Pada bulan April pemerintah pusat berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dari harga awal sebesar Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.000 per liter. Kenaikan harga BBM pada jenis premium membuat warga menguluhkan.Hal seperti itu, dikeluhkan para tukang ojek yang mangkal di jalan Legoso, samping kantor polisi Ciputat, Tanggerang Selatan (Tangsel) saat ditemui Angkringanwarta (1/3).
"Kita yang akan merasakan imbas dari kenaikan premium, meskipun akan berpengaruh pada hal-hal yang lainya," ungkap Ajri, salah satu tukang ojek. Pria bertubuh besar dengan logat khas betawinya kembali mengukapkan "Kenaikan harga premiun tentunya sangat menggangu kehidupan kami para tukang ojek. Dan juga kami mengalami kebingungan, apakah akan menaikan ongkos ojek, misalnya yang tadinya Rp 5000,00- dinaikan menjadi Rp 7000,- hasilnya bisa-bisa para pelanggan akan marah atau complain. bahkan kami bisa kehilangan pelanggan."
"Kalau boleh berharap, premium jangan sampai naik, kasihan rakyat seperti kita-kita. Tapi, sayangnya kita tidak bisa membuat kebijakan," katanya pada Angkringan warta saat ditemui pukul 18.30 WIB.
Apa yang diharpakan Ajri bertolak belakang dengan pemberitaan surat kabar online KOMPAS, dipaparkan, bahwa "Jafar Hafsah selaku Fraksi Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat menyebutkan rencana pemerintah untuk menaikkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi merupakan permintaan mayoritas masyarakat agar subsidi BBM tidak membebani anggaran negara, di Kompleks DPR, Jakarta, Rabu (29/2/2012). (Wafi)
