Trauma Kasus Perampokan

Kasus perampokan empat toko emas yang terjadi di pasar Ciputat, Tangerang Selatan pada Jum’at (24/2) siang, dinilai menjadi bukti kegagalan dalam mengamankan masyarakat. Polisi yang seharusnya melayani masyarakat nyatanya baru bertindak ketika kejadian sudah terjadi.

Hal itu diungkapkan Susanto seorang tukang ojek yang biasa mangkal di sekitar pasar. Ia menambahkan, selama ini polisi baru bertindak kalau ada perampokan, kalau hari-hari biasa mana mungkin keliling, apalagi pas kejadian itu terjadi, polisi baru datang setengah jam kemudian.

Akibat peristiwa itu, Sutanto yang sehari-hari mangkal di depan TKP merasa khawatir kejadian tersebut bakal terulang kembali, meskipun saat kejadian dirinya sedang shalat Jum’at,

Tak hanya sutanto yang merasa khawatir dengan kejadian tersebut, Hamidah yang setiap hari berjualan sayuran masih trauma dengan kejadian tersebut, pasalnya saat kejadian itu terjadi, Hamidah ingat betul bagaimana peristiwa dan jumlah pelakunya.

“Pas perampokan itu mas, saya benar-benar takut, saya inget betul jumlah mereka apalagi senjata yang mereka bawa sempat dilesatkan, karena takutnya mas, saya sempat mengumpat di bawah meja,” katanya pada Angkringanwarta (1/3).

Salah satu pemilik toko emas yang persis di samping TKP juga khawatir betul akan tindak kejahatan, dirinya memerintahkan kepada anak buahnya agar berhati-hati kepada orang mencurigakan.

Terkait tentang polisi yang datang, dirinya mengatakan hampir satu jam dari peristiwa mereka baru datang dan langsung memasang garis polisi.

Sudah seharusnya pasar yang menjadi tempat keramaian atau tempat berkumpulnya antara penjual dan pembeli, seringkali tak menjamin keamanannya, satu-satunya harapan masyarakat hanyalah polisi.

Jika dilihat dari letak geografisnya, jarak antara kantor polsek dengan pasar ciputat hanya berjarak sekitar 1 Km, di tambah dengan lokasi pasar yang setiap saat macet seharusnya datang lebih cepat dan para perampokan sudah dapat diatasi, ujar pemilik took. (Rizki)