Di Timur Matahari*

Jenis Film:
Drama

Produser:
Ari Sihasale

Produksi:
ALENIA PICTURES

Sutradara:
Ari Sihasale

Pemain:
Laura Basuki
Lukman Sardi
Ririn Ekawati
Ringgo Agus Rahman
Michael Idol
Putri Nere
Lucky Martin
Simson Sikoway
Abetnego Yogibalom

Latar Belakang

Pasangan produser, Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale kembali mengakat film berlatar belakang tanah Papua, sebelumnya DENIAS. Dalam film kali ini, mereka menggarap film “DI TIMUR MATAHARI”

Dalam film terebut, pasangan ini mengakat kisah kehidupan anak-anak Papua, bagaimana anak-anak tampil dengan kepolosannya, serta diikuti dengan visualisasi lanskap alam Indonesia yang begitu indah, sebagaimana yang tersaji dalam trailer terbaru yang dirilis melalui YouTube.com.

Pada film itu, disajaikan dengan menu pembuka, sebuah tampil pemain-pemain muda dari Papua yang menjalani kegiatan belajarnya di sekolah serta menjelajahi alam Papua yang masih asri dan indah.

Selanjutnya, satu per satu karakter dewasa diperkenalkan. Para pemain local Papua beradegan dengan para pemain yang sudah menjajaki dunia perfilman seperiti, Ringgo Agus Rahman, Ririn Ekawati, Laura Basuki, Lukman Sardi, dan Michael Idol.

Dalam Film TIMUR MATAHARI bukan hanya menyoroti permasalahan pendidikan, di film itu, menyinggung persoalan kemanusiaan, yang begitu berasa saat beradegan warga yang sedang berkonflik.

Dalam dialognya di salah satu stasiun televisi, pagi tadi, Produser Nia mengukapkan, Di Timur Matahari berawal dari keprihatinan Ale dan Nia akan kerapnya mereka menyaksikan berita kerusuhan di sejumlah tempat di Indonesia, termasuk Papua. ”Apakah gambaran Indonesia seperti ini yang akan kita berikan kepada anak-anak kita? Melalui film ini kami ingin memberikan kedamaian,” ujar Nia.

Sinopsis Film Di Timur Matahari

Pada suatu pagi yang telah biasa dengan hari-hari yang lain, Matahari terbit di timur menyinari pulau Papua, pulau paling timur dari Indonesia, dimana cahaya matahari selalu meneranginya terlebih dahulu.

Pagi itu, Mazmur, Thomas dan teman-temannya dengan setia menunggu kedatangan cahaya itu, cahaya yang akan menerangi mereka dari gelapnya kebodohan. Mereka berlari menuju tempat dimana mereka menuntut ilmu, tapi seperti hari-hari yang telah GURU tak ada!

Para anak-anak selalu menunggu kedatangan guru pengganti. Dan Mazmur yang menunggu di sebuah lapangan terbang tua, satu-satunya penghubung kampung itu dari kehidupan diluar sana, kampung mereka berada di daerah pegunungan tengah Papua, daerah yang cukup sulit untuk dijangkau.

Merasa tak ada guru, Mazmur pandangi Yakob, seorang pria berumur yang masih menjaga tradisi, dan dari Bapak Yakob, Mazmur tahu guru tidak juga datang. Lalu ia pandangi langit penuh harap, agar ada pesawat yang datang dan membawa guru pengganti karena sudah 6 bulan tak ada guru yang mengajar.

Mazmur berlari kesekolah dan memberi kabar kepada teman-temannya, Thomas, Yokim,Agnes dan Suryani yang dengan setia selalu menunggu kabar itu..."Guru pengganti belum datang, kita menyanyi saja"

Kembali kalimat itu yang keluar dari mulut Mazmur... Karena guru tidak pernah datang akhirnya ke lima anak ini mencari pelajaran di alam dan lingkungan sekitar... Lewat pendeta Samuel, ibu dokter Fatimah, om Ucok dan om Jolex mereka mendapatkan banyak pengetahuan.

Tiba-tiba terjadi sebuah peristiwa yang mengubah semua, saat ayah Mazmur terbunuh oleh Joseph, ayah dari Agnes, dan paman dari Yokim dan Suryani. Permusuhan mulai muncul. Dan kabar itu, sampai kepada Michael, adik dari Blasius yang sejak kecil diambil oleh mama Jawa yang tinggal dan belajar di Jakarta, Michael.

Ia bersama Vina istrinya, memutuskan untuk kembali ke Papua setelah mendapat kabar terbunuhnya ayahnya Mazmur. Michael berusaha menyelesaikan permasalahan ini. Namun, kenyataan tak semudah yang diharapkan, karena adik bungsunya Alex menentang semua pemikiran modern dari Michael. Perang! Itu jalan satu-satunya bagi Alex untuk membalas kematian Blasius.

Peristiwa itu, tak membuat Mazmur, Thomas dan ketiga sahabatnya ikut bertikai, mereka tetap berkawan tapi mereka tetap berkawan dan berusaha mendamaikan kedua kampung ini...

Sanggupkah suara anak-anak ini mendamaikan konflik yang semakin memanas? Dan akankah guru yang dinanti datang?

Untuk INDONESIA tercinta...We love Papua

*Dari Berbagai Sumber