Berita Terbaru:
Home » , » Akhirnya, Film 'The Act of Killing' Dapat Dinikmati Secara Bebas dan Gratis

Akhirnya, Film 'The Act of Killing' Dapat Dinikmati Secara Bebas dan Gratis

Written By angkringanwarta.com on Tuesday, October 01, 2013 | 08:27

Usai Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya 1998, maka berakhir pula kewajiban stasiun TV memutar film Pengkhianatan G 30 S/PKI, pada  malam 30 September dan pagi 1 Oktober 1965 di Jakarta.

Atas dalil menghormati tujuh jenderal besar yang tewas saat peristiwa tersebut, film ini dapat dikatakan kesuksesan Soeharto untuk memberikan kesan  bahaya partai bernama komunis.

Apa lagi,di bawah besutan  Arifin C Noer dengan dibintangi beberapa artis terkenal kala itu. Sebut saja Ade Irawan, Amoroso Katamsi, Umar Kayam, dan Sofia WD memberikan kesan memang layak PKI dilenyapkan.

Selama itu pula kebenaran sejarah menjadi tunggal, yakni versi Orde Baru (Orba).

Berakhirnya Orba, apakah diikuti pula terkuaknya kebenaran tentang PKI?  Sejumlah kalangan mencoba menguak kembali sejarah kelam bangsa Indonesia. Namun, guna mengukapnya bukan perkara mudah.

Nyatanya, seorang akademisi John Roosa sempat merasakan bukunya berjudul "Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto" dilarang terbit. Namun, akhrinya terbit juga. 

Mungkinkah film  'Jagal' atau 'The Act of Killing' mengalami hal serupa. Soalnya, film dokumenter bercerita tentang peristiwa pembantaian anggota dan simpatisan PKI bersama etnis Tionghoa dari sudut pelaku, yang telah dibuat sejak tahun lalu hanya bisa dinikmati kalangan tertentu.

Beruntung bagi yang belum menyaksikan film karya Joshua Lincoln Oppenheimer dapat dinikmati secara bebas dan gratis. "Untuk melawan lupa atas kekejaman genosida 1965, mulai hari ini film Jagal bisa diunduh gratis," ujar Sutradara Joshua Oppenheimer dikutip dari actofkilling.com, Selasa (1/10).

"Kami ingin Anda memutarnya, membicarakannya, menyebarkannya kepada teman-teman di seluruh pelosok Nusantara. Kami bekerjasama selama tujuh tahun untuk membuka sebuah ruang agar masalah ini bisa dibicarakan tanpa rasa takut, dengan harapan bahwa hal ini dapat membantu Anda semua memperjuangkan kebenaran, rekonsiliasi, dan keadilan," tambahnya.

Film berdurasi 115 menit ini mengisahkan tentang seorang Algojo atau lebih tepatnya preman bioskop bernama Anwar Congo. Dalam adegan itu ditampilkan betapa gembiranya para pelaku berseragam sebuah organisasi pemuda yang masih ada sampai kini karena berhasil membasmi musuh negara itu. Wajah mereka juga tidak menampakkan penyesalan. “Saya menghabisi orang-orang PKI dengan gembira,” kata Anwar dalam sebuah adegan.

Ia terlihat naik mobil terbuka menyusuri jalan-jalan di Medan bersama rekan sesama algojo ’65. Ia bernostalgia ke tempat-tempat di mana ia pernah menyembelih banyak warga keturunan Tionghoa. “Setiap ketemu orang keturunan China, langsung saya tikam,” katanya.

Penasaran dengan adegan selanjutnya atau ingin menambah wawasan apa yang terjadi sebenarnya pada tahun 66, silakan unduh di sini: http://actofkilling.com/




Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta