dengan nomor 102 seringkali mengeluh, pasalnya, untuk menunggu bus 102, ia harus menunggu sekitar 10 menit. Selama menunggu mobil, ia dipaksa untuk harus berdiri, kondisi tersebut membuat perasaannya merasakan tak nyaman.

Selain para pengguna halte dipaksa untuk berdiri, sebab tak ada tempat duduk. Mereka juga harus menerima cuaca yang terjadi, kalau siang hari seperti ini, matahari terasa begitu panas dan atap halte terasa tak berfungsi sama sekali, belum lagi kalau hujan. Atap haltenya terlalu sempit.

Seandainya hanya sekadar panas sudah menjadi biasa. Yang menjadi luar biasa, kalau saat turun hujan. Apalagi, seandainya turun hujan saat halte penuh dengan orang, maka kami akan berdesak-desakan mencari tempat yang mampu melindungi kami dari air hujan. Sejenak kata-katanya terhenti dan belum sempat melanjukan, ia harus memutuskan obroalanya saat tiba-tiba Angkutan Kota yang ditunggu telah tiba, sebuah angkutan dengan jurusan Ciputat-Tanah Abang. (Rizki)

Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta