Berita Terbaru:
Home » , » Menelusuri Saksi Bisu Peristiwa Lengkong

Menelusuri Saksi Bisu Peristiwa Lengkong

Written By angkringanwarta.com on Sunday, February 24, 2013 | 19:18


Tahukah Anda bahwa di tengah bangunan-bangunan mewah yang ada di BSDCity terdapat sebuah lokasi peninggalan sejarah yang masih terjaga dengan utuh. Tempat tersebut bernama “Museum Lengkong”.

Bangunannya yang sangat sederhana, dibalut dengan tembok putih, jendela kayu, dan lantai semen, persis seperti gaya rumah pada zaman itu dan hingga kini, museum itu tak meninggalkan bentuk dan elemen pondasi aslinya.Tempat ini juga menjadi saksi bisu saat para tentara taruna dan perwira yang diserang hingga gugur oleh tentara Jepang.

“Seperti inilah kondisi bangunan pada waktu itu, dan masih terjaga sampai sekarang. Namun, dulu bangunan ini sempat dikelilingi kebun karet, ” kata Rani D Sutrisno selaku Ketua Harian Yayasan 25 Januari 1946, Minggu (24/2/2013). Bahkan menurutnya, di atas lantai yang sudah kusam itu sebenarnya masih membekas bercak darah yang sulit hilang dari para pejuang waktu itu.

Musium Lengkong sendiri merupakan salah satu saksi bisu peristiwa pertempuran Lengkong di Serpong yang masih tersisa. Museum ini, dulunya adalah markas tentara Jepang. Di tempat ini pula, Mayor Daan Mogot berunding dengan Kapten Abe dari Jepang, sebelum  terjadi pertempuran berdarah.
Museum ini terlihat seperti rumah tua pada umumnya. Di dalamnya terdapat kumpulan foto-foto para pejuang dan pahlawan bangsa dalam bingkai hitam putih, serta beberapa foto pada saat peringatan Peristiwa Lengkong di masa lalu.

Pemugaran secara besar-besaran tidak pernah dilakukan karena tak ingin menghilangkan struktur aslinya. Lagi pula, bangunan tersebut masih terlihat kokoh dan terawat dengan baik. “Bangunan ini pernah dilakukan renovasi, tapi hanya membenahi genting-genting yang bocor. Selebihnya masih terjaga keasliannya,” ujar wanita yang biasa dipanggil Rani.

Monumen Lengkong
Peristiwa Lengkong yang telah merenggut nyawa putra terbaik bangsa menjadi salah satu bukti kongkret bahwa kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan gigih dan tetesan darah. "Begitu gigihnya pahlawan kita dulu saat berperang mempertahankan tanah air ini," ujar M. Effendi (85), salah satu veteran Kota Tangerang.

Untuk itu, M. Effendi berpesan agar generasi muda sekarang ini bisa tetap bersemangat dalam membangun bangsa dan tanah air Republik Indonesia tercinta.

Museum Lengkong sendiri persis berada di depan Monumen Lengkong berdiri. Sebuah taman yang tertata apik ditemani pepohonan rindang yang mengelilinginya menjadi satu kawasan bernama Taman Daan Mogot. Di tempat ini juga merupakan lokasi gugurnya Mayor Daan Mogot dan dua perwira lain serta 34 taruna dalam peristiwa pertempuran Lengkong pada 25 Januari 1946.

Dulu, kawasan ini bernama Desa Lengkong Wetan, lalu pengembang Bumi Serpong Damai (BSD) datang merintis pembangunan di Serpong pada 1989 dan dikenallah namanya menjadi kawasan BSD.

Museum dan monumen Lengkong tak nampak sering dikunjungi karena tidak dijadikan sebagai objek wisata. Monumen Lengkong hanya ramai saat ada upacara peringatan Peristiwa Lengkong yang diadakan setahun sekali.

Mungkin tak banyak yang tahu adanya museum dan monumen bersejarah ini karena posisinya membelakangi jalan dan tak terlihat dari jalan raya utama. Lebih tepatnya, museum ini berada di jalan masuk kawasan Damai Indah Golf yang berada di seberang air mancur BSD.

Padahal, Monumen Lengkong sendiri telah dibangun pada 1993 oleh pemerintah Kota Tangerang dan BSD untuk mengenang Peristiwa Lengkong. Museum Lengkong kini berada di tengah kawasan elite di Serpong, tetapi tetap menjadi tempat bersejarah bernilai tinggi yang akan terus dijaga kelestariannya.

Dan Monumen Lengkong kini dijadikan sebagai tempat peringatan peristiwa pertempuran Lengkong yang diperingati setiap tanggal 25 Januari. Bahkan, keputusan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menetapkan peristiwa tersebut sebagai Hari Bakti Taruna Akademi Militer.

Keberhasilan para pendahulu dalam mencapai kemerdekaan Indonesia bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Mereka mengorbankan jiwa raga dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemerdekaan itu harus diisi dengan baik oleh para pemuda dan generasi penerus bangsa ini.


(Ahmad)


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta