Berita Terbaru:
Home » » Gara-Gara Demam Korea

Gara-Gara Demam Korea

Written By angkringanwarta.com on Monday, April 30, 2012 | 02:09

Oleh Rizqi Jong Java*

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang dikenal dengan keragaman budayanya, mulai dari suku, bahasa dan adat-istiadat. Kekayaan budaya yang melintang dari Sabang hingga Merauke. Namun, ada hal yang harus menjadi perhatian kita bersama, kekayaan kebudayaan, suku, adat istiadat dan bahasa yang dimiliki oleh Indonesia ternyata hanya sebagai hiasan saja. Di era globalisasi saat ini, nilai-nilai budaya dan kesukuaan yang terdapat di tiap-tiap daerah di seluruh wilayah nusantara tampak mulai pudar.

Lihatlah apa yang sedang terjadi di sekeliling kita sekarang. Fokuskan pada generasi muda, para remaja terutamanya. Kita akan melihat bahwa hampir keseluruhan dari mereka sekarang sedang mengidap demam Korea. Gejalanya mudah dilihat, dengarlah perbincangan sehari-hari mereka. Apalagi kalau bukan seputar film terbaru aktor, aktris korea yang putih, tampan, cantik. Juga tentang lagu-lagu terbaru dari boyband, girlband Korea yang suka menari-nari itu.
Mereka pun berpura-pura menjadi orang Korea. Agar berkesan Korea, biasanya mereka pun merubah penampilan pakaian, gaya rambut, hingga menambahkan nama idola Korea sebagai nama asli pada akun facebook atau jejaring sosial seperti Yenni Hyung Joong, Gita Sinhye, Tiara Hyeong dsb.

Sebenarnya tak ada yang salah dengan menikmati karya seni atau produk hiburan dari Negara lain. Tapi jika sudah merasuk hingga begitu jauh, lalu memburamkan identitas yang sebenarnya, membuat lupa bahwa identitas sebenarnya adalah orang Indonesia dengan semua budaya, etika dan normanya, maka bisa jadi demam Korea di Indonesia ini tak cukup dilihat hanya sebagai euphoria belaka. Lantas dimana budaya ke-Indonesiaannya?

Berbicara budaya Indonesia rasanya cukup luas, kalaupun membahas semua budaya-budaya Indonesia, tak cukup untuk menuliskannya saat ini. Namun penulis mengambil satu contoh yaitu budaya batik. Batik yang kini sejarahnya sampai terdengar di penjuru dunia setelah UNESCO menetapkan batik sebagai budaya asli Indonesia, menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat indonesia.

Disisi lain, saat demam Korea mulai meresahkan generasi muda Indonesia, mereka sedikit lebih memilih baju-baju korea ketimbang baju-baju batik yang jelas-jelas produk/budaya asli Indonesia. Dan lebih parahnya lagi, batik diibaratkan baju kuno dan hanya cocok dipakai oleh orang-orang tua saja.

Bagaimana jika demam ke-Koreaan ini terus belanjut? Bukankah generasi muda Indonesia malah menyingkirkan identitas sebenarnya? Bagaimana jika mereka bahkan akan lebih mengenal Korea dibanding negara sendiri. Lalu lebih mencintai Korea dibanding negara sendiri? Kalau sudah begini, bagaimana usaha pembentukan karakter generasi yang benar-benar meng-Indonesia dalam artian mencintai budaya Indonesia, yang memiliki kecintaan dan kebanggaan pada Indonesia.

Jika sudah begini, akan sangat mungkin budaya Indonesia akan menjadi budaya yang marginal, tersingkir di rumah sendiri. Bagaimana Indonesia bisa bertahan dengan identitas asli. Bisa-bisa Indonesia menjadi negara dengan identitas asing nantinya.

Apabila hal ini terus-menerus dipertahankan tanpa adanya perubahaan maka dapat mengakibatkan kehancuran, kehilangan dan kelenyapan dari kebudayaan Indonesia dengan sendirinya. Sebagai warga negara Indonesia sudah saatnya kita peduli dengan kebudayaan bangsa, mengingat budaya adalah cerminan dari kepribadian bangsa itu sendiri.


*Penulis Adalah Mahasiswa UIN Jakarta

Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta