Berita Terbaru:
Home » » Obrolan, Ciputat Tolak ‘Pembodohan’

Obrolan, Ciputat Tolak ‘Pembodohan’

Written By angkringanwarta.com on Friday, January 31, 2014 | 03:30



“Sudah cukup pembodohan terhadap sejarah Indonesia,”


Setidaknya itulah yang menjadi salah satu point yang didapat saat saya bersama teman-teman dari berbagai komunitas membahas buku  ’ 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh,’  di Pesanggrahan, samping UIN Ciputat, Senin (27/1).

Penggiat teater Altar, Risfana Faisal, mengawali obrolan dengan mengatakan, saat  seseorang  yang mempunyai kekuasaan, uang,  jaringan dengan  membuat buku atau membuat sejarah bahwa dirinya merupakan salah tokoh dalam sastra, kemudian tiba-tiba masuk dalam salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam lukisan. Maka ini  merupakan sebuah ancaman atau bahkan nantinya menjadi  bencana besar terhadap sejarah bangsa Indonesia.

Apa lagi, lanjutnya, ada isu buku ini akan dibahas di Franfrut (Jerman) dan juga ada indikasi disebar di sekolah. Jika sudah demikian, dapat dibayangkan apa yang terjadi?  Mereka akan mengenal Denny sebagai tokoh paling berpengaruh tanpa mengenal sastrawan yang telah banyak memberikan waktu, pikiran terhadap sastra Indonesia, sebagaimana  orang lebih mengenal Jenderal Sudirman dan sama sekali tak mengenal Tan Malaka.

Menurutnya,buku tersebut bisa menjadi sejarah yang melenceng sebagaimana pemalsuan terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI). “Kita tidak ada urusan dengan PKI,  tapi  saat hajat hidup orang keturunan PKI dibunuh. Sampai sekarang masih banyak orang yang mau peduli atau mencoba meluruskan sejarah yang tak pernah lurus-lurus. Untuk itu, sebelum kasus sastra paling berpengaruh panjang maka kita mestik bersikap apa?”

Penyair dari Ciputat, Hendri Yetus Siswono menambahkan, buku tersebut sangat berbahaya bagi sejarah. Pasalnya, selain alasan yang sudah dipaparkan (red), buku disembahkan untuk PDS. HB. JASSIN. Apa lagi jika indikasi penyebaran ke sekolah atau  kampus benar-benar dilakukan.

Ini  jelas bahaya sejarah.  Untuk itu, ia menghimbau agar pihak kampus atau sekolah untuk menolak buku ini masuk ke dalam perpustakaan, sebab buku ini bisa menyesatkan sejarah sastra indonesia.

 Ia menjelaskan mengenai kata paling berpengaruh.  Menurutnya,  definisi dan kriteria kata ‘paling pengaruh’ sangat tidak tidak jelas. Kata ‘pengaruh’ sendiri  sulit diukur, apakah didasarkan pada orang-orang yang terinspirasi olehnya atau orang-orang bergerak, apa lagi ditambah kata ‘paling’.

Selanjutnya, kata dia, apakah pengaruh sendiri adalah karya itu sendiri  atau Denny JA sendiri? Jika pada tokoh,  sejauh mana orang terpengaruh oleh  Denny JA. Pada kata “berpengaruh” tanpa ada lanjutannya, dalam arti tanpa ada keterangan tentang apa atau siapa yang dipengaruhi, terkesan sangat umum dan tanpa fokus yang jelas.

Hal yang paling miris adalah Denny JA yang hanya mampir dalam dunia sastra secara tiba-tiba dapat  mengalahkan tokoh-tokoh sastra yang telah menghabiskan hidupnya untuk sastra, semisal Ahmad Tohari,  Iwan Simatupang. Lihat saja karya Ahmad Tohari dengan novel-novelnya. “Ini tiba-tiba konsultan politik dan pengusaha yang iseng-iseng nulis langung dimasukkan ke dalam salah satu tokoh sastra paling berpengaruh,”  imbuhnya.

Atas latar belakang tersebut, kami sepakat dan mengajak teman atu komunitas untuk menyatakan bersuara dengan menyatakan sikap untuk menolak terhadap buku ‘33 Sastra Indonesia Paling Berpengaruh’ Untuk pernyataan sikap tersebut, silakan klik disini 
 
Dede



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta