Kereta Mati
Seorang pengendar kereta Beroda tiga, manis
Menjauh hingga pelabuhan penghabisan
Mendaki dan menurun.
Jari-jari berjarak kaku
Menjauhkan mimpi dalam rongga malam
Kalung bintang dan bulan berombak awan ungu
O, semua jauh manis.
Selingan cuma senyampang di telinga
Mobil lalu dan trem lalu
Dan perempuan berlagu pilu
Bagi manusia berjiwa kuda.
Di mana jiwa di atas roda dihela waktu!
Batuk hampa mengamuk dan berkuasa
Dalam dada luka terbuka,
Kemauan terpendam di dalam beku.
Seorang pengendara kereta
Beroda tiga, manis
Mengayuh mendaki pelabuhan penghabisan
Bertebing curam, menunggu dan menganga.
O, semua jauh manis
Tiada karangan bunga tersilang
Tiada kepedihan enggan hampir
Manusia menangis di pelukan penghabisan.
Ibukota Senja
Penghidupan sehari, kehidupan sehari-hari
Anatar kuli-kuli berdaki dan perempuan telanjang mandi
Di sungai kesayangan, o, kota kekasih
Klakson oto dan lonceng trem saing-menyaingi
Udara menekan berat di atas jalan panjang berkelokan.
Gedung-gedung dan kepala mengabur dalam senja
Mengurai dan layung-layung membara di langit barat daya
O, kota kekasih
Tekankan aku pada pusat hatimu
Di tengah-tengah kesibukanmu dan penderitaanmu.
Aku seperti mimpi, bulan putih di lautan awan belia
Sumber-sumber yang murni terpendam
Senantiasa diselaputi bumi keabuan
Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas
Menunggu waktu mengangkat maut.
Aku tiada tahu apa-apa, di luar yang sederhana
Nyanyian kesenduan yang bercanda kesedihan
Menunggu waktu keteduhan terlanggar di pintu dinihari
Serta di keabadian mimpi-mimpi manusia.
Klakson dan lonceng bunyi bergiliran
Dalam penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari
Antara kuli yang kembali
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan.
Setta anak-anak berenang tertawa tak berdosa
Di bawah bayangan istana samar kejang
Layung-layung senja melambung hilang
Dalam hitam malam membujur tergesa.
Sumber-sumber menetap terpendam
Senantiasa diselaputi bumi keabuan
Serta senjata dan tangan menahan napas lepas bebas
O, kota kekasih setelah senja
Kota kediamanku, kota kerinduanku.
(Sajak di atas diambil dari majalah Pujangga Baru, thn xiv vol 1 hal 12-13 1952 dan 15-16 tahun 1952)