Berita Terbaru:
Home » , » Refleksi Pemuda kampus

Refleksi Pemuda kampus

Written By angkringanwarta.com on Tuesday, October 29, 2013 | 21:49

Oleh Basit Zen*

Mengimajinasikan kembali Indonesia, saya percaya bahwa Negara ini dibangun atas dasar imajinasi bersama yang diikat oleh perasaan senasib sepenanggungan. Kita bisa melihat episode-episode sejarah yang menjelaskan bagaimana imajinasi itu menghasilkan sebuah ikatan yang sangat kuat dan menjadi landasan fundamental bagi kehidupan sebuah bangsa. Dan pemuda sebagai ujung tombak menuju bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat dan sejahtera.

Sejarah bangsa Indonesia, dimulai dari kebangkitan nasional yang menandakan mulai tumbuhnya rasa nasionalisme, sumpah pemuda yang menjadi cikal bakal persatuan Indonesia, kemerdekaan republik Indonesia, tumbangnya orde lama, lahir dan tumbangnya orde baru sampai lahinya orde reformasi.

Sejarah mengatakan tanpa pemuda negeri ini tidak akan menikmati kemerdekaan dan terus menerus hidup dalam ketidakadilan. Ben Anderson, pengamat politik Indonesia, dalam Java In A Time Of Revolution, Occupation And Resisten (1944-1946) meyakini bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pergerakan kaum muda. Dalam setiap fase sejarah, kepemimpinan kaum muda adalah motor penggerak perubahan zaman.

Hampir semua peristiwa perubahan tidak lepas dari peran pemuda,  dari berbagai peristiwa tersebut terdapat benang merah bahwa pemuda senantiasa menempatkan dirinya digarda terdepan peristiwa,  pemuda Indonesia selalu menempatkan dirinya sebagai agen perubahan (agent of change) bagi negerinya. Konsepsi peranan ini menempati pikiran dan tindakan mereka untuk selalu menggelorakan perubahan sosial pada bangsa ini. Rangkaian peristiwa yang dipelopori oleh pemuda, antara lain, lahirnya Budi Utomo 1908, Sumpah Pemuda 1928,  Proklamasi Kemerdekaan RI 1945, Peralihan Orde Lama ke Orde Baru 1966 dan Reformasi 1988.

Setiap momentum perubahan yang dilakoni kalangan pemuda, selalu menyentuh nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dalam realitasnya, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari catatan sejarah sejak pencetusan ikrar Sumpah Pemuda, selain memberikan makna historis juga terdapat juga makna filosofis. Makna filosofisnya adalah semangat perjuangan, dedikasi, dan pengorbanan untuk persatuan dan kesatuan bangsa yang multikultural dengan nafas nasionalisme.

Kini di era reformasi, semangat kejuangan pemuda layak digugat dan dipertanyakan, perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat begitu memabukkan. Kini para pemuda lebih asyik bergumul dengan gadget, game online, facebook, dan twitter.  Kemudian, pengorbanan para pendiri bangsa tereduksi dan yang mencuat justru  perbedaan atas nama suku, agama dan ras yang dijual untuk komoditas politik kekuasaan.
Ironisnya di era yang kita sebut “merdeka” ini para pemuda/pemudinya bahkan seolah melalaikan nilai-nilai intregasi tersebut. Sumpah Pemuda 1928 terdistorsi. Maka sudah semestinya  dibutuhkan proses penyadaran, sikap kritis untuk berkaca kembali pada isi dan makna Sumpah Pemuda, dan berusaha mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
*Penulis adalah aktivis Twitter dan pegiat forum studi Piramida Circle



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta