Berita Terbaru:
Home » , » Nyekar dan Tradisi Menjelang Puasa

Nyekar dan Tradisi Menjelang Puasa

Written By angkringanwarta on Saturday, July 21, 2012 | 00:34

Oleh Abdullah Nuri*

Seseorang yang sedang menabur bunga, nyekar, pada sebuah makam
(sumber gambar http://3.bp.blogspot.com)

Jelang ramadhan menjadi berkah tersendiri bagi semua orang. Tak terkecuali para pedagang. Salah satunya adalah mereka yang berdagang kembang. Banyaknya orang yang berkunjung ke makam untuk keperluan nyekar telah mendatangkan keuntungan tersendiri untuk mereka.

“Menjelang puasa seperti ini penjualan bunga ibu lumayan bagus, tiga sampai lima kali lipat di banding hari biasa,” tutur bunda Dini, seorang pedagang kembang yang menjajakan beberapa jenis kembang di sekitar pemakaman Gg. Kubur, Cempaka Putih, Ciputat.

Ia pun mengaku, hasil penjualan kembang saat jelang ramadhan mengalami peningkatan signifikan. Bahkan cenderung berlipat dibanding dari hari-hari biasa.

“Kalau hari biasa, ibu hanya mampu menjual 15 – 20 kantong. Sekarang paling tidak 80 kantong terjual. Saya merasa senang,” imbuhnya.

Meski dirasa ada peningkatan penjualan, tingginya harga modal yang harus dibelanjakan tak luput juga dikeluhkan oleh perempuan yang merupakan warga asli Ciputat tersebut.

“Keuntungan yang saya peroleh tidak besar-besar amat. Karena modal untuk beli kembang juga mahal. Sekantong (besar)-nya saja lima puluh ribu. Belum lagi beli pandan.”

Untuk itulah, ia tidak berani mematok harga terlampau tinggi. “Tiap kantongnya saya jual lima ribu rupiah saja,” tambahnya seraya bersyukur.

Tak hanya ibu Dini, berkah jelang ramadhan juga dinikmati oleh Didi. Lelaki yang berprofesi sebagai juru parkir di makam Gg. Kubur. Lelaki pun merasa senang karena penghasilan yang didapatkan mengalami peningkatan.

“Alhamdulillah… Parkiran agak ramai kalau menjelang ramadhan begini,” tukasnya.

Keuntungan lelaki paruh baya itu pun terbilang lumayan. Pada hari kemarin (20/7) , menurutnya, sudah bisa mendapatkan 80 ribu/hari. Itu terjadi saat dua hari menjelang puasa. Sedangkan hari ini (sehari menjelang puasa-red) keuntungan bisa meningkat berkali lipat.

“Pagi saja sudah dapat 25 ribu. Dilihat dari banyaknya penzirah. Kemungkinan bisa berlipat mas. Semoga saja. Penziarah kelihatan lebih ramai dibanding kemarin,” jelasnya.

Beda halnya dengan keluarga bapak Yusri. Setiap akan memasuki bulan puasa, ia selalu menjadikan bulan yang hanya datang sekali dalam setahun ini sebagai momen untuk memperkenalkan dan menanamkan budaya ziarah untuk keluarganya.

"Saya dan keluarga biasa berziarah,” ungkapnya.

Lelaki yang tinggal tak jauh dari lokasi pemakaman tersebut juga menolak jika menyebut ziarah itu sebagai sebuah tradisi menjelang puasa saja.

“Ziarah itu bisa dilakukan kapanpun,“ tambanya.

Bahkan lelaki yang bertubuh kurus dan agak tinggi tersebut juga berkisah tentang kemarau yang terjadi pada tahun lalu.

“Hampir tiap hari ia saya ke makam ini.”

Saat itu, ia pun harus menghabiskan beberapa botol air mineral besar untuk membasahi makam yang tampak kekeringan. Juga membersihkan ilalang yang mulai tampak di sekitar bunga.Itu pula yang ia harapkan menjadi pembelajaran bagi anak-anaknya.

“Anak-anak juga mesti dikenalkan dengan Ziarah. Keluarga itu tidak hanya yang masih ada, tapi juga yang sudah meninggal,” tutupnya.

*penulis adalah kontributor angkringanwarta.com



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta