Berita Terbaru:
Home » » Pelangi Kelabu

Pelangi Kelabu

Written By angkringanwarta.com on Monday, April 23, 2012 | 23:44

Oleh Adnan Azhari*

Derap langkah yang gagah terpancar dari keelokan pria yang datang dari negeri di ujung barat sana, kedatangan pria itu seakan memberikan pesona warna diantara suramnya kehidupan yang bagai hutan belantara.

Sebut saja nama pria itu adalah Lukman, dalam perantauanya ketanah tandus nan gersang ini tepatnya di daerah sinyaragi yang konon katanya masih termasuk kedalam wilayah Cirebon.Kedatangan ke tanah Cirebon itu sungguh mulia yaitu untuk menuntut ilmu disalah satu padepokan yang bernama Sadam Nurjati.

Lukman pun diterima sebagai salah satu murid di padepokan tersebut. Ia masuk kedalam ilmu Bahasa Arab yang notabenya sulit ditangkap oleh Lukman karena akan syarat dengan nahwu dan sharaf.
Untungnya Lukman disini tidak sendirian, ia mempunyai sahabat karib yaitu Sadam dari Cirebon yang rumahnya paling ujung barat dan Faruq yang konon katanya ia dijuluki manusia seribu dalil selalu bersama dengan Budi.
Dalam perjalanan hidupnya Lukman selalu ceria, tak pernah murung atau bersedih sampai-sampai disaat ia tak ada sekeping uang pun di kantong celananya ia masih sempat menampakkan senyum simpulnya walau diantara kegetiran yang menghujaninya.

Enam bulan sudah, Lukman menjalani kehidupanya di tanah gersang ini, dan enam bulan pula Lukman menjalani aktifitas keseharianya untuk berguru di padepokan Sadam Nurjati.Saat-saat yang paling di nanti oleh Lukman adalah disaat waktu-waktu belajar di padepokan. Ia dapat melirik dan memandang sosok yang penuh makna dalam hatinya.Ya…..sosok yang kini selalu menari-nari diatas bayang semunya, walau kini masih menjadi tumpuan dan harapan dalam angan.

Namanya Listin, gadis pasundan yang kini menjadi tambatan hatinya. Senja kan beradu diantara cakrawala prahara nestapa. Sepoian angin kan mendayu mengiringi gelapnya hari. Kini malam kan datang dengan ditemani bulan dan bintang seakan menambah hangatnya simponi bersama syahdunya hati.

Diantara sunyinya malam, Lukman termenung dalam lamunan yang panjang seakan dinginya malam tak ia hiraukan. Dalam lamunannya itu ia berharap kepada malam, untuk bersegera berganti menjadi mentari pagi, yang akan mempertemukanya dengan Listin gadis pasundan yang selalu dinanti.

Sepoi angin malam, kini telah menghantarkan kepada lelap yang hangat dan berharap malam pun sirna. Kicauan pipit laksana melodi pagi yang kini ia nanti dan kini mentari seperti tersenyum padanya seakan memberi tanda-tanda semangat untuk berjuang menggapai harapan diantara senyuman yang tak karuan itu
Terdengar deringan nada yang memberi tanda bahwa satu pesan telah kuterima.
Dan kubaca pesan singkat itu dengan seksama
“lg di mana?” petikan pesan singkat itu.
“Wah ini enggak ada lagi pasti dari si Sadam,” benak Lukman
Dan ternyata dalam benaknya benar pesan tersebut barasal dari Sadam.
Sebelum bertemu Sadam ia pun bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badan yang sejak tadi sore belum disirami.

Di sepanjang jalan yang kutapaki kurangkai kata demi kata untuk ku gadaikan pada pujaan hati. Dalam hati, semoga Allah meridhoi ungkapan kali ini karena harapan yang akan kubangun nanti kan menjadi bahtera yang akan ku hanyutkan disamudra cinta yang berlabuh dihati ini. Dalam suasana yang tak karuan, disaat detik-detik cinta kan tersampaikan, datanglah Sadam.

“Eh, Lukman jika kamu siap berbicara dan mendatangi Listin, saya siap menemanimu,” perkataan pertama yang terlontar dari mulut Sadam saat baru bertemu.
Akhirnya dengan isyarat menganggukan tawaran Sadam tadi, Lukman setuju dengan apa yang dikatakan Sadam.
Sadam pun memanggil Listin yang sejak tadi berdiri sendiri
“Listi,,,,,,,,,n! kemari,” teriak Sadam.
Akhirnya Listin pun menghampiri Sadam.
Suasana tak terduga pun terjadi, disaat Listin mendekat, Sadam pun kabur, entah kabur kemana yang pasti di sekeliling ini hanya ada Lukman dan Listin.
Dan suasana panas kini menjadi dingin dalam benak mereka.
Sedikit demi sedikit Lukman mulai berbasa-basi mengenai apa yang akan ia katakan
“Ada apa kang?”
Suara lembut sutra kini bagai tersentuh dalam alunan nada
“A…anu lis,” ucap Lukman sambil terbata-bata
“Anu bagimana kang?” Listin kembali bertanya.
“A…nu saya mau ngomong sebentar lis sama kamu. Sebenarnya ini mengenai rasa yang semakin membelenggu dalam dada. Mungkin apa yang saya akan katakan akan mengagetkan kamu,” ucapnya Lukman dengan serius.
“Ada apa sih Kang?” tanya Listin penasaran.
Sembari tegang Lukman pun berkata: “Sebenarnya jauh hari sebelum ku mulai mengenalmu, aku menanam benih cinta dihatiku, tapi….seiring berjalanya waktu rasa itu tumbuh subur dihatiku. Dan kini dengan disaksikan alam terbuka ku ungkapkan perasaanku, semua isi hatiku, bahwa aku telah jatuh cinta, sungguh jatuh cinta padamu lis……”.

Laksana tersambar halilintar, Listin tak percaya kalau Lukman memendam rasa padanya, dan yang tak percaya adalah ia mengatakannya sejujurnya di depannya.
“Kamu tak usah menjawabnya sekarang, kamu bisa beri tahuku dua hari kemudian, di padepokan ini, diantara taman ini,” sahut Lukman dengan suara lirih.

Setelah Lukman mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya, ia serasa terlepas dari beban berat yang menimpanya. Dan kini Lukman berlari menghampiri sahabat karibnya si Sadam.
“Sadaaamm, saya sudah berbicara dengan Listin,” teriak Lukman sembari berlari.
“Trus kata Listin bagaimana?” tanya balik Sadam.
“Listin baru memberi jawaban dua hari kemudian,” jawab Lukman.
“Ya sudah, ayo kita pergi ke laut aja untuk merayakannya,” ajak Sadam.
Akhirnya untuk merayakan pesta terungkapnya cinta Lukman, meraka pun pergi ke laut. Kejadian lain pun terjadi di tengah perjalanan yang begitu jauh dan terjal penuh bebatuan.
Sadam dan Lukman dirampok oleh segerombolan orang yang tak dikenal.
Sebilah golok ditancapkan tepat diatas kepala Lukman
“Cra………..ttt,” suara sebilah golok yang menancap.
Ceceran darah terkucur melumuri tubuh yang gagah itu, kini tak berdaya diatas tanah.
Sadam tidak bisa berbuat apa-apa ia hanya meratapi teman karibnya yang tak berdaya.
Tapi…..sebelum Lukman menghembuskan nafas terakhirnya ia berpesan kepada Sadam untuk disampaikan kepada Listin di akhir hayatnya, “kita akan bertemu di kehidupan yang kedua nanti. Meski dikehidupan yang pertamaku sirna untuk memilikimu”

Akhirnya dengan berat hati Sadam meninggalkan jasad Lukman yang tergeletak diatas tanah.Sesaat setelah apa yang disampaikan pesan terakhir Lukman. Sadam pun berjalan menelusuri jalan mencari bantuan. Ditengah perjalanan Sadam pun bertemu teman akrabnya Lukman yaitu Budi dan Faruq . Betapa kagetnya ucapan yang terlontar dari mulut Sadam saat Lukaman dikabarkan meninggal dunia.
“Di kubur dimana dia sekarang?” tanya Budi penasaran
“Dia belum dikubur. Mayatnya masih berada di jalanan terjal,” jawab Sadam sambil tersendat-sendat mengatur nafasnya.
“Kalian kesana duluan. Saya akan menyusul setelah saya menyampaikan wasiat terakhir buat Listin,” lanjutnya.

Sesaat setelah kepergian mereka berdua, Sadam pun melanjutkan perjalananya untuk menemui Listin.Saat bertemu Listin, tanpa basa-basi Sadam menyampaikan pesan dari Lukman.
“Lis, mungkin kamu tahu dengan Prabu, orang yang pernah mengungkapkan perasaanya ke kamu. Sebelum ajal menjemputnya ia berpesan kepadaku, ”meski ku tak sempat memilikimu di kehidupan yang pertama ini, tapi ku kan memilikimu di kehidupan yang kedua kelak, dan kita akan bertemu di surga nanti,” begitulah apa yang dikatakan Lukman.

Terik mentari terkikis oleh awan hitam yang menggumpal. Kini tetesair pun turun dari hitamnya awan itu. Rintik hujan seakan menjadi saksi hatinya yang kini terbayang ungkapan cintanya yang belum terbalas Kini hujan semakin deras, sederas ingatannya yang baru beberapa saat ia alami dengan orang yang mengungkapkan cintanya yang kini telah tiada.

Listin pun memutar balikan badannya. Begitu pula Sadam ia kembali ketempat kejadian untuk menguburkan Lukman. Listin hanya bisa memandang langit yang kini hujan telah usai. Dalam pandanganya ia melihat pelangi yang tak secerah apa yang ia lihat kemarin. Kini pelangi itu serasa kelabu laksana apa yang ia rasakan.


*Penulis adalah Mahasiswa yang aktif di teater IAIN Cirebon

Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta