Berita Terbaru:
Home » » Anak Supir Angkot Sukses di Negeri Paman Sam

Anak Supir Angkot Sukses di Negeri Paman Sam

Written By angkringanwarta.com on Thursday, May 23, 2013 | 15:00

Iwan Setyawan, lelaki berperawakan kecil yang terlahir dari desa udik di pinggiran kota Malang dan juga anak dari supir angkot, membuat sebuah pengembaraan yang luar biasa hingga menjadi direktur sebuah perusahaan global di New York, Amerika Serikat.

Iwan, begitu panggilan akrabnya saat menghadiri acara Rosy Goes To Campus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu (18/5), berbagi cerita tentang kisah suksesnya.


Di depan ratusan mahasiswa, Iwan bercerita bagaimana perjalanannya  ke New York hanya untuk mewujudkan mimpi yang sangat sederhana, yakni memiliki kamar tidur sendiri di rumahnya. “Tahu enggak, saya kejar sampai ke New York karena ingin punya kamar sendiri,” cetus Iwan.


Iwan merasakan betul kehidupannya yang pas-pasan. Ia pernah mengalami masa ketika sepeda pun tak terbeli, sepatu yang ia pakai lebih jelek ketimbang teman-teman, dan hidup berdesak-desakan di rumah yang kecil  berukuran 6 x 7 meter. “Rumah itu ditempati tujuh orang, yaitu ayah-ibu, dan lima anak. Saya, anak ke-tiga dari lima bersaudara,” jelasnya.


Satu-satunya anak lelaki, dua kakak dan dua adik yang semuanya perempuan membuat Iwan berfikir keras bagaimana anak lelaki harus bisa membahagiakan saudara-saudaranya. Semua keterbatasan justru mendorong Iwan untuk maju. “Saya sangat keras belajar. Saya masih ingat, di kelas tiga SD saya sengaja belajar jam 03.00 pagi untuk mendapatkan suasana tenang,” ujar lelaki kelahiran 1974.


Abdul Hasim, Ayah Iwan adalah sosok pekerja keras yang tak kenal hari libur. Ia total menjadi sopir angkot dengan menghabiskan 40 tahun bekerja di jalanan dan Ngatinah ibunya, yang menjadi ibu rumah tangga hanyalah tamatan SD.“Bagi saya, ibu adalah sosok professional financial planner,” ungkapnya.


Bayangkan, kata Iwan, Ibu sanggup membagi sempurna satu telur dadar untuk anak-anaknya. Ibu sanggup memasak nasi untuk kebutuhan keluarga, tanpa sisa. Ibu bisa menyimpan tempe di tempat yang aman dari gangguan kakaknya yang hobi nyomot tempe. Ibu juga ahli menggadaikan barang untuk bayar SPP. Ibu juga pandai mengatur rumah mungil kami menjadi nyaman.Yang paling luar biasa menurut Iwan, Ibu bercita-cita agar semua anaknya bisa kuliah.


“Wah, Ibu tak tahu diri. Dari mana biayanya?,” cletuk Iwan diiringi dengan tawaan mahasiswa yang mendengakan kisahnya. Namun, lanjut Iwan, Ibu tak menyurutkan cita-citanya. “Tak ada jalan lain, lewat pendidikanlah hidup kami bisa berubah. Tentu kami jadi tambah semangat,”paparnya.


Akhirnya, lewat semangat itulah Iwan menebus perjalanan hidup yang muram dengan ketekunan belajar yang luar biasa. Ia tak kenal letih belajar di temani lampu petromaks yang kian redup. Ia meretas prestasi yang mengesankan saat SMA, hingga ia mendapat PMDK untuk kuliah di jurusan Statistik, IPB Bogor. Dari situlah, pelan-pelan tirai hidup Iwan mulai terbuka.


Selulus dari IPB, ia diterima bekerja di Nielsen Company, Jakarta sebuah perusahaan riset pemasaran global yang ternama. Lantaran prestasi kerjanya yang mencorong, ia kemudian ditugaskan untuk bekerja di kantor pusat Nielsen di New York. Selama 10 tahun ia berkelana di Manhattan, hingga menduduki posisi Director, Client Management Nielsen Global Co.


Dari kisah yang dinarasikan dengan indah oleh Iwan malam itu, kita bisa melihat betapa besar peran ibu dia dalam mendidik anak-anaknya yang semua kakak dan adiknya relatif sukses.


Mimpinya sewaktu kecil hanyalah ingin bekerja mencari uang agar bisa memiliki kamar tidur sendiri. Itu adalah obsesi terbesar dalam hidupnya. Namun, tidak disangka pencapaian pekerjaan Iwan sampai ke New York dan sempat menduduki jabatan bergengsi, yaitu sebagai Director Internal Client Management Data Analysis and Consulting Nielsen Consumer Research New York, AmerikaSerikat.


Inilah sebuah kisah tentang kegigihan, tentang impian yang tak sempat terucap, dan juga tentang makna ketekunan merajut nasib hidup.


Dari kisah tersebut, Iwan menuliskannya ke dalam sebuah novel yang berjudul “9 Summers 10 Autumns, Dari Kota Apel ke The Big Apple”. Novel ini juga sudah difilmkan dengan judul yang sama. Ia juga sudah menelurkan novel keduanya yang berjudul Ibuk. Sebuah novel yang ia dedikasikan untuk sang ibu tercinta.

(Jong)


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta